I Nyoman Suyasa-Ni Kadek Weisya Kusmiadewi Tetap Aktif Berpolitik
Pasutri dari Partai Gerindra, Anggota DPRD Bali dan DPRD Karangasem, Kini Bergelar Jro Mangku
I Nyoman Suyasa berganti nama menjadi Jro Mangku Nyoman Tangkas Wiguna dan istrinya Jro Mangku Kadek Weisya Kusmiadewi.
AMLAPURA, NusaBali
I Nyoman Suyasa, anggota DPRD Bali, bersama istrinya Ni Kadek Weisya Kusmiadewi, anggota DPRD Karangasem, telah menjalani upacara ekajati atau mawinten dan kini keduanya bergelar Jro Mangku. I Nyoman Suyasa berganti nama menjadi Jro Mangku Nyoman Tangkas Wiguna dan istrinya Jro Mangku Kadek Weisya Kusmiadewi.
Nyoman Suyasa memaparkan, dirinya menjalani upacara ekajati atau mawinten pada Purnama Kapitu, Saniscara Pon Pahang, Sabtu (18 Desember 2021), di Geria Sakti Madu Kesawa, Banjar Pergung, Desa Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Upacara tersebut dipuput Ida Nabe Siwa Muni Monivasi.
“Saya menjalani upacara ekajati atas kehendak Ida Bhatara Sesuhunan ring Pura Paibon Merta Sari Pratisentana Arya Tangkas Kori Agung, di Desa Adat Perasi, Kecamatan Karangasem,” kata Nyoman Suyasa yang juga Wakil Ketua DPRD Bali, dikonfirmasi di kediamannya di Banjar Perasi Kangin, Desa Pertima, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Sabtu (26/3).
“Saya jadi pamangku karena kesudi (titah Ida Bhatara wajib ngayah). Kalau sudah titah Ida Bhatara katanya, wajib dijalani. Ini merupakan sebuah perjalanan hidup kami menjalani karma,” imbuh Ketua DPC Gerindra Karangasem, itu.
Nyoman Suyasa menuturkan, lantaran di Pura Paibon Merta Sari Pretisentana Arya Tangkas Kori Agung selama 10 tahun tidak ada pamangku, sehubungan ayah kandungnya berumur 91 tahun tidak kuat lagi ngayah, maka pangempon pura menggelar paruman untuk menetapkan pamangku. Maka, keputusannya mesti mohon secara niskala kepada sedahan (penekun spiritual khusus bidang tenung). Dimohonkan pada September 2021 di Klungkung, sedahan menyebut yang berhak jadi pamangku adalah anak ketiga. Kemudian pangempon pura mendatangi Nyoman Suyasa, karena dia anak ketiga. Atas dasar itu, Nyoman Suyasa menyatakan siap ngayah, dan mawinten di hadapan guru spiritualnya di Jembrana. Hari baik upacara ditetapkan guru spiritualnya.
“Awalnya saya kaget, ditunjuk jadi pamangku, ya karena titah Ida Bhatara, saya siap ngayah,” tuturnya.
Nyoman Suyasa mengatakan walau menjadi Jro Mangku dirinya masih tetap aktif berpolitik. Terakhir di Pemilu Legislatif 2019 membukukan 17.700 suara, naik dibandingkan Pemilu 2014 mencatat 7.031 suara.
Istri Nyoman Suyasa, Ni Kadek Weisya Kusmiadewi juga mengaku siap ngayah mengikuti jejak sang suami. “Sebagai istri mesti siap ngayah, menjalankan dharma agama, di samping sehari-hari menjalankan dharma negara sebagai anggota DPRD Karangasem,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta Denpasar 2012.
Kadek Weisya Kusmia Dewi yang di Pemilu 2019 menempati nomor urut 9 dari Daerah Pemilihan Karangasem I Kecamatan Karangasem, meraih 1.421 suara, sekaligus mengalahkan incumbent I Wayan Putra Tanaya dengan 1.366 suara.
Sebagai Jro Mangku, katanya, hanya sibuk melayani umat sedharma saat ada piodalan di Pura Paibon Merta Sari Pretisentana Arya Tangkas Kori Agung.
Diakuinya, gelar Jro Mangku membuatnya merasa ada beban secara psikologis, paling tidak dirinya dituntut lebih mampu mengendalikan diri, sehingga tidak mudah emosi, saat menyuarakan aspirasi masyarakat dengan santun, dengan cara itu justru lebih cepat perjuangan tercapai.
Berjuang untuk kepentingan masyarakat, kata ibu tiga anak yang menjabat Wakil Bendahara Partai Gerindra Provinsi Bali, ini tidak mesti ngotot dengan melakukan intimidasi. Perjuangannya di forum resmi nanti diubah disampaikan dengan cara yang lebih sopan, tetapi apa yang jadi tujuan tersalurkan dan terakomodir. *k16
Nyoman Suyasa memaparkan, dirinya menjalani upacara ekajati atau mawinten pada Purnama Kapitu, Saniscara Pon Pahang, Sabtu (18 Desember 2021), di Geria Sakti Madu Kesawa, Banjar Pergung, Desa Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Upacara tersebut dipuput Ida Nabe Siwa Muni Monivasi.
“Saya menjalani upacara ekajati atas kehendak Ida Bhatara Sesuhunan ring Pura Paibon Merta Sari Pratisentana Arya Tangkas Kori Agung, di Desa Adat Perasi, Kecamatan Karangasem,” kata Nyoman Suyasa yang juga Wakil Ketua DPRD Bali, dikonfirmasi di kediamannya di Banjar Perasi Kangin, Desa Pertima, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Sabtu (26/3).
“Saya jadi pamangku karena kesudi (titah Ida Bhatara wajib ngayah). Kalau sudah titah Ida Bhatara katanya, wajib dijalani. Ini merupakan sebuah perjalanan hidup kami menjalani karma,” imbuh Ketua DPC Gerindra Karangasem, itu.
Nyoman Suyasa menuturkan, lantaran di Pura Paibon Merta Sari Pretisentana Arya Tangkas Kori Agung selama 10 tahun tidak ada pamangku, sehubungan ayah kandungnya berumur 91 tahun tidak kuat lagi ngayah, maka pangempon pura menggelar paruman untuk menetapkan pamangku. Maka, keputusannya mesti mohon secara niskala kepada sedahan (penekun spiritual khusus bidang tenung). Dimohonkan pada September 2021 di Klungkung, sedahan menyebut yang berhak jadi pamangku adalah anak ketiga. Kemudian pangempon pura mendatangi Nyoman Suyasa, karena dia anak ketiga. Atas dasar itu, Nyoman Suyasa menyatakan siap ngayah, dan mawinten di hadapan guru spiritualnya di Jembrana. Hari baik upacara ditetapkan guru spiritualnya.
“Awalnya saya kaget, ditunjuk jadi pamangku, ya karena titah Ida Bhatara, saya siap ngayah,” tuturnya.
Nyoman Suyasa mengatakan walau menjadi Jro Mangku dirinya masih tetap aktif berpolitik. Terakhir di Pemilu Legislatif 2019 membukukan 17.700 suara, naik dibandingkan Pemilu 2014 mencatat 7.031 suara.
Istri Nyoman Suyasa, Ni Kadek Weisya Kusmiadewi juga mengaku siap ngayah mengikuti jejak sang suami. “Sebagai istri mesti siap ngayah, menjalankan dharma agama, di samping sehari-hari menjalankan dharma negara sebagai anggota DPRD Karangasem,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta Denpasar 2012.
Kadek Weisya Kusmia Dewi yang di Pemilu 2019 menempati nomor urut 9 dari Daerah Pemilihan Karangasem I Kecamatan Karangasem, meraih 1.421 suara, sekaligus mengalahkan incumbent I Wayan Putra Tanaya dengan 1.366 suara.
Sebagai Jro Mangku, katanya, hanya sibuk melayani umat sedharma saat ada piodalan di Pura Paibon Merta Sari Pretisentana Arya Tangkas Kori Agung.
Diakuinya, gelar Jro Mangku membuatnya merasa ada beban secara psikologis, paling tidak dirinya dituntut lebih mampu mengendalikan diri, sehingga tidak mudah emosi, saat menyuarakan aspirasi masyarakat dengan santun, dengan cara itu justru lebih cepat perjuangan tercapai.
Berjuang untuk kepentingan masyarakat, kata ibu tiga anak yang menjabat Wakil Bendahara Partai Gerindra Provinsi Bali, ini tidak mesti ngotot dengan melakukan intimidasi. Perjuangannya di forum resmi nanti diubah disampaikan dengan cara yang lebih sopan, tetapi apa yang jadi tujuan tersalurkan dan terakomodir. *k16
Komentar