Forum Komunikasi Desa Wisata Bali Gandeng Just Me Asia
Promosikan Desa Wisata di Pulau Dewata
MANGUPURA, NusaBali
Sebagai upaya membangkitkan kembali pariwisata Bali yang sempat mati suri karena wabah global Covid-19, Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali berkolaborasi dengan Just Me Asia mempromosikan kembali pariwisata khususnya di Desa Wisata.
Dengan adanya kolaborasi itu, diharapkan bisa membangkitkan kembali gairah wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata yang ada di Pulau Dewata. Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali, I Made Mendra Astawa, mengatakan setelah dua tahun pariwisata Bali mati suri, saat ini sangat membutuhkan banyak tangan untuk membalikkan kondisi itu. Beberapa upaya sudah dilakukan, termasuk memudahkan akses bagi wisatawan asing seperti tanpa karantina dan pemanfaatan Visa on Arrival (VoA). Namun, hal itu tentunya tidak berdampak ke seluruh wilayah Bali yang menampilkan pariwisata yang berbasis Desa Wisata.
“Kita apresiasi semua kemudahan yang sudah ada saat ini. Tapi, itu baru berdampak pada pariwisata yang ada di wilayah Selatan. Karena kita sadari, banyak tempat wisata juga yang berada di luar wilayah yang ada di selatan seperti di Ubud, Candidasa, Tanah Lot, Tulamben dan lainnya,” kata Astawa saat menghadiri kegiatan Just Me Asia di Seminyak, Minggu (27/3) malam.
Astawa mengakui, berbagai upaya dilakukan saat ini untuk mendongkrak kembali pariwisata, utamanya di Desa Wisata. Salah satu yang sedang digarap adalah berkolaborasi bersama media digital interaktif Just Me Asia, di mana langkah ini merupakan terobosan yang sangat positif dalam memperkenalkan lebih dalam lagi terkait kondisi pariwisata yang berbasis Desa Wisata. Kolaborasi ini, lanjut dia, menampilkan kembali sisi kebudayaan, alam yang ada dan menjadi representatif Bali, khususnya Desa Wisata.
“Langkah ini sudah dipikirkan bersama. Nah, dengan adanya kolaborasi ini, tentu menjadi nilai positif dalam mempromosikan pariwisata Bali saat kondisi pandemi ini. Ini adalah momentum untuk menggaet wisatawan asing untuk kembali berlibur ke Bali, khususnya di tempat-tempat pedesaan. Dan tentu pilihannya di Desa Wisata,” kata Astawa.
Di Pulau Dewata saat ini, rinci Astawa, terdapat 196 Desa Wisata. Konsep yang ditampilkan dalam Desa Wisata itu sendiri berbeda-beda. Hal ini tentunya menjadi banyak pilihan wisatawan yang hendak datang ke depannya. Dia menyadari, bahwa kondisi Desa Wisata saat ini memang tidaklah separah dengan pariwisata yang ada di wilayah Selatan. Karena, pada dasarnya Desa Wisata merupakan suatu yang ada di Desa kemudian diangkat ke permukaan. Dalam artian, Desa Wisata tidak memindahkan sesuatu ke desa, namun mengangkat sesuai yang ada di desa itu sendiri. ‘Salah satu contohnya adalah beraktivitas di kali, mulai dari mencuci, mandi dan lainnya. Jadi, ini yang diangkat kembali dan menjadi cerita bahwa pernah ada di Bali. Ini juga yang kita kolaborasi dengan Just Me Asia ini agar mengangkat itu,” sebut Astawa seraya mengakui kalau banyak juga air terjun saat ini dijadikan sebagai promosi ke wisatawan.
Di lokasi yang sama, perwakilan dari Just Me Asia, Dwi Sutarjanto, mengaku kalau dalam promosi Bali Bangkit, pihaknya mengangkat tema The Face of Asia, di mana terdapat 12 model dari berbagai latarbelakang yang berbeda. Para model ini, lanjut dia, terjun langsung ke lokasi yang memang ingin dipromosikan ke wisatawan. Para model ini akan tampil natural dengan kondisi Bali termasuk di Desa Wisata. “Untuk lokasi pertama dalam kampanye Bali Bangkit ini, kita ambil di kawasan Gunung Batur, Pantai Nyanyi, dan Ubud. Jadi menampilkan kondisi alam yang memang belum terjamah. Ke depannya, akan kita lakukan berkesinambungan untuk promosi pariwisata ini. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini bisa membangkitkan lagi pariwisata Bali yang terdampak pandemi Covid-19,” harapnya. *dar
Komentar