Peneliti BBMKG Denpasar Raih European Union Star Award
Teliti Emisi Saat Nyepi, Berkontribusi Bagi Pemantauan Iklim Dunia
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak empat orang peneliti dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mendapat penghargaan European Union (EU) Star Award.
Penghargaan terhadap empat anggota Tim Peneliti BBMKG, yakni Putu Dedy Pratama, Pande Komang Gede Negara, Putu Eka Tulistiawan dan I Ketut Sudiarta ini karena telah melakukan penelitian kualitas udara saat Hari Raya Nyepi. Mereka memenangkan penghargaan ini setelah bersaing dengan 700 riset dari seluruh dunia dalam kegiatan global dua tahunan yang diselenggarakan oleh Komite Persiapan Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organisation (CTBTO) di Wina, Austria.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket mengatakan pihaknya merasa terhormat menyerahkan langsung penghargaan EU Star Award kepada tim peneliti BBMKG Denpasar yang dinilai luar biasa. Penelitian mereka berkontribusi bagi pemantauan iklim, serta memberikan gambaran tentang kualitas udara perkotaan. Sehingga hal itu nantinya dapat ditingkatkan melalui langkah-langkah efektif. Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya sains dan penelitian dalam menentukan langkah untuk menjawab tantangan terkait isu kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Kami harap riset yang telah dilakukan dapat memberikan kontribusi dalam menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas udara di kawasan perkotaan, demi kesehatan masyarakat dan lingkungan," ujar Vincent saat menyerahkan penghargaan tersebut di Kantor BBMKG Wilayah III Denpasar di Jalan Raya Tuban, Kuta, Badung, Selasa (19/4) siang. Hal senada juga disampaikan Duta Besar Uni Eropa untuk Organisasi-organisasi Internasional di Wina, Austria, Stephan Klement.
Dalam keterangannya, Stephan menjelaskan EU Star Award pertama kali diperkenalkan oleh Delegasi Uni Eropa di Wina pada tahun 2013. Dia pun mengaku sangat bangga melihat bagaimana EU Star Award telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan strategis CTBTO (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organisation) Science and Technology Conference (SnT) yang mempertemukan para ilmuwan dan ahli dari seluruh dunia.
Kerjasama Uni Eropa dengan CTBTO merupakan contoh kolaborasi multilateral dalam memperkuat tatanan berbasis aturan internasional. Dia juga yakin kegiatan terkait sains dan teknologi yang dilakukan baik oleh pihaknya maupun dalam kerjasama yang lebih luas melibatkan komunitas ilmuwan sangat penting dalam upaya mencapai universalisasi CTBT dan meningkatkan sistem verifikasi, sejalan dengan tujuan Uni Eropa untuk mencapai non-proliferasi.
"Oleh karena itu kami dengan senang hati mengumumkan tim peneliti dari BBMKG Denpasar sebagai pemenang EU Star Award pada SnT Conference 2021," sambungnya. Sementara, Deputi Bidang Geofisika, Suko Prayitno Adi menerangkan Nyepi merupakan tradisi unik yang dikenal dunia. Hal itu kemudian menjadi perintis kampanye earth hour untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah perubahan iklim. Nyepi merupakan bentuk perayaan tahun baru yang dilaksanakan dengan cara yang unik. Di mana satu pulau (Pulau Bali) menghentikan aktivitas selama 24 jam dengan aturan Catur Brata Penyepian, yang terdiri dari amati gni (tidak menyalakan api dan lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Namun ada pengecualian untuk sektor-sektor tertentu yang diperbolehkan beraktivitas tanpa keluar ruangan. BBMKG yang bekerja 24 jam dan 7 hari dalam seminggu dalam pemantauan cuaca, iklim, dan gempa bumi memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. "Keberadaan 4 stasiun pengamatan sinoptik di Bali yang tetap bekerja saat Nyepi memantau variabilitas Nyepi dari tahun ke tahun," ungkap Suko Prayitno.
Tema itu yang diangkat menjadi sebuah penelitian sederhana dari empat peneliti BBMKG di Bali pada acara ‘CTBT Science and Technology Conference’ 2021. Di mana terdapat satu tulisan lagi yang membahas tentang Nyepi dari sudut pandang seismologi yang diajukan dalam kegiatan tersebut, namun hanya satu yang berhasil lolos untuk dipresentasikan. "Dari 700 riset yang mengikuti konferensi, terdapat 17 penelitian dari Indonesia dan 13 diantaranya merupakan riset dari BMKG, dan salah satunya berhasil meraih EU Star Award. Penghargaan ini merupakan penghargaan EU Star Award yang pertama bagi Indonesia," jelas Prayitno
Untuk diketahui, penghargaan EU Star Award diprakasai oleh Delegasi Uni Eropa untuk Organisasi-organisasi Internasional di Wina, Austria. Hal itu sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi ilmiah dan teknologi paling signifikan yang relevan dengan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Senjata Nuklir (Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty/ CTBT). Keputusan penghargaan itu telah diumumkan pada CTBT Science and Technology Conference 2021, sebuah acara global dua tahunan yang diselenggarakan oleh Komite Persiapan Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) di Wina. Tim panelis ilmiah dan voting dari peserta telah memilih riset bertajuk ‘Dampak Hari Raya Nyepi dalam Pengukuran Parameter Cuaca di Stasiun Pengamatan Sinoptik di Bali’ dari 700 riset yang berasal dari seluruh dunia. *dar
Komentar