Buleleng Tunggu Bantuan STB
Siaran TV Beralih ke Digital
SINGARAJA, NusaBali
Belum tuntas kendala akses siaran televisi di wilayah Buleleng, peralihan siaran TV analog ke digital sudah diberlakukan tahun ini.
Analog Switch Off (ASO) tahap I pun akan dilakukan pada 30 April mendatang. Pemerintah Kabupaten Buleleng pun berharap datangnya bantuan set top box (STB) yang digunakan untuk mengkonversi siaran digital agar tetap bisa diterima TV analog
Namun Kepala Dinas Komunikasi Informatika Persandian dan Statistik (Kominfo Santi) Buleleng Ketut Suwarmawan, Minggu (27/3), menyatakan rencana pemerintah mengalihkan TV analog ke digital, belum ada edaran resmi. Hanya saja rencana peralihan ini sudah disosialisasikan semenjak Undang-Undang Cipta Kerja diketok palu.
“Melihat perkembangan saat ini peralihan sudah dimulai bulan April ini hingga batas waktu terakhir November mendatang. Ya mau tidak mau kita harus siap, kalau tidak siap bisa akan ditinggalkan,” kata Suwarmawan.
Kebijakan terbaru ini pun menjadi tantangan untuk masyarakat Buleleng. Meskipun saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan TV digital. Tetapi tak sedikit yang masih menggunakan TV analog. Terutama masyarakat di pedesaan.
“Rata-rata sekarang masyarakat Buleleng pakai TV berlangganan, smart TV dengan sambungan internet, parabola. Tapi ada juga yang masih pakai antena minimalis seperti UHF dan 2F,” imbuh dia.
Kondisi ini terjadi karena Buleleng memiliki wilayah topografi yang sebagian besar adalah perbukitan. Siaran televisi rata-rata tidak dapat dijangkau hanya dengan menggunakan pemancar biasa saja. Masyarakat Buleleng wajib menambahkan STB untuk dapat mengakses siaran dengan gambar dan suara yang lebih jernih.
Suwarmawan pun berharap program bantuan STB untuk masyarakat miskin dapat diberikan lebih banyak untuk masyarakat Buleleng. “Kami belum terima infonya Buleleng dapat berapa-berapa karena bantuan langsung dari pusat dibantu data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) di Kemensos dan distribusinya oleh PT Pos. Harapannya Buleleng dapat lebih, karena jumlah penduduk terbesar di Bali dan juga data DTKS juga lebih banyak dibandingkan kabupaten lain,” harap mantan Kabag Protokol dan Pimpinan Setda Buleleng ini.
Sementara itu kondisi akses siaran televisi masih menjadi kendala di Buleleng. Seperti yang dialami warga Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Hampir 80 persen masyarakat setempat masih menggunakan parabola untuk mendapatkan siaran televisi.
Seorang warga Gede Putra Laksana, 45, mengaku sudah menggunakan parabola untuk dapat menonton siaran televisi sejak belasan tahun silam. Dia mengupayakan membeli parabola dengan menabung. “Pakai parabola juga tidak semua siaran ditangkap. Hanya lima saja. Kadang-kadang hilang juga dan perlu cari tukang program bayar Rp 30.000 tiap datang,” ungkapnya.
Putra mengaku belum mengetahui rencana peralihan TV analog ke TV digital. Namun dia berharap bisa mendapatkan bantuan STB dari pemerintah. “Kami masyarakat desa hanya nonton TV hiburan kami. Jadi sangat penting juga untuk tahu berita,” ucap Putra yang juga seorang anggota Linmas Desa Les.
Kondisi masyarakat Les yang masih menggunakan parabola dibenarkan Perbekel Les Gede Adi Wistara. Menurutnya masyarakat desanya yang sebagian adalah petani mengupayakan mendapatkan siaran televisi dengan memasang parabola atau TV kabel. Bahkan tak sedikit warganya memilih pinjam uang untuk bisa mendapatkan siaran televisi yang jernih.
Sayangnya siaran televisi di TV analog itu menggunakan batas waktu dan bisa hilang kapan saja. Sehingga perlu biaya tambahan untuk melacak frekuensi siaran dengan mendatangkan tukang program siaran TV. “Siaran TV di desa kami sangat dibutuhkan masyarakat, untuk mendapatkan informasi dan hiburan,” jelas Wistara. *k23
Komentar