Jualan Harian Oke, Pesan untuk Hajatan Siap
Bakso Bumbu 'Genap' ala Painten
DENPASAR, NusaBali
Bakso, salah satu jenis kuliner yang sangat popular, dan disukai dari berbagai kalangan usia muda maupun tua. Karenanya jika ditekuni bersungguh-sungguh, bisnis makanan yang satu ini menjanjikan keuntungan yang lumayan.
Sebagaimana dilakoni Painten,78, warga Banjar Kertha Bhuwana Kaja, Desa/Kelurahan Dangin Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Utara. Pelanggannya tak hanya diramaikan dari warga sekitar, warga luar Denpasar pun kerap datang memesan bakso kepada Painten yang akrab disapa Pakde ini.
Ditemui Jumat (25/2), Painten menuturkan sudah melakoni bisnis ini selama 16 tahun lalu. “Awalnya jualan keliling, sekarang cukup mangkal di sini,” ujarnya menunjuk tempatnya berjualan di Jalan Sandat, di Banjar Kertha Bhuwana Kaja, Desa/Kelurahan Dangin Puri Kangin, Kecamatan Denpasar Utara.
Rombong baksonya bertuliskan ‘bakso sandat goyang lidah’ dengan huruf kapital warna merah sebagai penanda bakso bumbu genap ala Painten. “Ya, karena saya jualan di sini di Jalan Sandat,” tunjuk Painten menjelaskan pemakaian nama ‘Sandat’ di rombongnya.Di Jalan Sandat inilah Painten bersama Tija- istrinya, sehari-hari melayani pembeli dari berbagai daerah. Pembelinya mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua. Mulai dari warga sekitar maupun dari luar kota Denpasar.
“Ya tidak sedikit yang datang dari luar kota beli bakso ke sini,” ujar pria kelahiran Malang, 8 November 1954 ini. Sebelum memiliki usaha bakso, Painten sendiri sempat bekerja sebagai buruh di proyek bangunan di Denpasar dan melakoni kerja lainnya.
Sesudah itu Painten termotivasi ingin memiliki usaha sendiri. Kala itu dia tertarik untuk terjun ke kuliner makanan. Dan pilihannya jatuh pada bakso yang terbukti banyak penggemarnya.
“Saya pilih jualan bakso,” ungkapnya. Sejak itulah Painten memulai usaha jualan bakso. “Dulu saya keliling, dari Jalan WR Supratman terus keliling. Sekarang cukup menetap di sini,” ujarnya.
Selain kebersihannya terjamin, cita rasa bakso Painten juga khas. Dia menggunakan bumbu Bali genap, sehingga warna pentol baksonya menggairahkan berwarna kuning gurih.
“Kuningnya saya pakai kunyit,” yang dibenarkan Tija, istrinya. Kemudian dia menyebutkan beberapa nama jenis bumbu yang dia sebut sebagai bumbu Bali genap.
Selain melayani pembeli yang datang ke tempatnya, Painten tidak jarang memenuhi pesanan untuk orang yang punya hajatan, ulang tahun dan sebagainya.
“Sering terima pesanan dari luar. Kadang 200 mangkok, 300 mangkok. Dari Gianyar dari Renon cari ke sini,” ungkap dia.
Sebelum pandemi, Painten bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 300 ribu setiap hari. Namun sejak pandemi Covid-19, penjualan dan keuntungannya memang berkurang. Meskipun demikian dirinya bersyukur, karena usahanya tetap jalan, pembeli masih tetap berdatangan.
Dia dan Tija- istrinya, rutin dan sigap melayani pembeli. “ Ya masih, walau tidak seramai seperti sebelum pandemi,” kata Painten.
Terkait dampak pandemi Covid-19 tersebut, Painten menerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp 1,2 juta pada Mei 2021. BPUM digunakan Painten untuk tambahan modal pembelian bahan baku bakso, diantaranya daging ayam, mie dan yang lainnya.
Menyusul BPUM, Painten kemudian mengajukan permohonan KUR kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI), untuk menambah modal kerja atau usahanya. Setelah persyaratan lengkap, KUR sebesar Rp 25 juta dari BRI pun cair.
“KUR saya gunakan untuk menambah modal usaha ,” ujar Painten. Dia pun berterimakasih kepada pemerintah yang telah mengucurkan BPUM kepada UMKM seperti dirinya saat pandemi melanda sehingga bisnisnya bisa tetap berjalan. “Terima kasih juga kepada BRI, karena KUR yang saya ajukan cair, semua berlangsung lancar,” apresiasinya.
Dihubungi terpisah, Regional CEO BRI Denpasar Rudy Andimono menyatakan BRI mendukung setiap UMKM untuk hidup dan bangkit di masa pandemi Covid-19. Seperti yang dilakoni Painten yang mengembangkan usaha baksonya. “BRI siap memfasilitasi pemberian permodalan seperti KUR,” ujarnya.
Dia pun mendorong para pelaku UMKM di Bali khususnya untuk tetap optimistis dan berusaha untuk mencari dan menemukan peluang bisnis yang ada. Kata dia, jangan mudah patah semangat. Namun selalu berusaha keras dan ulet. “Keuletan dan optimisme adalah kunci untuk bangkit di masa pandemi,” tegas Rudy Andimono. *K17.
Rombong baksonya bertuliskan ‘bakso sandat goyang lidah’ dengan huruf kapital warna merah sebagai penanda bakso bumbu genap ala Painten. “Ya, karena saya jualan di sini di Jalan Sandat,” tunjuk Painten menjelaskan pemakaian nama ‘Sandat’ di rombongnya.Di Jalan Sandat inilah Painten bersama Tija- istrinya, sehari-hari melayani pembeli dari berbagai daerah. Pembelinya mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua. Mulai dari warga sekitar maupun dari luar kota Denpasar.
“Ya tidak sedikit yang datang dari luar kota beli bakso ke sini,” ujar pria kelahiran Malang, 8 November 1954 ini. Sebelum memiliki usaha bakso, Painten sendiri sempat bekerja sebagai buruh di proyek bangunan di Denpasar dan melakoni kerja lainnya.
Sesudah itu Painten termotivasi ingin memiliki usaha sendiri. Kala itu dia tertarik untuk terjun ke kuliner makanan. Dan pilihannya jatuh pada bakso yang terbukti banyak penggemarnya.
“Saya pilih jualan bakso,” ungkapnya. Sejak itulah Painten memulai usaha jualan bakso. “Dulu saya keliling, dari Jalan WR Supratman terus keliling. Sekarang cukup menetap di sini,” ujarnya.
Selain kebersihannya terjamin, cita rasa bakso Painten juga khas. Dia menggunakan bumbu Bali genap, sehingga warna pentol baksonya menggairahkan berwarna kuning gurih.
“Kuningnya saya pakai kunyit,” yang dibenarkan Tija, istrinya. Kemudian dia menyebutkan beberapa nama jenis bumbu yang dia sebut sebagai bumbu Bali genap.
Selain melayani pembeli yang datang ke tempatnya, Painten tidak jarang memenuhi pesanan untuk orang yang punya hajatan, ulang tahun dan sebagainya.
“Sering terima pesanan dari luar. Kadang 200 mangkok, 300 mangkok. Dari Gianyar dari Renon cari ke sini,” ungkap dia.
Sebelum pandemi, Painten bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 300 ribu setiap hari. Namun sejak pandemi Covid-19, penjualan dan keuntungannya memang berkurang. Meskipun demikian dirinya bersyukur, karena usahanya tetap jalan, pembeli masih tetap berdatangan.
Dia dan Tija- istrinya, rutin dan sigap melayani pembeli. “ Ya masih, walau tidak seramai seperti sebelum pandemi,” kata Painten.
Terkait dampak pandemi Covid-19 tersebut, Painten menerima Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp 1,2 juta pada Mei 2021. BPUM digunakan Painten untuk tambahan modal pembelian bahan baku bakso, diantaranya daging ayam, mie dan yang lainnya.
Menyusul BPUM, Painten kemudian mengajukan permohonan KUR kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI), untuk menambah modal kerja atau usahanya. Setelah persyaratan lengkap, KUR sebesar Rp 25 juta dari BRI pun cair.
“KUR saya gunakan untuk menambah modal usaha ,” ujar Painten. Dia pun berterimakasih kepada pemerintah yang telah mengucurkan BPUM kepada UMKM seperti dirinya saat pandemi melanda sehingga bisnisnya bisa tetap berjalan. “Terima kasih juga kepada BRI, karena KUR yang saya ajukan cair, semua berlangsung lancar,” apresiasinya.
Dihubungi terpisah, Regional CEO BRI Denpasar Rudy Andimono menyatakan BRI mendukung setiap UMKM untuk hidup dan bangkit di masa pandemi Covid-19. Seperti yang dilakoni Painten yang mengembangkan usaha baksonya. “BRI siap memfasilitasi pemberian permodalan seperti KUR,” ujarnya.
Dia pun mendorong para pelaku UMKM di Bali khususnya untuk tetap optimistis dan berusaha untuk mencari dan menemukan peluang bisnis yang ada. Kata dia, jangan mudah patah semangat. Namun selalu berusaha keras dan ulet. “Keuletan dan optimisme adalah kunci untuk bangkit di masa pandemi,” tegas Rudy Andimono. *K17.
Komentar