Sejak 20 Tahun Kelola Panti Asuhan di Bakas
Ni Made Moni, Gelorakan Semangat Kartini
SEMARAPURA, NusaBali
Setiap perempuan Bali punya cara tersendiri untuk menggelorakan semangat hidup, sebagaimana emansipasi Raden Ajeng Kartini pada masa lampau.
Antara lain, Ni Made Moni,70, sudah 20 tahun mengabdikan diri untuk anak-anak di Panti Asuhan Dharma Jati I, di Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Dalam dua dekade itu, pelbagai suka dan duka telah dilaluinya. Targetnya tak sederhana, yakni membesarkan anak-anak yatim piatu maupun dari keluarga kurang mampu. "Panti asuhan ini sudah beroperasi sejak tahun 1985, dan saya sudah 20 tahun mengurus (ketua) panti asuhan ini," ujar Ni Made Moni, saat ditemui di panti asuhan, Rabu (20/4). Kini, panti ini mengasuh sekitar 40 anak.
Perempuan kelahiran Banjar Kawan, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan ini, menyebut sebelum mengurus panti asuh, dia membuka usaha studio foto di Denpasar.
Namun, 20 tahun lalu Moni harus kembali pulang kampung ke Desa Bakas untuk mengurus Panti Asuhan Dharma Jati I yang didirikan kakaknya, I Wayan Nika. Karena ketua panti asuhan sebelumnya mengundurkan diri maka. "Saya langsung kelola panti asuhan ini sampai sekarang," kata Moni.
Diakui, selama pandemi ini situasi sangat sulit. Agar bisa bertahan, pihak panti asuhan pun harus survive, di antaranya dengan menjual babi peliharaan untuk biaya opersional panti asuhan. Kelapa di kebun juga dijual agar operasional panti asuhan berjalan.
Selain itu, Moni yang dulu memiliki tabungan pribadi yang biasanya digunakan untuk kebutuhan mendadak di panti, kini telah habis untuk memenuhi biaya operasional. Sehingga akhir-akhir ini di sering menjual hasil bumi yang digarap oleh beberapa warga. “Kami tidak ada donatur tetap. Namun, orang tua saya punya sawah yang digarap orang lain, dari bagi hasil itu saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan di panti asuhan," ungkap Moni.
Meskipun demikian, Moni tetap bersyukur karena tidak sampai kekurangan, dan kebutuhan anak-anak juga terpenuhi. Karena Moni percaya jika dilakoni dengan ikhlas, pasti selalu dilancarkan.
Pengorbanan Moni untuk panti asuhan bukan tanpa alasan. Dirinya sejak awal mengurus Panti Asuhan Dharma Jati I di Desa Bakas, mempunyai komitmen untuk menjadi perempuan yang berguna. Terlebih dia sudah ditinggal buat selamanya oleh suaminya tercinta, Ketut Deta, sejak 30 tahun lalu. Kondisi itu membuatnya harus menjadi orangtua tunggal bagi empat anaknya. "Saya selalu ingat pesan orangtua, tidak apa membantu anak-anak di panti asuhan. Karena jika ikhlas dan karmanya akan baik," ungkap alumnus D1 Pariwisata Budaya Denpasar ini.
Menurut Moni, moment Hari Kartini baginya sangatlah spesial, dan mengajak para kaum perempuan untuk terus berdedikasi dan menjadi orang yang beguna untuk keluarga dan lingkungan sekitar. Baginya, perempuan harus tetap semangat dan maju. "Maka, lakukan hal positif karena kita kaum yang kuat," kata Moni.*wan
1
Komentar