Tim Dinas Peternakan Santap Babi Guling di Jembrana
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali bersama Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar ambil sampel babi ke Jembrana, Senin (13/3).
NEGARA, NusaBali
Sebelum terjun mengambil sampel ke salah satu peternakan babi, tim gabungan yang dipimpin Kadis Peternakan dan Keswan Bali, I Putu Sumantra bersama Kepala BBVet Denpasar, I Wayan Masa Tanaya audensi dengan Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan. Setelah itu, tim gabungan yang juga didampingi Kabid Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Jembrana makan di warung babi guling di Banjar/Desa Banyubiru.
Kadis Peternakan dan Keswan Bali, Sumantra mengatakan aman konsumsi dbabi guling. “Jangan khawatir baru ada isu Meningitis Streptococcus Suis. Asal dimasak dengan baik, bakterinya mati,” ungkap Sumantra. Dikatakan, berdasar investigasi terkait temuan suspect Meningitis Streptococcus Suis di Kecamatan Abiamsemal, Badung, tidak menemukan bakteri pada babi. Saat investigasi, juga ambil sampel bekas kotoran di tempat pemotongan babi serta tempat peternakan babi, dan ambil sampel darah serta cairan ingus 7 ekor babi di kawasan sekitar. “Hasilnya negatif tidak ada bakteri. Walaupun begitu, kita terus berusaha melacak,” imbuh Sumantra.
Sumantra menegaskan belum menemukan bakteri pada babi. “Jika satu kena, pasti babi lain juga kena. Tetapi yang kemarin tidak,” katanya. Pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar waspada. Mengingat saat ini musim pancaroba yang rentan menimbulkan berbagai macam penyakit, bakteri, virus, dan lainnya. Peternak diimbau selalu memperhatikan kebersihan lingkungan. Jika ada gejala penyakit terhadap ternak peliharannya agar segera melapor ke Dinas Peternakan. “Para pemotong babi agar mementingkan kesehatan,” pesannya.
Sementara hasil pantauan di salah satu peternakan babi di Banjar/Desa Banyubiru kemarin diawali dengan pantauan secara kasat mata kondisi fisik babi. Setelah itu, barulah dilakukan pengambilan sampel darah serta cairan ingus 5 ekor babi. Biasanya, babi yang terserang bakteri MSS ini menunjukkan gejala klinis terlihat dalam kondisi sakit, semponyonan, dan tidak nafsu makan. “Secara umum kami lihat tidak ada masalah. Hasil sampelnya, beberapa hari ke depan baru dapat dipastikan, karena mesti melalui uji lab,” ujar Kepala BBVet Denpasar Wilayah Bali, NTT, dan NTB, I Wayan Masa Tenaya. * ode
Sebelum terjun mengambil sampel ke salah satu peternakan babi, tim gabungan yang dipimpin Kadis Peternakan dan Keswan Bali, I Putu Sumantra bersama Kepala BBVet Denpasar, I Wayan Masa Tanaya audensi dengan Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan. Setelah itu, tim gabungan yang juga didampingi Kabid Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Jembrana makan di warung babi guling di Banjar/Desa Banyubiru.
Kadis Peternakan dan Keswan Bali, Sumantra mengatakan aman konsumsi dbabi guling. “Jangan khawatir baru ada isu Meningitis Streptococcus Suis. Asal dimasak dengan baik, bakterinya mati,” ungkap Sumantra. Dikatakan, berdasar investigasi terkait temuan suspect Meningitis Streptococcus Suis di Kecamatan Abiamsemal, Badung, tidak menemukan bakteri pada babi. Saat investigasi, juga ambil sampel bekas kotoran di tempat pemotongan babi serta tempat peternakan babi, dan ambil sampel darah serta cairan ingus 7 ekor babi di kawasan sekitar. “Hasilnya negatif tidak ada bakteri. Walaupun begitu, kita terus berusaha melacak,” imbuh Sumantra.
Sumantra menegaskan belum menemukan bakteri pada babi. “Jika satu kena, pasti babi lain juga kena. Tetapi yang kemarin tidak,” katanya. Pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar waspada. Mengingat saat ini musim pancaroba yang rentan menimbulkan berbagai macam penyakit, bakteri, virus, dan lainnya. Peternak diimbau selalu memperhatikan kebersihan lingkungan. Jika ada gejala penyakit terhadap ternak peliharannya agar segera melapor ke Dinas Peternakan. “Para pemotong babi agar mementingkan kesehatan,” pesannya.
Sementara hasil pantauan di salah satu peternakan babi di Banjar/Desa Banyubiru kemarin diawali dengan pantauan secara kasat mata kondisi fisik babi. Setelah itu, barulah dilakukan pengambilan sampel darah serta cairan ingus 5 ekor babi. Biasanya, babi yang terserang bakteri MSS ini menunjukkan gejala klinis terlihat dalam kondisi sakit, semponyonan, dan tidak nafsu makan. “Secara umum kami lihat tidak ada masalah. Hasil sampelnya, beberapa hari ke depan baru dapat dipastikan, karena mesti melalui uji lab,” ujar Kepala BBVet Denpasar Wilayah Bali, NTT, dan NTB, I Wayan Masa Tenaya. * ode
1
Komentar