KPPU Belum Temukan Indikasi Kartel
Soal Mahalnya Harga Kedelai
JAKARTA, NusaBali
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mulai menyoroti mahalnya harga kedelai impor. Imbas dari mahalnya komoditas kedelai membuat harga tempe dan tahu melejit dipasaran.
"Untuk kedelai, saat ini (KPPU) pantau terus perkembangannya," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur seperti dilansir Merdeka.com di Jakarta, Senin (21/2).
Akan tetapi, KPPU belum menemukan indikasi adanya dugaan kartel dibalik mahalnya harga kedelai impor yang terjadi belakangan ini. Sebab, belum adanya temuan bukti kuat indikasi pelanggaran terhadap regulasi persaingan usaha.
"Saat ini, masih belum cukup informasi atas (kartel) tersebut," tutupnya.
Meski sebelumnya telah menyatakan untuk mogok produksi mulai 21 hingga 23 Februari 2022, Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) akhirnya mengeluarkan kembali surat edaran agar para perajin tahu dan tempe membatalkan aksi mogok produksi.
Namun meskipun ada surat edaran baru tersebut, terdapat beberapa perajin tempe dan tahu yang sudah terlanjur atau tetap menjalankan aksi mogok produksi.
“Menyusul surat kami No: 007/Gakoptindo/1/2022 tanggal: 15 Januari 2022. Perihal Himbauan Untuk Tidak Mogok Produksi/Demo,” tulis surat imbauan yang ditandatangani pada Minggu 20 Februari 2022.
Pembatalan mogok produksi tahu tempe tersebut berdasarkan 4 hal. Pertama, sesuai hasil pertemuan koordinasi antara Pengurus Gakoptindo dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan pada 4 Februari 2022.
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi mengungkapkan, kenaikan kedelai impor salah satunya diakibatkan oleh badai La Nina di Amerika Selatan. Sehingga, menyebabkan suplai kedelai dunia terganggu.
"Harga dunia loncat dari USD 12 menjadi 18 karena terjadi La Nina di Argentina dan Amerika Selatan yang menyebabkan suplai jadi sangat terbatas dan harga jadi naik," tuturnya usai melakukan sidak di Pasar Pa'baeng-baeng Makassar, Kamis (17/2).
Selain La Nina, masalah restrukturisasi peternakan babi di China juga menjadi pemicu harga kedelai di pasar Internasional. Ia mengaku saat ini peternakan di China menjadikan kedelai sebagai konsumsi babi.
Lutfi mengaku untuk mengatasi masalah kenaikan harga kedelai tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan mitigasi untuk mengatasi hal tersebut. Ia mengaku minggu depan akan mengumumkan kebijakan mengatasi kenaikan harga kedelai.
"Sekarang kita sudah siapkan mitigasinya untuk mengambil kenaikan harga. Kita akan putuskan kesempatan minggu depan dan akan saya umumkan kebijakannya," ujarnya. *
Komentar