Pamedek Membeludak pada Sabtu dan Minggu
Pascapuncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Besakih
Pamedek yang datang tidak sampai padat tiap hari hingga tidak bisa bergerak, seperti yang terjadi saat Karya Agung Panca Balikrama tahun 2019.
AMLAPURA, NusaBali
Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, puncaknya pada Purnama Kadasa, Wraspati Paing Dukut, Kamis (17/3). Ida Bhatara akan masineb atau kembali distanakan ke palinggih masing-masing pada Wraspati Pon Landep, Kamis (7/4). Pasca punca karya,
pamedek yang bersembahyang hanya membeludak pada Sabtu dan Minggu. Terutama pada Sabtu malam, panitia karya menyiapkan ilen-ilen atau hiburan untuk umat di Wantilan Sasana Budaya Sri Kesari Warmadewa, barat Bencingah Agung.
"Sabtu dan Minggu pamedek membeludak, bahkan Sabtu malam ramai hingga tengah malam, karena ada hiburan," jelas Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiarta di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat (25/3).
Bukan saja Sabtu malam, katanya, di saat hari libur juga pamedek ramai lancar. Hanya saja, pamedek yang datang tidak sampai padat setiap hari hingga tidak bisa bergerak, seperti yang terjadi saat Karya Agung Panca Balikrama tahun 2019. "Kali ini pamedek yang datang, ramai dan lancar, walau terbatasnya tempat parkir, tetapi secara umum tidak ada kesulitan," tambah bendesa dari Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Berkurangnya pamedek, sehingga petugas kebersihan di Pura Penataran Agung Besakih, tidak sampai kewalahan membersihkan sampah bekas upakara. Pantauan NusaBali, pamedek tidak sampai antri berlama-lama memasuki jeroan atau utama mandala Pura Penataran Agung Besakih, dan sejumlah Pura Padharman.
Sedangkan pada hari-hari biasa, sepi pamedek. Kecuali dari rombongan pemkab/kota yang menggelar upacara Panganyar di Pura Penataran Agung Besakih.
Menurut Jro Mangku Widiarta, ada beberapa penyebab sehingga pamedek tidak sampai membeludak seperti pada karya-karya di Pura Besakih sebelumnya. Selain karena masih pandemi Covid-19, terbatasnya tempat parkir, dan persoalan teknis lainnya.
Parkir hanya tersisa 30 persen milik lahan pemerintah. Karena sejumlah terminal telah dibongkar dengan berdirinya sejumlah bangunan terkait penataan Kawasan Suci Pura Besakih. Pembongkaran mulai dari Terminal Banjar Kedundung, Desa Besakih, sebagian digunakan untuk direksi keet (sekretariat) pelaksana proyek. Selain itu, Terminal VIP I, VIP II, dan VIP III Pura Besakih, di sisi barat Pura Besakih sepenuhnya dibongkar karena akan dibangun sejumlah fasilitas penunjang. Pembongkaran juga di Terminal Pura Manik Mas I, dan II.
Praktis parkir pamedek lebih banyak memanfaatkan lahan pribadi, dan bahu jalan. Parkir yang tersisa, di jaba Pura Dalem Puri, Pura Kiduling Kereteg Besakih, jaba Pura Batumadeg Besakih, barat Pura Penataran Agung Besakih, parkir Pura Pasucian, Pura Pengubengan dan Pura Peninjoan.
Selama ini pamedek dari jalur Karangasem timur lebih memilih bergerak dari jalur timur Pura Besakih, dari Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat. Dari titik ini pamedek ke utara menuju Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, hingga Banjar Palak, Desa Besakih, dan memilih parkir di jaba Pura Kiduling Kereteg. Dengan itu pamedek tidak mengalami hambatan soal parkir, terlebih ada parkir tanah pribadi. Pamedek masih memungkinkan parkir di bahu jalan dan jaba Pura Kiduling Kereteg, selanjutnya berjalan kaki ke arah barat menuju Pura Padharman Besakih dan Pura Penataran Agung Besakih.
Hanya pamedek dari jalur barat Pura Besakih, sedikit krodit. Meskipun ada parkir di Terminal Banjar Kedundung atau jaba Pura Dalem Puri Besakih, sertaa parkir di lahan milik warga. Dari titik itu, untuk menuju Pura Penataran Agung Besakih dilanjutkan dengan naik ojek motor dadakan, sekali antar bayar Rp 10.000/orang.
"Kondisi agak krodit begini, hanya terjadi saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, tahun ini saja. Sebab, proyek penataan Pura Besakih tuntas Desember 2022, dan karya pada tahun 2023, dijamin kendaraan pamedek lebih tertib,' tambahnya.
Kapolsek Rendang Kompol I Nyoman Sukadana juga mengakui kendaraan pamedek kini tidak terlalu krodit jika dibandingkan karya tahun-tahun lalu. Meski demikian sejumlah petugas tetap memantau secara rutin. "Petugas telah memetakan tempat parkir, jika parkir milik pemerintah penuh diarahkan ke parkir milik pribadi," jelasnya.
Karena kondisi jalan agak leluasa, lanjut Kapolres, maka jalur menuju Pura Besakih tidak diatur secara khusus. Dari jalur timur Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang tetap bisa melintas dua arah, beda dengan tahun-tahun sebelumnya digunakan jalur keluar. Begitu juga di jalur barat dari Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, tetap bisa dua arah juga melintas ke utara, itu pertanda kendaraan pamedek tidak terlalu krodit. *k16
pamedek yang bersembahyang hanya membeludak pada Sabtu dan Minggu. Terutama pada Sabtu malam, panitia karya menyiapkan ilen-ilen atau hiburan untuk umat di Wantilan Sasana Budaya Sri Kesari Warmadewa, barat Bencingah Agung.
"Sabtu dan Minggu pamedek membeludak, bahkan Sabtu malam ramai hingga tengah malam, karena ada hiburan," jelas Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiarta di Pura Penataran Agung Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat (25/3).
Bukan saja Sabtu malam, katanya, di saat hari libur juga pamedek ramai lancar. Hanya saja, pamedek yang datang tidak sampai padat setiap hari hingga tidak bisa bergerak, seperti yang terjadi saat Karya Agung Panca Balikrama tahun 2019. "Kali ini pamedek yang datang, ramai dan lancar, walau terbatasnya tempat parkir, tetapi secara umum tidak ada kesulitan," tambah bendesa dari Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Berkurangnya pamedek, sehingga petugas kebersihan di Pura Penataran Agung Besakih, tidak sampai kewalahan membersihkan sampah bekas upakara. Pantauan NusaBali, pamedek tidak sampai antri berlama-lama memasuki jeroan atau utama mandala Pura Penataran Agung Besakih, dan sejumlah Pura Padharman.
Sedangkan pada hari-hari biasa, sepi pamedek. Kecuali dari rombongan pemkab/kota yang menggelar upacara Panganyar di Pura Penataran Agung Besakih.
Menurut Jro Mangku Widiarta, ada beberapa penyebab sehingga pamedek tidak sampai membeludak seperti pada karya-karya di Pura Besakih sebelumnya. Selain karena masih pandemi Covid-19, terbatasnya tempat parkir, dan persoalan teknis lainnya.
Parkir hanya tersisa 30 persen milik lahan pemerintah. Karena sejumlah terminal telah dibongkar dengan berdirinya sejumlah bangunan terkait penataan Kawasan Suci Pura Besakih. Pembongkaran mulai dari Terminal Banjar Kedundung, Desa Besakih, sebagian digunakan untuk direksi keet (sekretariat) pelaksana proyek. Selain itu, Terminal VIP I, VIP II, dan VIP III Pura Besakih, di sisi barat Pura Besakih sepenuhnya dibongkar karena akan dibangun sejumlah fasilitas penunjang. Pembongkaran juga di Terminal Pura Manik Mas I, dan II.
Praktis parkir pamedek lebih banyak memanfaatkan lahan pribadi, dan bahu jalan. Parkir yang tersisa, di jaba Pura Dalem Puri, Pura Kiduling Kereteg Besakih, jaba Pura Batumadeg Besakih, barat Pura Penataran Agung Besakih, parkir Pura Pasucian, Pura Pengubengan dan Pura Peninjoan.
Selama ini pamedek dari jalur Karangasem timur lebih memilih bergerak dari jalur timur Pura Besakih, dari Banjar Susut, Desa Muncan, Kecamatan Selat. Dari titik ini pamedek ke utara menuju Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, hingga Banjar Palak, Desa Besakih, dan memilih parkir di jaba Pura Kiduling Kereteg. Dengan itu pamedek tidak mengalami hambatan soal parkir, terlebih ada parkir tanah pribadi. Pamedek masih memungkinkan parkir di bahu jalan dan jaba Pura Kiduling Kereteg, selanjutnya berjalan kaki ke arah barat menuju Pura Padharman Besakih dan Pura Penataran Agung Besakih.
Hanya pamedek dari jalur barat Pura Besakih, sedikit krodit. Meskipun ada parkir di Terminal Banjar Kedundung atau jaba Pura Dalem Puri Besakih, sertaa parkir di lahan milik warga. Dari titik itu, untuk menuju Pura Penataran Agung Besakih dilanjutkan dengan naik ojek motor dadakan, sekali antar bayar Rp 10.000/orang.
"Kondisi agak krodit begini, hanya terjadi saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, tahun ini saja. Sebab, proyek penataan Pura Besakih tuntas Desember 2022, dan karya pada tahun 2023, dijamin kendaraan pamedek lebih tertib,' tambahnya.
Kapolsek Rendang Kompol I Nyoman Sukadana juga mengakui kendaraan pamedek kini tidak terlalu krodit jika dibandingkan karya tahun-tahun lalu. Meski demikian sejumlah petugas tetap memantau secara rutin. "Petugas telah memetakan tempat parkir, jika parkir milik pemerintah penuh diarahkan ke parkir milik pribadi," jelasnya.
Karena kondisi jalan agak leluasa, lanjut Kapolres, maka jalur menuju Pura Besakih tidak diatur secara khusus. Dari jalur timur Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang tetap bisa melintas dua arah, beda dengan tahun-tahun sebelumnya digunakan jalur keluar. Begitu juga di jalur barat dari Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, tetap bisa dua arah juga melintas ke utara, itu pertanda kendaraan pamedek tidak terlalu krodit. *k16
1
Komentar