nusabali

Suka Satua Bali Sejak Anak-anak, Pilih Sekolah Guru Agama Hindu

Drs I Wayan Tontra, Bendesa Madya MDA Kabupaten Tabanan

  • www.nusabali.com-suka-satua-bali-sejak-anak-anak-pilih-sekolah-guru-agama-hindu

TABANAN, NusaBali
Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Kabupaten Tabanan, Drs I Wayan Tontra MM, 68, sejak anak-anak suka mendengarkan satua Bali dan tutur tentang adat, agama, dan budaya.

Kecintaan terhadap satua Bali dan tutur adat dan agama itu pula mengantarkannya sekolah di Pendidikan Guru Agama Hindu (PGAH) Denpasar, tamat tahun 1974. Tontra dinilai cakap tentang adat dan agama, dia pun didaulat menjadi Bendesa Madya Majelis Bendesa Adat (MDA) Kabupaten Tabanan sejak tahun 2012. Tontra juga dipercaya sebagai Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Tabanan dari tahun 2013 sampai sekarang.

‘Keakraban’ Tontra dengan agama, adat, dan budaya tidak bisa dilepaskan dari lingkungan keluarga. Ayahandanya, I Made Sadra (alm) dua periode menjabat Bendesa Adat Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Ayahnya juga seorang ahli bangunan Bali atau undagi serba bisa. Mulai dari membuat sanggah atau merajan, bade, petulangan, dan beragam bangunan tradisional lainnya. Tontra juga mewarisi ilmu undagi itu. “Nggih, ada faktor keturunan,” ungkap Tontra, Sabtu (2/4).

Tontra mengisahkan kenangannya terkait kecintaan tentang satua Bali dan tutur agama semasih SD. Saat itu, tokoh adat kelahiran 11 Februari 1954 ini mendengarkan penyuluhan agama di SDN Kelating. Sejumlah tokoh agama dan adat hadir memberikan pencerahan kepada krama. Cara penyampaian penutur itu lengut, pas, dan tepat sasaran. “Tiang sangat terkesan, kagum dengan para tokoh itu,” ujar Tontra. Diakui tokoh-tokoh itu menginspirasinya dan belakangan mengajaknya ‘mengabdi’ di lembaga agama, adat, dan budaya. Usai menamatkan sekolah di SMP Kerambitan tahun 1970, Tontra melanjutkan ke sekolah guru agama di PGAH Denpasar.

Setamat dari PGAH tahun 1974, Tontra mulai bekerja. Dia mendapat tempaan menjadi pedharma wacana atau dharma duta. Tak berselang lama, Tontra diangkat sebagai guru PNS pada tahun 1977. Seiring dengan pekerjaannya sebagai tenaga pendidik, Tontra aktif di PHDI dan lembaga adat yang dulu disebut Badan Pelaksana Pembina Lembaga Adat (BPPLA). Pertama sebagai Ketua PHDI sekaligus Ketua BPPLA Kecamatan Penebel pada tahun 1980-1990. Selanjutnya menjadi Sekretaris PHDI Kabupaten Tabanan merangkap Ketua BPPLA Kabupaten Tabanan tahun 1985-2000. Selanjutnya dari tahun 2013 sampai sekarang, Tontra adalah Ketua PHDI Kabupaten Tabanan sekaligus Bendesa Madya MDA Kabupaten Tabanan. “Tiang sering berikan penyuluhan tentang agama dan adat,” ungkap suami I Gusti Ayu Made Murniati ini.

Bagi Tontra, menyampaikan pesan, menyalurkan ilmu pengetahuan untuk mencerahkan krama jadi kebahagiaan tersendiri. Manfaat lain kian banyak teman, braya maupun kanti. Tidak saja sebagai penyuluh agama, Tontra juga seorang pragina. Dia sering menari topeng Sidakarya dan main drama gong. Pernah bergabung di Sekaa Drama Gong Waringin Sakti, Tabanan (1977-1980). Tontra juga terampil membuat tapel rangda lengkap sampai ngerehang (menghidupkan secara niskala). “Sampai sekarang masih sering ngayah ngerehang rangda,” ujar pamangku di Pura Beji Desa Adat Kelating ini.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tabanan ini juga terampil menyurat prasasti. Banyak prasasti atau babad yang dia surat. Di antaranya prasasti Pasek Gelgel, Pasek Tohjiwa, Arya Pinatih, Arya Kenceng, dan lainnya. Mantan Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tabanan ini juga sering diminta bantuan membaca prasasti. *k17

Komentar