Mencipta Semesta, Menabur Kemakmuran
Pemaknaan Ida Bhatara Tedun ke Peselang
Dalam konteks niskala, Bale Peselang merupakan tempat pamujaan ke hadapan Dewa Semara-Dewi Ratih yang sedang melakukan adistri (penciptaan).
AMLAPURA, NusaBali
Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, digelar pada Purnama Kadasa, Wraspati Paing Dukut, Kamis (17/3). Yadnya ini ditandai dengan pratima Ida Bhatara Samudaya tedun (turun) dari Bale Pasamuan Agung menuju Bale Peselang. Maknanya, Ida Bhatara melakukan adistri (penciptaan) atau menciptakan semesta, dan memberkati kemakmuran untuk kesejahteraan umat sedharma.
Prosesi juga ditandai nedunang seluruh pratima Ida Bhatara. Dua sulinggih muput upacara di Bale Peselang yakni Ida Pedanda Gede Nyoman Talikub dari Griya Koulu Byawu, Banjar Gunung Biau, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Made Bukit Putra dari Griya Buddha Purnawati, Denpasar.
Wakil Ketua Panitia Karya Ida Bhatara Turun Kabeh I Gusti Mangku Jana menuturkan, Ida Bhatara Samudaya distanakan di Bale Peselang yang merupakan bagian dari rangkaian upacara Dewa Yadnya, setelah upacara Tawur di Bencingah Agung pada Buda Paing Wayang, Rabu (2/3). Makna Tawur yakni unsur bhuta disomiakan melalui penyucian. Kemudian berlanjut upacara Ayun Widhi saat Puncak Karya yakni Ida Bhatara Turun Kabeh, di Bale Gajah atau di hadapan palinggih Padma Tiga. Prosesi ini dipuput 6 sulinggih yakni Ida Pandita Mpu Rastra Wiguna dari Griya Amerta Kusuma, Banjar/Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, Ida Pedanda Gede Abah dari Griya Akah, Klungkung, Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Griya Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nwa Wangsa Pemayun dari Griya Kedhatuan Kawista, Banjar Munduk Ngandang, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Ida Sri Empu Wibawa dari Griya Angsoka Alap-Alap, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar, Ida Pandita Mpu Nabe Putra Ananda Preteka Dukuh Prabu dari Griya Prabu, Tabanan dan juga hadir nodia (menyaksikan), Ida Dalem Semara Putra dari Puri Klungkung.
Terakhir, pratima Ida Bhatara Samudaya tedun ke Bale Peselang, melintasi lantaran dengan titi mahmah, kurban Kerbau Anggrek Wulan. Dari segi pemaknaan, Bale Peselang adalah batas bumi dan surga para dewa.
I Gusti Mangku Janaa memaparkan dalam konteks niskala, Bale Peselang merupakan tempat pamujaan ke hadapan Dewa Semara-Dewi Ratih yang sedang melakukan adistri (penciptaan). Saat itu merupakan simbolis semesta ini beserta isinya diciptakan, yang ditandai pembacaan teks pajejiwaan dibacakan Ida Pedanda Istri Karang dari Griya Suci, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem.
Secara naratif, ritual itu merupakan kisah hadirnya para dewa membawa berkah kemakmuran ke bumi. "Secara mistis, Ida Bhatara Samudaya tedun ke Bale Peselang, kemudian seluruh Ida Bhatara bersatu, melakukan penciptaan. Bukan saja bumi beserta isinya, tata surya dan benda-benda langit juga diciptakan sekalian," katanya. Hal itu bisa disimak dari isi teks pajejiwan yang dibacakan. *ak16
Prosesi juga ditandai nedunang seluruh pratima Ida Bhatara. Dua sulinggih muput upacara di Bale Peselang yakni Ida Pedanda Gede Nyoman Talikub dari Griya Koulu Byawu, Banjar Gunung Biau, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem dan Ida Pedanda Gede Made Bukit Putra dari Griya Buddha Purnawati, Denpasar.
Wakil Ketua Panitia Karya Ida Bhatara Turun Kabeh I Gusti Mangku Jana menuturkan, Ida Bhatara Samudaya distanakan di Bale Peselang yang merupakan bagian dari rangkaian upacara Dewa Yadnya, setelah upacara Tawur di Bencingah Agung pada Buda Paing Wayang, Rabu (2/3). Makna Tawur yakni unsur bhuta disomiakan melalui penyucian. Kemudian berlanjut upacara Ayun Widhi saat Puncak Karya yakni Ida Bhatara Turun Kabeh, di Bale Gajah atau di hadapan palinggih Padma Tiga. Prosesi ini dipuput 6 sulinggih yakni Ida Pandita Mpu Rastra Wiguna dari Griya Amerta Kusuma, Banjar/Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana, Ida Pedanda Gede Abah dari Griya Akah, Klungkung, Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Griya Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nwa Wangsa Pemayun dari Griya Kedhatuan Kawista, Banjar Munduk Ngandang, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Ida Sri Empu Wibawa dari Griya Angsoka Alap-Alap, Desa/Kecamatan Ubud, Gianyar, Ida Pandita Mpu Nabe Putra Ananda Preteka Dukuh Prabu dari Griya Prabu, Tabanan dan juga hadir nodia (menyaksikan), Ida Dalem Semara Putra dari Puri Klungkung.
Terakhir, pratima Ida Bhatara Samudaya tedun ke Bale Peselang, melintasi lantaran dengan titi mahmah, kurban Kerbau Anggrek Wulan. Dari segi pemaknaan, Bale Peselang adalah batas bumi dan surga para dewa.
I Gusti Mangku Janaa memaparkan dalam konteks niskala, Bale Peselang merupakan tempat pamujaan ke hadapan Dewa Semara-Dewi Ratih yang sedang melakukan adistri (penciptaan). Saat itu merupakan simbolis semesta ini beserta isinya diciptakan, yang ditandai pembacaan teks pajejiwaan dibacakan Ida Pedanda Istri Karang dari Griya Suci, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem.
Secara naratif, ritual itu merupakan kisah hadirnya para dewa membawa berkah kemakmuran ke bumi. "Secara mistis, Ida Bhatara Samudaya tedun ke Bale Peselang, kemudian seluruh Ida Bhatara bersatu, melakukan penciptaan. Bukan saja bumi beserta isinya, tata surya dan benda-benda langit juga diciptakan sekalian," katanya. Hal itu bisa disimak dari isi teks pajejiwan yang dibacakan. *ak16
1
Komentar