Kisah Mencekam Kadek Evi Oktaviani Menunggu Dievakuasi dari Ukraina
GIANYAR, NusaBali.com - Kadek Evi Oktaviani, 25, mengucap syukur bisa kembali ke kampung halaman Banjar Lebih Duur Kaja, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar dalam keadaan selamat.
Kadek Evi mengaku trauma jika harus balik lagi bekerja sebagai spa Terapis di Ukraina. Kini, gadis kelahiran 1996 ini memilih untuk istirahat dan bekerja di Bali. Kalau pun ada kesempatan bekerja ke luar negeri, Evi akan memilih negara lain. "Sementara istirahat dulu. Cari job freelance atau daily work (DW) di Bali dulu. Kalau ke Ukraina lagi, kayaknya enggak, masih trauma. Mungkin nanti ke negara lain biar banyak pengalaman," ungkap Kadek Evi saat ditemui, Selasa (8/3/2022) pagi.
Didampingi ibunda tercinta Ni Made Sasih, 48, Evi menceritakan suasana yang dia rasakan saat perang Rusia-Ukraina berlangsung. Meskipun tidak melihat langsung serangan rudal, Evi bisa mendengar suara ledakan berkali-kali. Suasana mencekam juga dirasakan karena sekitar apartemen tempatnya tinggal di Odessa, dijaga ketat oleh tentara Ukraina. Masyarakat sipil hanya bisa keluar membeli bahan makanan. Itupun kebanyakan kalangan perempuan. "Karena kalau laki-laki yang keluar rumah, akan langsung diminta berperang. Maka dalam suasana seperti itu saya memilih untuk tetap diam di apartemen. Syukur stok makanan masih cukup," ungkap alumni SMK Singamandawa Gianyar ini.
Apartemen tempatnya tinggal relatif jauh dari ibukota Kiev. "Dari Odessa ke pusat kota Kiev, naik bus bisa sekitar 7 jam. Cukup jauh, tapi suara ledakan terdengar keras sekali," ujarnya.
Evi sudah off bekerja dan diam di apartemen bersama lima rekan sesama PMI sejak Rabu (23/2/2022). Di dalam apartemen Evi dkk hanya bisa pasrah menunggu kabar baik evakuasi dari KBRI (Kedutaan Besar RI).
Selama tiga hari, Evi dkk harus bertahan. Berkomunikasi dengan pihak terkait untuk kepulangan ke Indonesia. Evi dkk juga mengemas barang-barang. Hingga akhirnya pada Minggu (27/2/2022) baru bisa keluar apartemen, naik bus menuju Bandara di Ukraina. Sayangnya, semua barang yang sudah dikemas dalam koper tidak bisa dibawa. "Karena ini evakuasi, kami diminta bawa satu tas. Isi cuma dua potong pakaian. Satu koper saya masih tertinggal di apartemen," jelasnya.
Meski demikian, Evi mencoba ikhlas. Yang terpenting nyawanya bisa selamat. Dalam perjalanan, Evi terus berdoa agar selamat sampai di Bali. "Sebelum sampai di Bali, perasaan saya tidak karuan. Was-was. Takut iya, mau pulang iya. Pasrah saja, nasib kerja di rantauan ya kayak gitu," ujar Evi.
Dari Ukraina, pesawat Garuda yang menjemput para PMI transit di Romania. Sempat menjalani karantina tiga hari, sebelum akhirnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. "Di Jakarta karantina lagi beberapa hari. Karena ada salah satu positif Covid-19," jelasnya.
Baru kemudian pesawat Garuda yang mengangkut 26 PMI dari Jakarta, tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Senin (7/3/2022) sekitar Pukul 19.30 Wita. "Kami diterima dengan baik sama pejabat di Bali, Disnaker Gianyar," ujar Evi yang malam itu juga langsung pulang ke Gianyar dijemput oleh kakaknya. *nvi
1
Komentar