Pengguna BBM Non Subsidi Hanya 17%
Cegah Panic Buying, Pertamina Pastikan Solar dan Pertalite Tercukupi
DENPASAR, NusaBali.com - Kenaikan harga BBM Pertamax per 1 April 2022 hingga saat ini masih menjadi pembicaraan. Betapa tidak, perubahan harga dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter dinilai memberatkan masyarakat.
Menyikapi polemik ini, Area Manager Communication & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani, mengatakan sesungguhnya Pertamina selalu memperhatikan daya beli dari masyarakat.
“Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya. Ini pun baru dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak tahun 2019,” ujar Area Manager Communication & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani, Sabtu (9/4/2022).
Lebih lanjut Deden mengungkapkan, “Penyesuaian harga hanya berlaku untuk BBM Non Subsidi yang dikonsumsi masyarakat sebesar 17%, dimana 14% merupakan jumlah konsumsi Pertamax dan 3% jumlah konsumsi Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.
Sedangkan BBM Subsidi seperti Pertalite dan Solar Subsidi yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebesar 83%, tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp 7.650 per liter.”
Penyesuaian harga ini, lanjut Deden, sebenarnya masih jauh di bawah nilai keekonomiannya. Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi dalam keterangan tertulisnya menyatakan dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp 14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp 16.000 per liter.
Dengan demikian, penyesuaian harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter ini, kata Deden, masih lebih rendah Rp 3.500 dari nilai keekonomiannya. "Ini kita lakukan agar tidak terlalu memberatkan masyarakat," ujar Deden.
Di sisi lain Pertamina memastikan stok ketersediaan BBM terutama Solar bersubsidi dan Pertalite di seluruh Terminal BBM dalam kondisi aman dan cukup. “Sebenarnya untuk stok utama di Terminal BBM itu sangat cukup, hanya saja Pertamina membutuhkan waktu penyaluran dari Terminal BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki dan jika konsumsi meningkat maka butuh waktu atau jadwal tambahan oleh mobil tangki tersebut melakukan pengisian kembali,” tambah Deden.
Berdasarkan data yang diterima sejak 1 April 2022 telah terjadi peningkatan konsumsi produk BBM jenis Pertalite dan Biosolar masing-masing sebesar 15 persen dan 10 persen, dan untuk wilayah Bali penyaluran bulanan pertalite sebesar 55 ribu Kiloliter (KL) per bulan dan solar sebanyak 13 ribu KL per bulan. Disinyalir pemicu kenaikan tersebut akibat dari semakin tingginya aktivitas masyarakat belakangan ini. Harga kedua produk itu tidak mengalami kenaikan yaitu Pertalite tetap dengan harga Rp 7.650 per liter dan Solar subsidi Rp 5.150 per liter.
“Untuk itu kami memohon maaf jika konsumen mengalami kendala ketersediaan produk BBM di SPBU. Pertamina berkomitmen penuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga terus melakukan tindakan antisipasi dengan optimalisasi seluruh armada mobil tangki kami dalam menyalurkan BBM ke seluruh SPBU, selain itu Pertamina juga menambah jam layanan Fuel Terminal menjadi 24 jam, untuk itu kami mengimbau kepada konsumen untuk tidak melakukan panic buying,” pinta Deden.
1
Komentar