Ada Penurunan Konsentrasi Gas Polutan
BMKG Amati Kualitas Udara Saat Hari Raya Nyepi 2022
Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho berharap pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi 2022, dapat memberikan kontribusi pada saat gelaran G-20 nanti.
MANGUPURA, NusaBali
Momentum Hari Raya Nyepi di Provinsi Bali menjadi hal yang penting bagi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal ini dikarenakan BMKG melakukan pengukuran aktivitas manusia berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Hal tersebut kemudian dilakukan pengamatan, dalam upaya mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim. Hasil awal pengukuran secara umum menunjukkan terjadi penurunan secara nyata konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang bervariasi pada setiap lokasi saat Nyepi 2022, dibandingkan hari normal.
Koordinator Bidang Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana, menerangkan Hari Raya Nyepi merupakan salah satu budaya yang paling unik di dunia dan diyakini berkontribusi terhadap pengurangan gas emisi rumah kaca. Untuk menghitung persentase penurunan emisi pada saat Nyepi, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kembali melakukan pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/2022. Hal itu dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah III, UPT Provinsi Bali, Dinas LHK Provinsi Jawa Barat, Dinas LHK Kota Denpasar, dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara (P3E).
“Pengukuran itu juga sekaligus dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-72 tahun 2022 dengan tema Peringatan Dini dan Aksi Dini untuk Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi,” kata Permana saat memberikan keterangan secara virtual, Senin (7/3).
Dikatakannya, dengan memperoleh data observasi real pada saat Nyepi, diharapkan dapat menjadikan pembuktian bagi masyarakat dan dunia, tentang usaha penurunan emisi di Indonesia untuk perubahan iklim. Adapun lokasi pengukuran dipilih yang mewakili daerah urban dan sub urban. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan peralatan untuk mengukur partikel debu total (TSP) menggunakan HAZ-DUST EPAM - 5000 dan Met One. Sedangkan Multigas Sensync untuk mengukur karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). “Hasil awal pengukuran secara umum menunjukkan terjadinya penurunan secara nyata konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang bervariasi pada setiap lokasi saat Nyepi 2022, dibandingkan hari normal,” beber Permana.
Hal senada juga diakui oleh tim pengamatan Nyepi Puslitbang BMKG, Danang Eko Nuryanto. Menurutnya, pengamatan tersebut dilakukan pada 28 Februari hingga 6 Maret 2022. Awalnya pengamatan itu hendak dilakukan di 4 lokasi stasiun BBMKG Wilayah III di Provinsi Bali. Namun karena keterbatasan alat, maka hal itu dilakukan di 3 stasiun BBMKG wilayah Bali, yaitu di Kabupaten Karangasem, Kota Denpasar, dan Kabupaten Jembrana. Pengamatan tersebut pada dasarnya dilakukan secara periodik, yang terakhir kali dilaksanakan pada 2017. “Untuk hasilnya ini masih kami rangkum dan pelajari lebih lanjut. Sebab data itu harus kami perjelas dan perbandingkan agar ini menjadi lengkap,” ucap Nuryanto.
Dari data sementara, terlihat bahwa Nyepi memang cukup signifikan berpengaruh terhadap pengurangan kondisi emisi dan polutan, jika dibandingkan kondisi sebelum Nyepi. Kondisi udara di wilayah Bali saat itu cukup bagus, karena menurunnya aktivitas manusia, khususnya penggunaan transportasi. Pada pengamatan serupa yang dilakukan tahun 2017 lalu, kondisi emisi dan polutan saat Nyepi berkurang sekitar 40-60 persen. “Kondisinya itu bisa sama atau jauh berbeda. Sebab kondisinya saat ini jauh berbeda dengan sebelumnya,” ungkap Nuryanto
Kondisi yang dimaksud adalah terkait dengan pandemi Covid-19 yang tentunya juga berdampak terhadap pengurangan aktivitas di Bali. Karena itu pihaknya belum bisa menyimpulkan hal tersebut, karena masih perlu dirangkum antara pengaruh Nyepi sebelum pandemi dan saat pendemi. “Sehingga nantinya dapat diperoleh hasil secara objektif, sejauh mana Hari Raya Nyepi mengurangi emisi dan polutan yang terjadi,” kata Nuryanto.
Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho berharap melalui pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi 2022, dapat memberikan kontribusi pada saat gelaran G-20 nanti. Hasil pengamatan saat Nyepi terhadap kualitas udara di Bali tentunya akan menjadikan informasi yang valid, karena itu berupa hasil data Puslitbang di lapangan. Dia juga meyakini, kondisi udara di Bali jika tanpa aktivitas signifikan jauh lebih baik dibandingkan kondisi udara pada saat normal. Walaupun Bali merupakan daerah destinasi wisata internasional. Dia berharap penggunaan gas emisi rumah kaca dapat dikendalikan, karena hal itu akan sangat merugikan. *dar
Koordinator Bidang Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana, menerangkan Hari Raya Nyepi merupakan salah satu budaya yang paling unik di dunia dan diyakini berkontribusi terhadap pengurangan gas emisi rumah kaca. Untuk menghitung persentase penurunan emisi pada saat Nyepi, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika kembali melakukan pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/2022. Hal itu dilakukan bekerjasama dengan Balai Besar Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah III, UPT Provinsi Bali, Dinas LHK Provinsi Jawa Barat, Dinas LHK Kota Denpasar, dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara (P3E).
“Pengukuran itu juga sekaligus dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-72 tahun 2022 dengan tema Peringatan Dini dan Aksi Dini untuk Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi,” kata Permana saat memberikan keterangan secara virtual, Senin (7/3).
Dikatakannya, dengan memperoleh data observasi real pada saat Nyepi, diharapkan dapat menjadikan pembuktian bagi masyarakat dan dunia, tentang usaha penurunan emisi di Indonesia untuk perubahan iklim. Adapun lokasi pengukuran dipilih yang mewakili daerah urban dan sub urban. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan peralatan untuk mengukur partikel debu total (TSP) menggunakan HAZ-DUST EPAM - 5000 dan Met One. Sedangkan Multigas Sensync untuk mengukur karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). “Hasil awal pengukuran secara umum menunjukkan terjadinya penurunan secara nyata konsentrasi gas polutan dan partikulat debu yang bervariasi pada setiap lokasi saat Nyepi 2022, dibandingkan hari normal,” beber Permana.
Hal senada juga diakui oleh tim pengamatan Nyepi Puslitbang BMKG, Danang Eko Nuryanto. Menurutnya, pengamatan tersebut dilakukan pada 28 Februari hingga 6 Maret 2022. Awalnya pengamatan itu hendak dilakukan di 4 lokasi stasiun BBMKG Wilayah III di Provinsi Bali. Namun karena keterbatasan alat, maka hal itu dilakukan di 3 stasiun BBMKG wilayah Bali, yaitu di Kabupaten Karangasem, Kota Denpasar, dan Kabupaten Jembrana. Pengamatan tersebut pada dasarnya dilakukan secara periodik, yang terakhir kali dilaksanakan pada 2017. “Untuk hasilnya ini masih kami rangkum dan pelajari lebih lanjut. Sebab data itu harus kami perjelas dan perbandingkan agar ini menjadi lengkap,” ucap Nuryanto.
Dari data sementara, terlihat bahwa Nyepi memang cukup signifikan berpengaruh terhadap pengurangan kondisi emisi dan polutan, jika dibandingkan kondisi sebelum Nyepi. Kondisi udara di wilayah Bali saat itu cukup bagus, karena menurunnya aktivitas manusia, khususnya penggunaan transportasi. Pada pengamatan serupa yang dilakukan tahun 2017 lalu, kondisi emisi dan polutan saat Nyepi berkurang sekitar 40-60 persen. “Kondisinya itu bisa sama atau jauh berbeda. Sebab kondisinya saat ini jauh berbeda dengan sebelumnya,” ungkap Nuryanto
Kondisi yang dimaksud adalah terkait dengan pandemi Covid-19 yang tentunya juga berdampak terhadap pengurangan aktivitas di Bali. Karena itu pihaknya belum bisa menyimpulkan hal tersebut, karena masih perlu dirangkum antara pengaruh Nyepi sebelum pandemi dan saat pendemi. “Sehingga nantinya dapat diperoleh hasil secara objektif, sejauh mana Hari Raya Nyepi mengurangi emisi dan polutan yang terjadi,” kata Nuryanto.
Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho berharap melalui pengamatan kualitas udara pada saat Hari Raya Nyepi 2022, dapat memberikan kontribusi pada saat gelaran G-20 nanti. Hasil pengamatan saat Nyepi terhadap kualitas udara di Bali tentunya akan menjadikan informasi yang valid, karena itu berupa hasil data Puslitbang di lapangan. Dia juga meyakini, kondisi udara di Bali jika tanpa aktivitas signifikan jauh lebih baik dibandingkan kondisi udara pada saat normal. Walaupun Bali merupakan daerah destinasi wisata internasional. Dia berharap penggunaan gas emisi rumah kaca dapat dikendalikan, karena hal itu akan sangat merugikan. *dar
Komentar