Ditekankan Larangan Selfie di Jalan
Pada perayaan Nyepi 1939 Saka, masyarakat Kecamatan Kuta diimbau untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, juga mematuhi imbauan PHDI.
MANGUPURA, NusaBali
Saat mengarak ogoh-ogoh, diimbau tidak menyalakan petasan, kembang api, dan dilarang selfie di jalan. “Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama muda/mudi kami yang berada di wilayah Kuta untuk merayakan Nyepi dengan kegiatan yang positif. Hal ini penting dilakukan guna menjaga fibrasi dari Nyepi itu sendiri, sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat Bali maupun dunia,” tutur I Gusti Anom Gumanti, tokoh masyarakat adat Kuta usai rapat koordinasi (Rakor) Muspika Kecamatan Kuta dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat dalam rangka pengamanan Hari Raya Nyepi 1939 Saka (2017) di Kantor Camat Kuta, Jumat (10/3).
Selain mengimbau masyarakat adat Kuta, Anom Gumanti juga mengimbau warga pendatang untuk dapat secara bersama-sama menjaga keamanan. Dirinya sangat mengharapkan kontribusi dari pihak hotel untuk segera mengkomunukasikan hal ini kepada tamu-tamunya.
“Secara keseluruhan perayaan Nyepi tahun lalu sudah berjalan dengan baik. Meski masih ada wisman yang tertangkap oleh pecalang karena keluyuran saat Nyepi berlangsung. Saya kira ini yang perlu kita perbaiki,” imbuhnya.
Gumanti mengatakan agar masyarakat memperhatikan larangan PHDI Bali untuk tidak melakukan foto selfie di jalan saat Nyepi. Larangan selfi itu tak hanya untuk warga, tapi untuk semua termasuk pecalang. Jangan sampai pecalang selfie untuk gagah-gagahan.
“Pecalang boleh berfoto tapi sifatnya untuk kepentingan umum. Misalnya untuk dokumentasi jika terjadi sesuatu kejadian. Terus untuk masyarakatnya juga boleh tapi hanya foto di lingkungannya saja. Biar dunia luar tahu suasana Nyepi di Bali. Jangan sampai keluar lingkungan rumah untuk selfie,” tandasnya.
Camat Kuta I Gede Rai Wijaya menegaskan agar pada saat pengarakan ogoh-ogoh, warga tak boleh menggunakan kembang api, mercon, dan bahan peledak lainnya. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menertibkan bahan peledak ini,” ujarnya.
Kapolsek Kuta Kompol Wayan Sumara mengimbau para pemuda usai mengarak ogoh-ogoh agar tidak minum di trotoar. Begitu juga terkait penyalaan petasan, kembang api.
Adapun titik yang mendapatkan atensi kepolisian saat Nyepi, kata Kompol Sumara, yaitu jalur pamelastian, jalur pura, dan jalur pawai ogoh-ogoh. Sebab umat dan wisatawan terkonsentrasi di lokasi tersebut.
“Kami harapkan semua komponen ikut menjaga kenyamanan dan ketertiban saat Nyepi. Begitu juga saat melis, ngerupuk agar dikondisikan dengan baik. Jangan sampai aktivitas mengurangi kekusyukan perayaan catur brata Nyepi,” imbaunya. * cr64
Saat mengarak ogoh-ogoh, diimbau tidak menyalakan petasan, kembang api, dan dilarang selfie di jalan. “Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama muda/mudi kami yang berada di wilayah Kuta untuk merayakan Nyepi dengan kegiatan yang positif. Hal ini penting dilakukan guna menjaga fibrasi dari Nyepi itu sendiri, sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat Bali maupun dunia,” tutur I Gusti Anom Gumanti, tokoh masyarakat adat Kuta usai rapat koordinasi (Rakor) Muspika Kecamatan Kuta dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat dalam rangka pengamanan Hari Raya Nyepi 1939 Saka (2017) di Kantor Camat Kuta, Jumat (10/3).
Selain mengimbau masyarakat adat Kuta, Anom Gumanti juga mengimbau warga pendatang untuk dapat secara bersama-sama menjaga keamanan. Dirinya sangat mengharapkan kontribusi dari pihak hotel untuk segera mengkomunukasikan hal ini kepada tamu-tamunya.
“Secara keseluruhan perayaan Nyepi tahun lalu sudah berjalan dengan baik. Meski masih ada wisman yang tertangkap oleh pecalang karena keluyuran saat Nyepi berlangsung. Saya kira ini yang perlu kita perbaiki,” imbuhnya.
Gumanti mengatakan agar masyarakat memperhatikan larangan PHDI Bali untuk tidak melakukan foto selfie di jalan saat Nyepi. Larangan selfi itu tak hanya untuk warga, tapi untuk semua termasuk pecalang. Jangan sampai pecalang selfie untuk gagah-gagahan.
“Pecalang boleh berfoto tapi sifatnya untuk kepentingan umum. Misalnya untuk dokumentasi jika terjadi sesuatu kejadian. Terus untuk masyarakatnya juga boleh tapi hanya foto di lingkungannya saja. Biar dunia luar tahu suasana Nyepi di Bali. Jangan sampai keluar lingkungan rumah untuk selfie,” tandasnya.
Camat Kuta I Gede Rai Wijaya menegaskan agar pada saat pengarakan ogoh-ogoh, warga tak boleh menggunakan kembang api, mercon, dan bahan peledak lainnya. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menertibkan bahan peledak ini,” ujarnya.
Kapolsek Kuta Kompol Wayan Sumara mengimbau para pemuda usai mengarak ogoh-ogoh agar tidak minum di trotoar. Begitu juga terkait penyalaan petasan, kembang api.
Adapun titik yang mendapatkan atensi kepolisian saat Nyepi, kata Kompol Sumara, yaitu jalur pamelastian, jalur pura, dan jalur pawai ogoh-ogoh. Sebab umat dan wisatawan terkonsentrasi di lokasi tersebut.
“Kami harapkan semua komponen ikut menjaga kenyamanan dan ketertiban saat Nyepi. Begitu juga saat melis, ngerupuk agar dikondisikan dengan baik. Jangan sampai aktivitas mengurangi kekusyukan perayaan catur brata Nyepi,” imbaunya. * cr64
Komentar