Presiden Jokowi Terima Tanah-Air dari Pura Pusering Jagat Pejeng
Kadisbud: Ada Ritual Sebelum Mundut Tanah-Air Suci untuk IKN
GIANYAR, NusaBali
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace menyerahkan tanah dan air yang diambil dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam ritual Kendi Nusantara di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Senin (14/3) pagi.
Pantauan dalam video streaming di YouTube Sekretariat Presiden (Setpres), Wagub Cok Ace mewakili Pemprov Bali dipanggil di urutan ke 19 untuk menyerahkan tanah dan air dari Provinsi Bali yang dipersatukan di IKN Nusantara bersama tanah dan air dari 33 provinsi lainnya se Indonesia. Wagub Cok Ace tampak menjelaskan sesuatu saat menyerahkan tanah yang ditempatkan dalam sebuah sangku dan air di dalam kendi kepada Presiden Jokowi. Presiden pun tampak serius menyimak penjelasan Wagub Cok Ace tersebut.
Dalam keterangannya Wagub Cok Ace menjelaskan bahwa dipilihnya tanah dan air yang diambil dari Pura Pusering Jagat, Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar itu karena Pura tersebut berada di pusat kosmologi dunia (Pusering Jagat) yang juga diyakini sebagai pusat samudera (Pusering Tasik). Sehingga tanah dan air yang ada di Pura Pusering Jagat merupakan tanah suci pusat kosmologi dunia sekaligus pusat samudera, sebagai cikal bakal terbentuknya dunia dan segala kehidupan di dalamnya.
Terkait tanah dan air dari Bali yang disatukan di IKN Nusantara, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengungkapkan dirinya sebelumnya diminta langsung untuk memohon tanah dan air suci di Pura Pusering Jagat untuk diambil sedikit guna keperluan penyatuan tanah dan air di IKN Nusantara pada, Jumat (11/3) lalu. Wagub Cok Ace berpandangan pada keyakinan masyarakat Bali bahwa Pura Pusering Jagat karena merupakan pura yang ada di pusat kosmologi dunia. “Pak Wagub meminta saya untuk langsung nunas tanah dan air suci di Pura Pusering Jagat Desa Pejeng,” ujar Arya Sugiartha, Senin kemarin.
Sesuai dengan tradisi masyarakat Bali, ketika nunas dari tempat suci tentu didahului dengan persembahyangan. Begitu juga ketika akan nunas tanah dan air suci ini, dilakukan proses persembahyangan yang dipimpin oleh pamangku pura setempat, dan disaksikan oleh Bendesa Adat dan Perbekel Desa Pejeng. Selain bersembahyang, pihaknya juga melukat untuk membersihkan diri sebelum mundut tanah dan air suci tersebut,
“Karena kita nunas sesuatu yang suci, tentu kita menghaturkan beberapa pejati dan melakukan persembahyangan di pura setempat. Kita juga harus melukat dulu, supaya bersih. Setelah itu, kita pundut tanah dan air suci itu,” terang mantan Rektor ISI Denpasar ini sembari menyebut setelah mendapatkan tanah dan air suci tersebut, langsung dilinggihkan di Pura yang ada di Kantor Gubernur Bali.
Sementara menurut Pamangku Pura Pusering Jagat, Jro Mangku Dewa Ngakan Putu Bagiana, Pura Pusering Jagat yang termasuk Sad Kahyangan ini letaknya di tengah-tengah Pura Sad Kahyangan lain di Bali. Di antara Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Uluwatu dan Pura Batukaru. "Sesuai dengan letaknya, Pura Pusering Jagat merupakan pusatnya semesta atau pusatnya Bali," jelas Jro Mangku.
Pura ini terletak di Desa Pejeng yang di masa lampau merupakan pusatnya kerajaan Bali Kuna. "Banyak pendapat yang menduga kata Pejeng berasal dari kata Pajeng yang berarti payung," ujar Jro Mangku Dewa Ngakan. Dari Desa Pejeng inilah Raja memayungi rakyatnya dengan penuh kasih sayang dan cinta damai. Dalam lontar-lontar kuno, Pura Pusering Jagat juga disebut Pusaring Tasik atau pusatnya lautan. Di Pura ini terdapat banyak arca tempat pemujaan Siwa.
Seperti misalnya Arca Ganesa, Durga, juga Arca Bairawa. Di pura ini juga ada peninggalan kuno berbentuk Bejana yang disebut Sangku Sudamala. "Sangku Sudamala ini melambangkan limpahan air suci untuk kehidupan," jelasnya. Di dalam Sangku terdapat gambar yang menandakan angka Tahun Saka 1251.
Sementara menurut Pemangku Ratu Sudamala (Sangku Sudamala ) Dewa Ngakan Putu Hary Sugianta, linggih Ratu Sudamala ini terbuat dari Batu Padas. Berisi relief atau ukiran yang menceritakan pemutaran Gunung Mandara Giri. Pada relief itu menceritakan bagaimana usaha para dewa dan raksasa untuk mendapatkan Tirta Amerta. Adalah dengan memutar Mandara Giri di lautan susu, para dewa dibantu oleh naga (taksaka-anantaboga) dengan susah payah. Akhirnya setelah didapatkan, Tirta Amerta menjadi rebutan yang dimenangkan oleh para Dewa.
Berdasarkan cerita dalam Sangku tersebut, jelas bahwa fungsi Sangku Sudamala adalah tempat Tirta Amerta untuk menyucikan Bhuana Agung Bhuana Alit. Juga berkhasiat menyembuhkan gering sasab merana. Dalam relief juga terdapat Tahun Candra Sengkala 1329 Caka atau 1407 Masehi. *nvi, ind
Komentar