Pura Penataran Gunung Sari Terbakar
Pura Penataran Gunung Sari di Banjar Pebukit, Desa Pakraman Karangasem, Kecamatan Karangasem terbakar, Minggu (5/3) sore.
AMLAPURA, NusaBali
Dugaan sementara, musibah kebakaran ini dipicu percikan api saat pangempon pura bakar sampah bekas upacara Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging.
Salah satu bangunan suci yang ludes terbakar dalam musibah kebakaran di Pura Penataran Gunung, Minggu sore sekitar pukul 15.00 Wita, adalah Palinggih Paruman. Kerugian material akibat hangusnya bangunan suci beratapkan ijuk ini ditakir mencapai Rp 150 juta.
Informasi yang dihimpun NusaBali di lapangan, sekitar 1 jam sebelum musibah kebakaran, sejumlah pangempon Pura Penataran Gunung Sari melakukan bersih-bersih di lokasi, Minggu siang pukul 14.00 Wita. Kegiatan bersih-bersih di areal pura yang di-koordinasikan I Wayan Gede ini untuk membersihkan sisa sampah pasca Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging.
Karya Mamungkah lan Nubung Daging itu sendiri telah dilaksanakan tahun 2015 silam, sementara Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging digelar krama pangempon Pura Penataran Gunung Sari pada Wraspati Paing Dukut, Kamis, 12 Januari 2017 lalu.
Kegiatan bersih-bersih dilakukan karena sehari berikutnya, Senin (6/3) ini, akan dilak-sanakan kegiatan rabat beton di halaman Pura Penataran Gunung Sari. Nah, setelah sampah bekas upacara terkumpul, krama pangempon pura kemarin langsung membakarnya pada jarak sekitar 1,5 meter sebelah selatan Palinggih Paruman.
Tanpa disadari, Palinggih Paruman bertiang empat (Sakapat) beratap ijuk ini terkena percikan api pembakaran sampah yang diterbangkan angin. Pangempon pura baru sadar terjadi kebakaran, setelah muncul kepulan asap di Palinggih Paruman bercat parada tersebut.
Koordinator kegiatan bersih-bersih, I Wayan Gede, langsung mengambil selang plastik menyemprotkan air ke Palinggih Paruman, setelah terjadi kebakaran. Namun sayang, air yang disemprotkan dari arah selatan, tidak mempan. Justru muncul kepulan asap yang lebih besar dari arah utara. Dalam kondisi panik, Wayan Gede kemudian minta tolong ke tetangga.
Kebakaran Pura Penataran Gunung Sari dikhawatirkan merembet ke pemukiman warga sekitarnya, karena pura ini berlokasi di tengah pemukiman padat penduduk. Dalam sekejap, warga Banjar Pebukit, Kelurahan Karangasem spontan terjun untuk memadamkan api di Pura Penataran Gunung Sari secara manual.
Tak lama berselang, datangkan petugas pemadam kebakaran yang dikoordinasikan Sekretaris Dinas Kebakaran Karangasem, I Made Oka Sudarta. Petugas mengerahkan empat unit mobil pemadam kebakaran. Upaya pemadaman dibantu petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Polsek Karangasem, dan Koramil Kecamatan Karangasem. Bahkan, Kapolsek karangasem Kompol I Gede Wali ikut terjun bersama Danramil karangasem, Kapten CAJ I Nyoman Mangku.
Berkat upaya bersama petugas dan warga, api bisa dilokalisasi hanya meludeskan satu bangunan suci, yakni Palinggih Paruman di Pura Penataran Gunung Sari. Palinggih Sakapat berukuran persegi 2 meter x 2 meter dengan tinggi sekitar 2,5 meter yang ludes terbakar ini dibangun tahun 2013.
Pamangku Pura Penataran Gunung Sari, Jro Mangku Sirem, mengatakan saat musibah kebakaran kemnarin sore, dirinya sedang berada di warung. Tiba-tiba, dia mendapat laporan terjadi kebakaran di Pura Penataran Gunung Sari. “Ketika saya tiba di Pura Penataran Gunung Sari, Palinggih Paruman sudah terbakar,” jelas Jro Mangku Sirem.
Jro Mangku Sirem membantah kalau disebut penyebab kebakaran terkadi karena sebelumnya ada pangempon yang sembahyang. Tapi, kebakaran ini disebabkan aksi bakar-bakar sampah. ”Bukan karena sembahyang, di sini hanya dilakukan persembahyangan setiap Purnama dan Tilem,” tegas Jro Mangku Sirem.
Pura Penataran Gunung Sari sendiri diempon 9 kepala keluarga (KK) dari Banjar Pebukit, Desa Pakraman Karangasem. Mereka masing-masing keluarga Jro Mangku Sirem, keluarga I Ketut Sanding, keluarga I Wayan Gede, keluarga I Made Budiasa, keluarga I Ketut Srinteg, keluarga I Komang Gelgel, keluarga I Gede Pasek Wardana, keluarga I Ketut Artana, dan keluarga I Made Suparta. * k16
Dugaan sementara, musibah kebakaran ini dipicu percikan api saat pangempon pura bakar sampah bekas upacara Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging.
Salah satu bangunan suci yang ludes terbakar dalam musibah kebakaran di Pura Penataran Gunung, Minggu sore sekitar pukul 15.00 Wita, adalah Palinggih Paruman. Kerugian material akibat hangusnya bangunan suci beratapkan ijuk ini ditakir mencapai Rp 150 juta.
Informasi yang dihimpun NusaBali di lapangan, sekitar 1 jam sebelum musibah kebakaran, sejumlah pangempon Pura Penataran Gunung Sari melakukan bersih-bersih di lokasi, Minggu siang pukul 14.00 Wita. Kegiatan bersih-bersih di areal pura yang di-koordinasikan I Wayan Gede ini untuk membersihkan sisa sampah pasca Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging.
Karya Mamungkah lan Nubung Daging itu sendiri telah dilaksanakan tahun 2015 silam, sementara Karya Delapanbelas Bulan Mamungkah lan Nubung Daging digelar krama pangempon Pura Penataran Gunung Sari pada Wraspati Paing Dukut, Kamis, 12 Januari 2017 lalu.
Kegiatan bersih-bersih dilakukan karena sehari berikutnya, Senin (6/3) ini, akan dilak-sanakan kegiatan rabat beton di halaman Pura Penataran Gunung Sari. Nah, setelah sampah bekas upacara terkumpul, krama pangempon pura kemarin langsung membakarnya pada jarak sekitar 1,5 meter sebelah selatan Palinggih Paruman.
Tanpa disadari, Palinggih Paruman bertiang empat (Sakapat) beratap ijuk ini terkena percikan api pembakaran sampah yang diterbangkan angin. Pangempon pura baru sadar terjadi kebakaran, setelah muncul kepulan asap di Palinggih Paruman bercat parada tersebut.
Koordinator kegiatan bersih-bersih, I Wayan Gede, langsung mengambil selang plastik menyemprotkan air ke Palinggih Paruman, setelah terjadi kebakaran. Namun sayang, air yang disemprotkan dari arah selatan, tidak mempan. Justru muncul kepulan asap yang lebih besar dari arah utara. Dalam kondisi panik, Wayan Gede kemudian minta tolong ke tetangga.
Kebakaran Pura Penataran Gunung Sari dikhawatirkan merembet ke pemukiman warga sekitarnya, karena pura ini berlokasi di tengah pemukiman padat penduduk. Dalam sekejap, warga Banjar Pebukit, Kelurahan Karangasem spontan terjun untuk memadamkan api di Pura Penataran Gunung Sari secara manual.
Tak lama berselang, datangkan petugas pemadam kebakaran yang dikoordinasikan Sekretaris Dinas Kebakaran Karangasem, I Made Oka Sudarta. Petugas mengerahkan empat unit mobil pemadam kebakaran. Upaya pemadaman dibantu petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem, Polsek Karangasem, dan Koramil Kecamatan Karangasem. Bahkan, Kapolsek karangasem Kompol I Gede Wali ikut terjun bersama Danramil karangasem, Kapten CAJ I Nyoman Mangku.
Berkat upaya bersama petugas dan warga, api bisa dilokalisasi hanya meludeskan satu bangunan suci, yakni Palinggih Paruman di Pura Penataran Gunung Sari. Palinggih Sakapat berukuran persegi 2 meter x 2 meter dengan tinggi sekitar 2,5 meter yang ludes terbakar ini dibangun tahun 2013.
Pamangku Pura Penataran Gunung Sari, Jro Mangku Sirem, mengatakan saat musibah kebakaran kemnarin sore, dirinya sedang berada di warung. Tiba-tiba, dia mendapat laporan terjadi kebakaran di Pura Penataran Gunung Sari. “Ketika saya tiba di Pura Penataran Gunung Sari, Palinggih Paruman sudah terbakar,” jelas Jro Mangku Sirem.
Jro Mangku Sirem membantah kalau disebut penyebab kebakaran terkadi karena sebelumnya ada pangempon yang sembahyang. Tapi, kebakaran ini disebabkan aksi bakar-bakar sampah. ”Bukan karena sembahyang, di sini hanya dilakukan persembahyangan setiap Purnama dan Tilem,” tegas Jro Mangku Sirem.
Pura Penataran Gunung Sari sendiri diempon 9 kepala keluarga (KK) dari Banjar Pebukit, Desa Pakraman Karangasem. Mereka masing-masing keluarga Jro Mangku Sirem, keluarga I Ketut Sanding, keluarga I Wayan Gede, keluarga I Made Budiasa, keluarga I Ketut Srinteg, keluarga I Komang Gelgel, keluarga I Gede Pasek Wardana, keluarga I Ketut Artana, dan keluarga I Made Suparta. * k16
Komentar