Limbah Pasar Dijadikan Disinfektan dan Pupuk
Kebutuhan disinfektan pada awal pandemi, memunculkan ide membuat eco enzyme yang proses pembuatannya dipelajari lewat internet.
SINGARAJA, NusaBali
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Arga Nayottama Kabupaten Buleleng membuat terobosan dalam hal mengoptimalkan sampah di seluruh unit pasar yang ada di Kabupaten Buleleng. Terobosan itu adalah dengan mengolah limbah pasar yang berupa buah dan sayur sebagai eco enzyme pengganti disinfektan sekaligus untuk pupuk.
Dirut Perumda Pasar Arga Nayottama I Made Agus Yudi Arsana mengungkapkan, pembuatan eco enzyme ini mulai dikerjakan pada awal munculnya pandemi Covid-19, yaitu pada awal tahun 2020. Karena kebutuhan disinfektan yang tinggi pada saat itu, maka muncul ide untuk membuat eco enzyme sebagai pengganti disinfektan. Selain juga sebagai pupuk dan penetralisir bau.
Agus Yudi menjelaskan, pembuatan eco enzyme dilakukan oleh anggotanya sendiri tanpa melibatkan pihak lainnya. Pihaknya mempelajari panduan dari internet dan informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Kini setiap induk unit pasar di Buleleng sudah mampu membuat eco enzyme di tempatnya masing-masing.
"Mereka membuat eco enzyme di pasar masing-masing. Selama tiga bulan, limbah yang dimplentasikan itu baru bisa dimanfaatkan menjadi eco enzyme," ujar Agus Yudi, Sabtu (26/3).
Terkait jumlah eco enzyme yang dihasilkan selama pembuatan, tergantung dari jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak limbah, semakin banyak juga menghasilkan eco enzym Pemanfaatan eco enzyme ini digunakan untuk penyemprotan disinfektan di lingkungan pasar setiap harinya. Selain itu, juga digunakan untuk pupuk di halaman pasar. Bahkan banyak pedagang yang minta untuk digunakan di rumahnya.
"Kadang pegawai-pegawai kita juga minta untuk di rumahnya. Katanya efektif juga untuk membasmi nyamuk, netralisir bau sehingga tidak begitu menyengat, seperti kandang ayam misalnya. Cukup tinggal disemprotkan saja," imbuhnya. *mz
Dirut Perumda Pasar Arga Nayottama I Made Agus Yudi Arsana mengungkapkan, pembuatan eco enzyme ini mulai dikerjakan pada awal munculnya pandemi Covid-19, yaitu pada awal tahun 2020. Karena kebutuhan disinfektan yang tinggi pada saat itu, maka muncul ide untuk membuat eco enzyme sebagai pengganti disinfektan. Selain juga sebagai pupuk dan penetralisir bau.
Agus Yudi menjelaskan, pembuatan eco enzyme dilakukan oleh anggotanya sendiri tanpa melibatkan pihak lainnya. Pihaknya mempelajari panduan dari internet dan informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng. Kini setiap induk unit pasar di Buleleng sudah mampu membuat eco enzyme di tempatnya masing-masing.
"Mereka membuat eco enzyme di pasar masing-masing. Selama tiga bulan, limbah yang dimplentasikan itu baru bisa dimanfaatkan menjadi eco enzyme," ujar Agus Yudi, Sabtu (26/3).
Terkait jumlah eco enzyme yang dihasilkan selama pembuatan, tergantung dari jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak limbah, semakin banyak juga menghasilkan eco enzym Pemanfaatan eco enzyme ini digunakan untuk penyemprotan disinfektan di lingkungan pasar setiap harinya. Selain itu, juga digunakan untuk pupuk di halaman pasar. Bahkan banyak pedagang yang minta untuk digunakan di rumahnya.
"Kadang pegawai-pegawai kita juga minta untuk di rumahnya. Katanya efektif juga untuk membasmi nyamuk, netralisir bau sehingga tidak begitu menyengat, seperti kandang ayam misalnya. Cukup tinggal disemprotkan saja," imbuhnya. *mz
Komentar