40% Masyarakat Bisa Pindah ke Pertalite
Harga Pertamax Naik
JAKARTA, NusaBali
Harga Pertamax atau BBM RON 92 dipastikan naik pada 1 April 2022. Harga Pertamax akan berada di kisaran Rp 12.000 per liter dari saat ini di kisaran Rp 9.000 per liter.
Hal itu dibenarkan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, Kamis (31/3). "Lebih kurang begitu," katanya, seperti dilansir detikcom.
Ahok mengatakan, harga Pertamax masih lebih rendah dari harga BBM sejenis yang dijual kompetitor. Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak terlalu berat. Di sisi lain, SPBU swasta tak mengerek harga terlalu tinggi.
"Ya. Supaya masyarakat tidak terlalu berat dan SPBU swasta tidak bisa naikkan terlalu tinggi dengan harga minyak Indonesia ICP sudah US$ 114/barel mulai berlaku 1/4," katanya.
Sumber detikcom menyebut, harga Pertamax akan di bawah harga BBM yang dijual Shell. Shell sendiri menjual Shell Super dengan RON 92 dengan harga Rp 12.990 per liter.
"Di bawah 12.900, (sekitar) Rp 12.400-12.500-12.600 gitu lah," ungkapnya. Pengamat memperkirakan kenaikan harga Pertamax membuat 40 persen konsumen beralih ke Pertalite. Kondisi ini berisiko membebani keuangan negara mengingat pemerintah memberikan subsidi terhadap Pertalite.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyarankan sebaiknya PT Pertamina (persero) menahan harga Pertamax tetap di angka Rp9.000 per liter.
Menurut Bhima, masih banyak skema dana kompensasi dari APBN kepada Pertamina sebagai cara menahan kenaikan harga BBM jenis nonsubsidi.
"Tergantung disparitas harga Pertamax dengan Pertalite. Kalau Pertamax Rp14.000 maka minimum 40 persen konsumen migrasi ke Pertalite," katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (31/3).
Menurutnya, solusi terbaik untuk saat ini adalah tambahan dana kompensasi dari APBN. Ia mengingatkan konsumen Pertamax tidak hanya kelas atas, tetapi kelas menengah rentan yang jumlahnya mencapai 115 juta orang.
"Kelas menengah rentan ini sedikit saja penyesuaian harga BBM langsung turun kelas, atau lakukan migrasi," imbuhnya. Jika itu terjadi, imbuhnya, akan menciptakan masalah baru dalam penjualan Pertalite dan berdampak pada beban keuangan pemerintah.
Bhima menilai Pertamina seharusnya masih memiliki tabungan dari selisih harga penjualan BBM dan penurunan tajam harga minyak mentah dunia sepanjang 2020. *
1
Komentar