Sebelum Ulahpati, Prof Buda Arsa Sempat Ngeluh Sulit Tidur
Di Balik Musibah Maut Gantung Diri Guru Besar Fakultas Peternakan Unud
MANGUPURA, NusaBali
Inilah fakta di balik aksi bunuh diri Prof Dr Ir Komang Buda Arsa MS, 63, guru besar Fakultas Peternakan Unud yang ditemukan tewas gantung diri di rumahnya di Jalan Kerta Winangun II Gang Tratai Nomor 3B kawasan Banjar Kertha Dalem, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Senin (21/2) siang pukul 13.30 Wita.
Sebelum ulahpati, mantan Sekretaris Program Doktor (S3) Program Studi Pascasarjana Peternakan Unud ini sempat mengeluh sulit tidur. Hal itu diungkapkan salah satu rekan almarhum sesama dosen di Fakultas Peternakan Unud, I Ketut Mangku Budiasa Spt MSi, Selasa (22/2). Mangku Budiasa mengaku cukup dekat dengan almarhum Prof Komang Buda Arsa.
Mangku Budiasa menyebutkan, secara kasat mata, fisik Prof Buda Arsa masih segar bugar, tidak ada tanda-tanda menderita sakit. Meski begitu, almarhum pernah mengeluh susah tidur sejak beberapa bulan terakhir. “Almarhum mengaku kondisi sulit tidur,” kenang Mangku Budiasa saat ditemui NusaBali di sela acara peletakan batu pertama Pembangunan Asrama Unud, Jalan Raya Kampus Unud Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung kemarin.
Menurut Mangku Budiasa, beberapa jam sebelum ditemukan tewas gantung diri, Prof Buda Arsa masih sempat mengikuti apel secara virtual yang biasa dilaksanakan Fakultas Peternakan Unud, Senin pagi. Kebetulan, apel itu itu dipimpin langsung oleh Mangku Budiasa.
Seusai apel pagi itu, Mangku Budiasa mempersilakan beberapa dosen, termasuk almarhum Prof Buda Arsa untuk menyampaikan sesuatu. Nah, saat itu Prof Buda Arsa mengaku kondisinya masih sehat-sehat saja dan hanya mengalami batuk ringan. “Komunikasi terakhir ya usai apel virtual itu,” papar Mangku Budiasa.
Disebutkan, Prof Buda Arsa merupakan sosok yang benar-benar mengabdi kepada masyarakat. Di lingkungan kampus, almarhum merupakan panutan di bidang pengabdian masyarakat. Almarhum juga sudah menulis 5 buku, serta banyak membantu dalam pengabdian masyarakat dan konsep KKN.
Sementara, Dekan Fakultas Peternakan Unud, Dr Ir I Nyoman Tirta Ariana MS, menyebut Prof Buda Arsa merupakan sosok yang lembut, perhatian, dan bijaksana. Sosoknya bersahaja, tak banyak bicara namun selalu tersenyum ketika bertemu orang.
“Di antara 9 profesor di Fakultas Peternakan Unud, dari penilaian saya, beliau (Prof Buda Arsa) yang paling bijaksana. Setiap ada rapat atau pertemuan-pertemuan, beliau tidak pernah frontal, tapi menelaah permasalahan secara bijaksana,” ujar Tirta Ariana saat dihubungi NusaBali terpisah, Selasa kemarin.
Selama mengabdi di Unud, Prof Buda Arsa pernah menjabat sebagai Sekretaris Program Doktor (S3) Program Studi Pascasarjana Peternakan tahun 2010. Setelah itu, almarhum tidak pernah menjabat lagi, sehingga mengajar seperti biasa sebagai dosen.
Menurut Tirta Ariana, almarhum Prof Buda Arsa sempat menjalani pengangkatan limpa yang berimbas pada kondisinya hingga sulit tidur. “Memang beliau pernah mengaku susah tidur. Kadang teman-teman dekat juga sering mengajaknya jalan-jalan dan cari suasana segar. Tapi, kami tidak tahu secara pasti apa yang melatarbelakangi, hingga terjadi demikian (bunuh diri, Red),” tandas Tirta Ariana.
Tirta Ariana menyebutkan, sehari sebelum ditemukan tewas gantung diri, Prof Buda Arsa bahkan sempat mengikuti rapat tentang penelitian via webex, Minggu (20/2). Kondisinya terlihat baik-baik saja. Demikian pula saat ikut apel, Senin pagi. Almarhum tampak sehat. “Beliau ini sangat rajin melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, makanya kami merasa sangat kehilangan,” katanya.
Prof Buda Arsa sendiri merupakan guru besar kelahiran 4 Desember 1958. Berdasarkan laman milik Unud, almarhum lahir di Banjar Pangkung Gayung, Desa Baler Bale Agung, Kecamatan Jembrana. Prof Buda Arsa menyelesaikan pendidikan Teknik Peternakan dari Program Studi Peternakan dan Kedokteran Hewan (PSKH) Unud tahun 1984. Dia diangkat jadi dosen tahun 1985.
Pada 1989, Prof Buda Arsa mendapat beasiswa dari Tim Pengelola Program Doktor (TMPD) untuk melanjutkan studi Pascasarjana di IPB Bogor hingga meraih gelar Master of Science (MS) tahun 1992. Pada 1995, almarhum kembali mendapatkan beasiswa yang sama untuk mengambil gelar Doktor IPB yang berhasil diraih tahun 1998.
Selanjutnya, Prof Buda Arsa dikukuhkan sebagai Guru Besar Gizi dan Pangan Ternak di Fakultas Peternakan Unud tahun 2006. Dia aktif menulis karya ilmiah, pengabdian masyarakat, ilmu kerakyatan. Dia juga menyusun beberapa buku, antara lain, Taman Gumi Banten, Penetasan Bebek Berbiji, Taman Gumi Banten Ensiklopedia Tumbuhan Upakara, Upakara Satwa, Nama Latin Satwa, dan Sukses dengan Teknologi Tepat Guna. Prof Buda Arsa juga berhasil menelorkan buku berjudul ‘Babi Guling Bali dari Beternak hingga Sesaji’. Terakhir, almarhum menulis ‘Kamus Istilah dalam Dunia Peternakan’ tahun 2019.
Selama mengabdi di Unud, Prof Buda Arsa pernah menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Unud selama dua periode (1998-2005). Selain itu, juga ikut merintis dan menjabat sebagai Sekretaris Program Doktor (S3) Program Studi Pascasarjana Peternakan Unud tahun 2010. Dia juga merintis dan menjabat sebagai Ketua Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia (AITBI) sejak 2014.
Sementara itu, hingga Selasa kemarin jenazah Prof Buda Arsa masih dititip di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar. Jenazah almarhum rencananya akan dikremasi di Krematorium Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Wraspati Umanis Ugu, Kamis (24/2) besok.
Penghormatan terakhir di sela kremasi jenazah nanti rencananya akan dipimpin langsung oleh Rektor Unud, Prof Dr Ir I Nyoman Gde Antara Meng. “Nanti akan diadakan pelepasan di tempat kremasi, mengingat jasa dan kontribusi beliau sangat besar untuk kemajuan Unud, serta bangsa dan negara,” tandas Dekan Fakultas Peternakan Unud, Dr Ir I Nyoman Tirta Ariana. *dar,ind
Komentar