Owl Tower Bali Punya Misi Konservasi Burung Hantu
GIANYAR, NusaBali.com - Kebanyakan orang sudah takut duluan mendengar nama burung hantu.
Jangankan memelihara, melihat saja mungkin mungkin sudah merinding. Burung hantu sebenarnya burung yang sangat cantik. Setidaknya itu yang dilihat I Wayan Gede Wirawan, pendiri Owl Tower Bali (OTB), tempat penangkaran burung hantu di Banjar Pengosekan Kaja, Desa Mas, Ubud, Gianyar.
Pria yang juga seorang dokter tersebut menjelaskan, OTB merupakan sebuah wahana breeding, salah satu program dari POI (Perkumpulan Owlery Indonesia) Bali yang sangat concern dalam konservasi berbagai jenis burung hantu.
Kendati saat ini burung hantu tidak masuk ke dalam jenis burung yang terancam punah, Wirawan yang juga ketua POI Bali tersebut khawatir dengan penangkapan burung hantu di alam yang semakin masif mengakibatkan burung hantu terancam punah di masa mendatang.
"Sebelum itu terjadi kami menginisiasi proses untuk melakukan usaha breeding," ujar Wirawan, ditemui, Selasa (23/3/2022), di lokasi penangkaran OTB.
Berdiri sejak 2019, OTB saat ini sedang mengembangbiakkan 7 jenis burung hantu, masing-masing sepasang, jantan dan betina.
Ketujuh jenis burung hantu tersebut, yakni Striz seloputu, Bubo sumatranus, Buffy Fish owl, Tyto alba, Oriental Bay Owl, Spectled Hawk Owl, dan Brown Hawk Owl.
Lebih jauh Wirawan menjelaskan, burung hantu merupakan binatang nocturnal (aktif pada malam hari), dan karnivora (pemakan daging). Untuk itu, selain DOC (anak ayam) Wirawan juga harus menyiapkan tikus sebagai pakan burung hantu.
"Karena saya pelihara banyak, pakan saja kurang lebih perlu Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta sebulan," ungkap Wirawan.
Setelah nanti berhasil dikembangbiakkan sebagian anakannya akan dilepasliarkan kembali ke alam. Sebagian lagi bisa dikembangbiakkan kembali oleh anggota POI Bali lainnya yang berminat.
"Tahun lalu kami membuat acara tahunan di Kebun Raya Gianyar, pelepasan 100 ekor burung celepuk. Tahun ini kami berencana membuat acara tahunan pengkondisian burung hantu jenis Tyto alba di salah satu subak yang nanti digunakan memburu hama tikus," ungkap Wirawan.
Masyarakat sekitar, lanjut Wirawan, pada awalnya memang masih asing dengan burung hantu apalagi sampai menangkarkan. Namun, ujarnya, masyarakat perlahan mulai memahami seluk beluk burung hantu.
"Waktu itu saya buat video terus saya share ke desa adat, syukurnya saat ini responnya bagus," kata Wirawan. Wirawan mempersilakan siapa saja yang tertarik untuk memelihara sekaligus melestarikan burung hantu untuk datang ke penangkaran miliknya.
Dengan datang dan saling sharing, ia berharap para pecinta burung hantu semakin tahu cara merawat burung hantu dengan baik.
"Beberapa orang yang berkunjung ke sini saya edukasi untuk melakukan breeding, makin banyak makin bagus, jadi bukan hanya suka tapi juga memberikan sumbangsih," ujar Wirawan.
Di masa mendatang Wirawan pun berharap OTB dapat terus berkembang, menjadi sebuah yayasan yang berfokus pada pelestarian burung hantu. *
Komentar