Akhir-akhir Ini Korban Agak Tertutup, Dikenal Baik dan Disiplin Kuliah
Pasca Kejadian Mahasiswa ISI Denpasar Ditemukan Tewas di Kamar Kos
Berdasarkan cerita, korban pernah mengeluh sakit maag, cerita lain menyebutkan korban yang alumni SMAN 1 Tampaksiring ini sempat beli makanan siap saji.
GIANYAR, NusaBali
Dugaan penyebab kematian mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Komang Tri Karmayoga, 21, yang ditemukan di kamar kosnya di Jalan SMA 3 Gang VI Nomor 1 Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar, Senin (28/3) pukul 13.20 Wita masih misterius. Pihak keluarga mengaku hanya bisa mengira-ngira, tanpa tahu pasti kejelasannya. Apakah keracunan karena ada keluar busa dari mulut korban atau sebab lain. Pasca ditemukan meninggal keluarga hanya meminta jasad korban segera dibawa pulang. Maka itu, jasad tidak diotopsi, karena permintaan keluarga agar bisa segera menguburkan korban.
Paman korban, I Made Widana saat dikonfirmasi, Selasa (29/3) mengatakan dalam keseharian Komang Tri dikenal baik. Namun belakangan ini sedikit tertutup. "Sejak beranjak dewasa Komang agak tertutup. Padahal waktu anak-anak biasa, remaja biasa," jelas Made Widana yang menjabat Perbekel Tampaksiring ini.
Korban merupakan anak laki-laki bungsu dari 3 bersaudara. Korban tinggal di kos terpisah dengan kakaknya yang sesama mahasiswa ISI Denpasar. Semenjak kuliah, korban lebih banyak menutup diri di kamar. "Mungkin ada perubahan, mungkin sibuk kuliah jarang berbaur sama mindon di kampung. Pulang dari kos, hanya di kamar di rumah. Kalau ada keperluan belanja pulang lagi termasuk jarang bergaul dengan saudara," jelas Widana. Korban merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya I Wayan Sadra, 53, dan ibu Ni Wayan Dapur. Dua kakak perempuannya, masih kuliah di ISI Denpasar dan satu lagi menjadi tenaga kesehatan.
Sepengetahuan Widana, Komang Tri tipe mahasiswa disiplin dan tidak neko-neko. "Kuliahnya tepat waktu," jelas Widana. Terkait meninggalnya korban secara misterius, keluarga tidak ada firasat berarti. Saat beberapa kali dihubungi, namun tak menjawab keluarga mengira Komang Tri masih sibuk mengerjakan tugas.
"Cuman mengira selama hilang kontak saling duga, ibunya kira ada tugas di kampus. Sehingga gak diganggu. Pesan singkat beberapa kali dikirim keluarga, namun tidak ada balasan. Di WA gak dibalas, telepon gak diangkat. Dikira di kos buat tugas," jelas Widana yang juga Perbekel Desa Tampaksiring ini. Saat ini jasad korban dikubur atau nyulubin di Setra Agung Tampaksiring, Anggara Wage Sinta, Selasa (29/3) pukul 18.00 Wita. Sebelum jenazah dikubur, sejumlah kerabat, rekan-rekan korban dan dosen di ISI Denpasar terlihat melayat ke rumah duka di Jalan Kresna kawasan Banjar Kawan, Tampaksiring, Gianyar.
Mengenai penyebab meninggalnya, keluarga masih menduga-duga. "Menurut keterangan saksi dan teman, tidak ada masalah. Hasil pemeriksaan luar forensik juga belum jelas, kami percayakan pada pihak berwenang. Kami menduga saja. Karena minum mungkin gak enak sama teman. Setelah minum biasa katanya ke kampus," jelasnya.
Hanya saja berdasarkan cerita, korban pernah mengeluh sakit maag. "Ortu gak tahu anaknya sakit maag. Tidak pernah cerita. Mungkin karena sudah dewasa, dia agak malu. Tapi orangnya tidak neko-neko, ada Paracetamol. Karena merasa sempat meriang," jelasnya. Cerita lain menyebutkan korban yang alumni SMAN 1 Tampaksiring ini sempat beli makanan siap saji. "Apa keracunan itu atau salah makan, kan banyak pantangan kalau maag. Ini yang kami masih bertanya-tanya juga," ungkap Widana.
Seperti diberitakan seorang mahasiswa ISI Denpasar, Komang Tri Karmayoga, 21, ditemukan tewas di kamar kosnya di Jalan SMA 3 Gang VI Nomor 1 Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar, Senin (28/3) pukul 13.20 Wita. Korban pertama kali ditemukan oleh kakak perempuannya Ni Wayan Sri Wahyuni, 26. Saat ditemukan tubuh korban sudah membiru dengan mulut mengeluarkan busa. Keterangan dari pihak ISI Denpasar, korban merupakan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar.
Kapolsek Denpasar Timur, Kompol Tri Joko Widiyanto dalam keterangan persnya kemarin sore mengungkapkan Sri Wahyuni mendatangi kos adiknya (korban) karena tidak bisa dihubungi lewat aplikasi WhatsApp maupun telepon biasa. Pada saat tiba di kos korban yang berjarak hanya 200 meter dari kos Sri Wahyuni, saksi menemukan korban sudah meninggal.
"Wayan Sri Wahyuni mengaku terakhir ketemu dengan adiknya itu pada 24 Maret 2022. Pada saat itu korban mendatangi kos Sri Wahyuni untuk membicarakan persiapan untuk sembahyang di Pura Besakih pada 30 Maret 2022," beber Kompol Tri Joko.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar, Dr Anak Agung Gede Rai Remawa membenarkan bahwa Komang Tri Karmayoga merupakan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar. Saat ini yang bersangkutan duduk di semester VI.
"Mahasiswa bersangkutan sangat tekun mengikuti studi dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Atas nama Civitas Akademika ISI Denpasar, kami sangat kehilangan dan duka cita mendalam, semoga Almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," ungkap Rai Remawa. *nvi
Paman korban, I Made Widana saat dikonfirmasi, Selasa (29/3) mengatakan dalam keseharian Komang Tri dikenal baik. Namun belakangan ini sedikit tertutup. "Sejak beranjak dewasa Komang agak tertutup. Padahal waktu anak-anak biasa, remaja biasa," jelas Made Widana yang menjabat Perbekel Tampaksiring ini.
Korban merupakan anak laki-laki bungsu dari 3 bersaudara. Korban tinggal di kos terpisah dengan kakaknya yang sesama mahasiswa ISI Denpasar. Semenjak kuliah, korban lebih banyak menutup diri di kamar. "Mungkin ada perubahan, mungkin sibuk kuliah jarang berbaur sama mindon di kampung. Pulang dari kos, hanya di kamar di rumah. Kalau ada keperluan belanja pulang lagi termasuk jarang bergaul dengan saudara," jelas Widana. Korban merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya I Wayan Sadra, 53, dan ibu Ni Wayan Dapur. Dua kakak perempuannya, masih kuliah di ISI Denpasar dan satu lagi menjadi tenaga kesehatan.
Sepengetahuan Widana, Komang Tri tipe mahasiswa disiplin dan tidak neko-neko. "Kuliahnya tepat waktu," jelas Widana. Terkait meninggalnya korban secara misterius, keluarga tidak ada firasat berarti. Saat beberapa kali dihubungi, namun tak menjawab keluarga mengira Komang Tri masih sibuk mengerjakan tugas.
"Cuman mengira selama hilang kontak saling duga, ibunya kira ada tugas di kampus. Sehingga gak diganggu. Pesan singkat beberapa kali dikirim keluarga, namun tidak ada balasan. Di WA gak dibalas, telepon gak diangkat. Dikira di kos buat tugas," jelas Widana yang juga Perbekel Desa Tampaksiring ini. Saat ini jasad korban dikubur atau nyulubin di Setra Agung Tampaksiring, Anggara Wage Sinta, Selasa (29/3) pukul 18.00 Wita. Sebelum jenazah dikubur, sejumlah kerabat, rekan-rekan korban dan dosen di ISI Denpasar terlihat melayat ke rumah duka di Jalan Kresna kawasan Banjar Kawan, Tampaksiring, Gianyar.
Mengenai penyebab meninggalnya, keluarga masih menduga-duga. "Menurut keterangan saksi dan teman, tidak ada masalah. Hasil pemeriksaan luar forensik juga belum jelas, kami percayakan pada pihak berwenang. Kami menduga saja. Karena minum mungkin gak enak sama teman. Setelah minum biasa katanya ke kampus," jelasnya.
Hanya saja berdasarkan cerita, korban pernah mengeluh sakit maag. "Ortu gak tahu anaknya sakit maag. Tidak pernah cerita. Mungkin karena sudah dewasa, dia agak malu. Tapi orangnya tidak neko-neko, ada Paracetamol. Karena merasa sempat meriang," jelasnya. Cerita lain menyebutkan korban yang alumni SMAN 1 Tampaksiring ini sempat beli makanan siap saji. "Apa keracunan itu atau salah makan, kan banyak pantangan kalau maag. Ini yang kami masih bertanya-tanya juga," ungkap Widana.
Seperti diberitakan seorang mahasiswa ISI Denpasar, Komang Tri Karmayoga, 21, ditemukan tewas di kamar kosnya di Jalan SMA 3 Gang VI Nomor 1 Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur, Denpasar, Senin (28/3) pukul 13.20 Wita. Korban pertama kali ditemukan oleh kakak perempuannya Ni Wayan Sri Wahyuni, 26. Saat ditemukan tubuh korban sudah membiru dengan mulut mengeluarkan busa. Keterangan dari pihak ISI Denpasar, korban merupakan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar.
Kapolsek Denpasar Timur, Kompol Tri Joko Widiyanto dalam keterangan persnya kemarin sore mengungkapkan Sri Wahyuni mendatangi kos adiknya (korban) karena tidak bisa dihubungi lewat aplikasi WhatsApp maupun telepon biasa. Pada saat tiba di kos korban yang berjarak hanya 200 meter dari kos Sri Wahyuni, saksi menemukan korban sudah meninggal.
"Wayan Sri Wahyuni mengaku terakhir ketemu dengan adiknya itu pada 24 Maret 2022. Pada saat itu korban mendatangi kos Sri Wahyuni untuk membicarakan persiapan untuk sembahyang di Pura Besakih pada 30 Maret 2022," beber Kompol Tri Joko.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ISI Denpasar, Dr Anak Agung Gede Rai Remawa membenarkan bahwa Komang Tri Karmayoga merupakan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar. Saat ini yang bersangkutan duduk di semester VI.
"Mahasiswa bersangkutan sangat tekun mengikuti studi dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Atas nama Civitas Akademika ISI Denpasar, kami sangat kehilangan dan duka cita mendalam, semoga Almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," ungkap Rai Remawa. *nvi
1
Komentar