Bendesa Madya MDA Buleleng Raih Gelar S1 di Usia 75 Tahun
Kondisi Sakit, Berkursi Roda Hadiri Wisuda IV STAHN Mpu Kuturan
SINGARAJA, NusaBali
Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Buleleng, Dewa Putu Budarsa, 75, tampak sumringah saat memasuki ruang wisuda IV STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Rabu (23/3) pagi.
Dua orang anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) mendorong kursi roda yang didudukinya maju ke depan panggung Aula Hotel Banyualit, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Dia mendapat keistimewaan dalam wisuda IV yang dirangkaikan dengan Dies Natalis VI STAH Mpu Kuturan. Senat yang mewisuda mahasiswa turun dari panggung untuk memindahkan tali toga yang dikenakan Dewa Putu Budarsa. Senat memberikan apresiasi atas semangat Budarsa untuk menghadiri wisuda di saat kondisinya sedang sakit.
Budarsa saat tercatat sebagai wisudawan program S1 jurusan Dharma Sastra Prodi Hukum Hindu di STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Pria berusia 75 tahun ini tidak ingin melewatkan momen spesialnya setelah berjuang 4 tahun menamatkan gelar S1. Sejak dua bulan terakhir, Budarsa mengalami kecelakaan jatuh dari tangga saat melakukan pembinaan di salah satu desa adat wilayah Buleleng. Peristiwa itu membuatnya menderita saraf kejepit hingga tak mampu berjalan sendiri.
Beruntung masa kuliahnya sudah tuntas dijalani hingga proses ujian skripsi, sebelum peristiwa itu terjadi. Tokoh masyarakat asal Banjar Dinas Satria, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng ini lulus dengan IPK 3,3. Saat dihubungi via telepon oleh NusaBali, Rabu petang kemarin Budarsa mengatakan mendaftar menjadi mahasiswa STAHN Mpu Kuturan pada tahun 2017 lalu.
Dia mengaku bersemangat mengenyam pendidikan di usia senja untuk menambah ilmu. Terlebih saat ini pensiunan guru SD ini menjabat sebagai Bendesa Madya MDA Kabupaten Buleleng. “Motivasi saya kuliah lagi hanya ingin menambah ilmu. Sehingga ketika menghadapi masalah di lapangan terutama yang berkaitan dengan hukum adat, bisa dicarikan solusi dan penyelesaian,” kata suami Ayu Ketut Sasih ini.
Selama menjalani masa kuliah selama 4 tahun, Budarsa mengikuti kelas reguler. Di tengah kesibukannya, pria kelahiran tahun 1947 ini pun jarang absen mengikuti kuliah. Termasuk proses Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Tidak ada keistimewaan yang diberikan pihak kampus kepadanya.
Setelah menuntaskan pendidikan S1 Hukum Hindu, Budarsa pun mengaku memiliki cita-cita untuk melanjutkan kuliah S2. Tentu setelah kondisi kesehatannya pulih kembali. Sehingga dalam menjalankan tugas sebagai tokoh adat di Buleleng memiliki lebih banyak referensi. Sementara itu STAHN Mpu Kuturan Singaraja kemarin mewisuda sebanyak 152 orang wisudawan.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr Gede Suwindia SAg MA menyebutkan 152 orang wisudawan terdiri dari Jurusan Dharma Acarya 68 orang, Jurusan Dharma Duta 21 orang, Dharma Sastra 6 Orang, Jurusan Brahma Widya 4 orang dan Pascasarjana 53 orang. Dalam kesempatan ini Suwindia mengungkapkan berbagai terobosan telah dilakukan dalam mempersiapkan sumber daya manusia Hindu yang berkualitas, berintegritas, unggul dan bermartabat. Mulai dari pengelolaan keuangan sebagai bukti kinerja civitas akademika, lobi-lobi program pusat untuk mengakses bantuan pembangunan fisik, hingga menggulirkan Rumah Publikasi Mpu Kuturan TV.
“Upaya ini dilakukan agar memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga siap bersaing, mampu berkolaborasi cross boundaries dengan alumni manapun dalam membangun bangsa dan negara,” kata Suwindia. STAHN Mpu Kuturan di tahun ini membuka lima program studi. Dua prodi Strata dua (S2), yakni Magister PGSD, Magister Ilmu Agama dan Kebudayaan. Tiga lainnya yakni Prodi Strata Satu (S1) Sarjana Manajemen Ekonomi, Sarjana Pendidikan Seni dan Budaya Keagamaan Hindu serta Sarjana Hukum Adat.
Suwindia berpesan, setelah seluruh mahasiswa menuntaskan pendidikan di STAHN Mpu Kuturan Singaraja agar kembali ke masyarakat, membina, mengabdi dan mengamalkan seluruh ilmu yang diperoleh. “Kami dari lembaga memberikan highest appreciation atas kelulusan saudara, karena kembalinya saudara ke masyarakat semakin memperkuat afirmasi positif. Kami menitipkan nama baik almamater, di manapun anda berada dan bertumbuh,” harap dia. *k23
1
Komentar