Kubu Ahong Desa Panji, Kembangkan Skincare dari Pengolahan Sampah Organik
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah produk inovatif berbahan dasar sampah organik, diciptakan oleh Kelompok Kubu Ahong, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Produk perawatan kulit (skincare), varian pupuk, dan pestisida untuk mengembalikan unsur hara lahan petani yang mulai mengalami penurunan kesuburan, adalah contoh produk dimaksud.
Produk skincare yang telah diciptakan dan sudah laku di pasaran meliputi sabun mandi, sabun cuci muka, sabun cuci tangan hingga toner wajah. Ketua Kelompok Gusti Ketut Arinadi, mengatakan pembuatan produk kecantikan dari olahan sampah organik ini dimulai kelompoknya sejak dua tahun lalu. Sebelumnya Kubu Ahong memang mendapatkan pelatihan cara pengolahan sampah organik menjadi berbagai produk yang ramah lingkungan. Setelah satu tahun melalui uji coba dan uji produk, produk kecantikan ini kini sudah menembus pasar lokal, Jakarta hingga Lombok.
Sampah organik yang telah dipilih kualitas segar dan bahan yang memang mengandung manfaat untuk kecantikan lalu difermentasi selama tiga bulan, sebelum dicampur dengan bahan lain.
“Kalau bilang bahan dasarnya eco enzyme iya, tetapi lebih spesifik karena untuk perawatan. Jadi kami memilih bahan yang memang punya dampak bagi kecantikan. Dari awal bahan yang akan difermentasi sudah kami pilih,” ucap Arinadi, Senin (21/2).
Produk perawatan kulit yang telah dihasilkan saat ini disebutnya memiliki keunggulan untuk kesehatan karena berbahan organik. Limbah yang dihasilkan usai pemakaian pun masih bermanfaat untuk memurnikan bumi dan menyuburkan tanah. Selain itu sabun maupun toner diklaim Arinadi dapat menetralisir penggunaan produk kosmetik berbahan kimia yang mengakibatkan kulit menjadi sensitif. “Jika dibandingkan dengan produk di pasaran, skincare kami harganya relatif lebih murah,” imbuh dia.
Sejauh ini sejumlah produk perawatan kulit produksi Kubu Ahong sudah berhasil menembus pasar lokal Bali, Jakarta, dan Lombok. Sistem pemasaran yang dipakai dengan bekerjasama dengan kelompok-kelompok serta reseller. Dari empat produk perawatan kulit yang dihasilkan, facial wash dan toner menjadi produk unggulan.
Menurut Arinadi, usaha kelompok yang sudah berjalan setahun ini memiliki omzet per bulan Rp 45 juta. Capaian saat ini bukan sesuatu yang mudah. Terutama mengedukasi dan mengajak masyarakat mau menggunakan produknya. “Ya memang banyak yang berpikir ulang untuk menggunakan produk kami, karena bahannya dari sampah organik. Tetapi kami memang menekankan khusus produk kecantikan karena untuk bahannya kami memang memilih selektif yang segar dan memang punya manfaat,” tegas dia.
Sementara itu selain produk kecantikan, Kubu Ahong sejak dua tahun terakhir juga mengembangkan produk pupuk dan pestisida organik untuk pertanian. Produksi bidang pertanian ini dipercayakan kepada Gusti Made Katabi. Sejumlah produk pupuk cair organik dan pestisida ini juga dibuat dari bahan dasar eco enzyme. Mulai dari pupuk kesuburan tanah, pupuk vegetatif untuk pertumbuhan akar dan daun, pupuk generatif untuk pertumbuhan bunga dan buah serta pestisida nabati.
Produk organik untuk pertanian ini lahir dari persoalan di lingkungan sekitarnya. Lahan pertanian di Desa Panji khususnya banyak yang mengalami degradasi kesuburan tanah, karena terlalu banyak terpapar pupuk kimia. Persoalan ini menjadi sangat penting, karena lahan yang ada jika tak memakai pupuk kimia sudah tidak dapat menghasilkan.
Namun di sisi lain keberadaan sampah organik sangat melimpah. Kubu Ahong akhirnya memutuskan untuk membuat produk pertanian untuk keperluan kelompok dan kini juga sudah dipasarkan ke daerah lain. “Kami jengah dengan kondisi lahan sekarang. Sekarang kami sudah ada demplot juga lahan organik dengan penerapan produk kami ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi solusi kesuburan lahan pertanian ke depannya,” tutur Arinadi. *k23
Komentar