3 Pasien Dipastikan Meningitis
Pemkab Badung keluarkan SE buat imbau masyarakat tidak cemas, juga kerahkan seluruh dokter hewan untuk pendampingan
Suspect Meningitis dari Badung Jadi 42 Pasien
DENPASAR, NusaBali
Satu lagi pasien yang kini dirawat di RS Sanglah, Denpasar dinyatakan positif terjangkit bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS). Dia adalah I Gusti Putu Sujana, 65, asal Tabanan. Secara keseluruhan, ada 3 pasien yang dinyatakan positif Meningitis, di mana 2 orang lagi berasal dari Badung.
"Sore ini (kemarin, Red) kami dapat laporan hasil uji laboratorium bahwa satu lagi sampel dinyatakan positif MSS, yaitu pasien rujukan dari Tabanan ke RS Sanglah. Dari kultur dinyatakan positif, PCR positif, dan SLS positif," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Gde Wira Sunetra, saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Senin (13/3) sore.
I Gusti Putu Sujana, pasien asal Banjar Pengayehan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, sebelumnya dirujuk ke RS Sanglah, Rabu (8/3) lalu. Sebelum dirujuk ke RS Sanglah, pasien yang punya riwayat santap olahan dagiung babi berupa lawar dan komoh ini sempat dirawat sehari di RS Wisma Prasanti Tabanan. Dia dirujuk dalam kondisi leher bagian belakang kaku.
Sebelum I Gusti Putu Sujana dinyatakan positif Meningitis, menurut dr Wira Sunetra, lebih dulu sudah ada 2 pasien asal Badung yang berdasarkan uji laboratorium positif terjangkit bakteri MMS. Keduanya berasal dari Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal, Badung yang dinyatakan positif, Jumat (10/3) lalu.
Menurut dr Wira Sunetra, sesuai laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali, hingga Senin kemarin kasus suspect (diduga terjangkit) bakteri MSS di Bali total mencapai 38 kasus. Sebanyak 36 kasus di antaranya terjadi di wilayah Badung dan 2 kasus di Tabanan. Dari 38 kasus tersebut, berdasarkan uji labopratorium, 3 pasien dinyatakan positif Meningitis.
"Untuk kasus dari Badung, 14 pasien suspect dirawat di RSUD Mangusada, 1 pasien dirawat di RSUD Wangaya (Denpasar), dan 21 diobservasi (rawat jalan). Sedangkan pasien dari Tabanan, 1 orang dirujuk ke RS Sanglah dan 1 lagi dirawat di BRSUD Tabanan," katanya.
Wira Sunetra memaparkan, berdasarkan data penelitian yang dilakukan RS Sanglah, pada 2015 ditemukan 10 kasus positif Meningitis di Bali. Setahun berikutnya, ditemukan 26 kasus positif Meningitis. Sedangkan tahun 2017 ini, baru 3 kasus positif Meningitis di Bali.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, dr Gede Putra Suteja, mengatakan berdasarkan data terakhir, Senin kemarin, jumlah korban suspect Meningitis di daerahnya mencapai 42 orang. "Ini data terakhir yang kita terima dari RSUD Mangusada dan Puskesmas. Sebelumnya hanya tercatat 36 kasus,” ungkap Putra Sutedja saat dihubungi Antara secara terpisah kemarin.
Menurut Putra Suteja, dari 42 pasien suspect Meningitis tersebut, yang menjalani perawatan di RSUD Mangusada, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung sebanyak 20 orang. Satu pasien suspect Meningiti lagi dirawat di RSUD Wangaya, Denpasar. Sedangkan sisanya, sebanyak 21 pasien suspect Meningitis rawat jalan di rumahnya masing-masing.
Putra Suteja menyebutkan, sehari sebelumnya, Minggu (12/3), pihaknya memang mencatat 36 kasus suspect Meningitis. Rinciannya, 14 pasien dirawat di RSUD Mangusada, 1 pasien dirawat di RSUD Wangaya, dan 21 pasien suspect Meningitis rawat jalan di rumah masing-masing.
"Kita sudah melakukan langkah-langkah cepat untuk menangani kasus ini agar tidak kembali mewabah, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Badung, khususnya di lokasi penemuan kasus di Desa Sibang Gede (Kecamatan Abiansemal) dan Desa Sibang Kaja (Kecamjatan Abiansemal)," papar Putra Suteja.
Sementara itu, Senin kemarin Pemkab Badung mengeluarkan Surat Edaran (SE) menyikapi merebaknya kasus Meningitis. Dalam SE yang dikeluarkan melalui Dinas Pertanian dan Pangan yang ditujukan kepada para kepala desa (Perbekel) di Gumi Keris tersebut, Pemkab Badung mengimbau masyarakat agar tidak cemas.
Dalam SE tersebut juga disebutkan tidak ada larangan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi daging babi, asalkan diolah secara benar. Selain itu, Pemkab Badung juga telah mengerahkan seluruh dokter hewan untuk mengamankan daerah masing-masing.
“Hari ini (kemarin) seluruh Perbekel se-Badung akan kita berikan surat edaran untuk disosialisasikan ke masyarakat. Dalam SE itu intinya tidak ada larangan masyarakat mengkonsumsi daging babi, sepanjang pengolahannya benar,” tandas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, IGAK Sudaratmaja, saat ditemui NusaBali di Psat Pemerintahan (Puspem) Badung, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Senin kemarin.
Menurut Sudaratmaja, pihaknya akan terus mensosialisasikan penyakit Meningitis yang dipicu bankteri MMS akibat pengolahan daging babi yang tidak benar ini ke masyarakat. Pasalnya, hampir sebagian besar warga di Kabupaten Badung memiliki ternak babi. “Penyakit ini sebetulnya sudah pernah muncul. Tapi, sekarang booming, makanya kita intensifkan sosialisasi, biar masyarakat tidak cemas,” kata birokrat asal Abiansemal, Badung ini.
Sudaratmaja menambahkan, dalam SE untuk Perbekel yang di-tembuskan ke Bupati Badung tersebut, pihaknya juga mengimbau masyarakat agar memotong hewan yang benar-benar sehat. Terlebih, babi merupakan salah satu hewan yang kerap digunakan untuk konsumsi dan bahan upakara di Bali.
“Kalau babinya sudah sehat, cara potong dan memasaknya sudah benar, saya rasa tidak ada masalah. Tapi, kalau masyarakat ragu, mereka bisa minta bantuan dokter hewan untuk mengecek atau memotong babinya di RPH (rumah potong hewan) yang resmi,” kata Sudaratmaja.
Bukan hanya itu, menurut Sudaratmaja, pihaknya sudah memerintahkan seluruh dokter hewan yang ada di tiap UPT untuk turun memberikan edukasi terkait kasus serangan Meningitis ini. Tujuannya, agar masyarakat jangan sampai terlalu berlebihan menanggapi bakteri MSS.
“Secara psikologis, munculnya penyakit ini berdampak kepada masyarakat, apalagi menjelang Hari Raya Galungan. Makanya, kita kerahkan semua dokter hewan untuk memberikan sosialisasi dan pembinaan, biar masyarakat tidak takut,” tandas Sudaratmaja.
Sebetulnya, lanjut dia, ternak babi yang terkontaminasi bakteri MMS bisa diobati. Dengan catatan, begitu ada gejala, langsung diberikan penanganan. Disinggung mengenai dampak merebaknya kasus Mengingitis terhadap peternak babi, dia mengakui sangat terasa. Bahkan, sekarang ada ketakutan masyarakat mengkonsumsi olahan daging babi. “Sekarang banyak sekali pengusaha babi yang menelepon dan mengeluhkan kondisi ini. Dampak lainnya, pasti nanti ke soal harga.”
Di tempat terpisah, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Gede Asrama, menyatakan ada enam tim yang disiapkan terjun ke enam kecamatan. Tim ini akan melakukan pendampingan kepada masyarakat masing-masing kecamatan, agar mereka tidak resah. “Kami akan memberi pemahaman bagaimana memilih dan mengolah dading babi yang baik,” kata Asrama secara terpisah, Senin kemarin.
Menurut Asrama, sosialisasi tentang Meningitis penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi penyimpangan informasi. Asrama berharap, isu Meningitis ini tidak mengurangi tingkat konsumsi daging babi di masyarakat. “Daging babi aman dikonsumsi, asalkan bersumber dari babi yang sehat dan diolah dengan baik,” latanya sembari menyebut populasi babi di Badung saat ini mencapai 76.997 ekor. * in,asa
DENPASAR, NusaBali
Satu lagi pasien yang kini dirawat di RS Sanglah, Denpasar dinyatakan positif terjangkit bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS). Dia adalah I Gusti Putu Sujana, 65, asal Tabanan. Secara keseluruhan, ada 3 pasien yang dinyatakan positif Meningitis, di mana 2 orang lagi berasal dari Badung.
"Sore ini (kemarin, Red) kami dapat laporan hasil uji laboratorium bahwa satu lagi sampel dinyatakan positif MSS, yaitu pasien rujukan dari Tabanan ke RS Sanglah. Dari kultur dinyatakan positif, PCR positif, dan SLS positif," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Gde Wira Sunetra, saat ditemui NusaBali di ruang kerjanya, Senin (13/3) sore.
I Gusti Putu Sujana, pasien asal Banjar Pengayehan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, sebelumnya dirujuk ke RS Sanglah, Rabu (8/3) lalu. Sebelum dirujuk ke RS Sanglah, pasien yang punya riwayat santap olahan dagiung babi berupa lawar dan komoh ini sempat dirawat sehari di RS Wisma Prasanti Tabanan. Dia dirujuk dalam kondisi leher bagian belakang kaku.
Sebelum I Gusti Putu Sujana dinyatakan positif Meningitis, menurut dr Wira Sunetra, lebih dulu sudah ada 2 pasien asal Badung yang berdasarkan uji laboratorium positif terjangkit bakteri MMS. Keduanya berasal dari Desa Sibang Gede, Kecamatan Abiansemal, Badung yang dinyatakan positif, Jumat (10/3) lalu.
Menurut dr Wira Sunetra, sesuai laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali, hingga Senin kemarin kasus suspect (diduga terjangkit) bakteri MSS di Bali total mencapai 38 kasus. Sebanyak 36 kasus di antaranya terjadi di wilayah Badung dan 2 kasus di Tabanan. Dari 38 kasus tersebut, berdasarkan uji labopratorium, 3 pasien dinyatakan positif Meningitis.
"Untuk kasus dari Badung, 14 pasien suspect dirawat di RSUD Mangusada, 1 pasien dirawat di RSUD Wangaya (Denpasar), dan 21 diobservasi (rawat jalan). Sedangkan pasien dari Tabanan, 1 orang dirujuk ke RS Sanglah dan 1 lagi dirawat di BRSUD Tabanan," katanya.
Wira Sunetra memaparkan, berdasarkan data penelitian yang dilakukan RS Sanglah, pada 2015 ditemukan 10 kasus positif Meningitis di Bali. Setahun berikutnya, ditemukan 26 kasus positif Meningitis. Sedangkan tahun 2017 ini, baru 3 kasus positif Meningitis di Bali.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, dr Gede Putra Suteja, mengatakan berdasarkan data terakhir, Senin kemarin, jumlah korban suspect Meningitis di daerahnya mencapai 42 orang. "Ini data terakhir yang kita terima dari RSUD Mangusada dan Puskesmas. Sebelumnya hanya tercatat 36 kasus,” ungkap Putra Sutedja saat dihubungi Antara secara terpisah kemarin.
Menurut Putra Suteja, dari 42 pasien suspect Meningitis tersebut, yang menjalani perawatan di RSUD Mangusada, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung sebanyak 20 orang. Satu pasien suspect Meningiti lagi dirawat di RSUD Wangaya, Denpasar. Sedangkan sisanya, sebanyak 21 pasien suspect Meningitis rawat jalan di rumahnya masing-masing.
Putra Suteja menyebutkan, sehari sebelumnya, Minggu (12/3), pihaknya memang mencatat 36 kasus suspect Meningitis. Rinciannya, 14 pasien dirawat di RSUD Mangusada, 1 pasien dirawat di RSUD Wangaya, dan 21 pasien suspect Meningitis rawat jalan di rumah masing-masing.
"Kita sudah melakukan langkah-langkah cepat untuk menangani kasus ini agar tidak kembali mewabah, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Badung, khususnya di lokasi penemuan kasus di Desa Sibang Gede (Kecamatan Abiansemal) dan Desa Sibang Kaja (Kecamjatan Abiansemal)," papar Putra Suteja.
Sementara itu, Senin kemarin Pemkab Badung mengeluarkan Surat Edaran (SE) menyikapi merebaknya kasus Meningitis. Dalam SE yang dikeluarkan melalui Dinas Pertanian dan Pangan yang ditujukan kepada para kepala desa (Perbekel) di Gumi Keris tersebut, Pemkab Badung mengimbau masyarakat agar tidak cemas.
Dalam SE tersebut juga disebutkan tidak ada larangan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi daging babi, asalkan diolah secara benar. Selain itu, Pemkab Badung juga telah mengerahkan seluruh dokter hewan untuk mengamankan daerah masing-masing.
“Hari ini (kemarin) seluruh Perbekel se-Badung akan kita berikan surat edaran untuk disosialisasikan ke masyarakat. Dalam SE itu intinya tidak ada larangan masyarakat mengkonsumsi daging babi, sepanjang pengolahannya benar,” tandas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, IGAK Sudaratmaja, saat ditemui NusaBali di Psat Pemerintahan (Puspem) Badung, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Senin kemarin.
Menurut Sudaratmaja, pihaknya akan terus mensosialisasikan penyakit Meningitis yang dipicu bankteri MMS akibat pengolahan daging babi yang tidak benar ini ke masyarakat. Pasalnya, hampir sebagian besar warga di Kabupaten Badung memiliki ternak babi. “Penyakit ini sebetulnya sudah pernah muncul. Tapi, sekarang booming, makanya kita intensifkan sosialisasi, biar masyarakat tidak cemas,” kata birokrat asal Abiansemal, Badung ini.
Sudaratmaja menambahkan, dalam SE untuk Perbekel yang di-tembuskan ke Bupati Badung tersebut, pihaknya juga mengimbau masyarakat agar memotong hewan yang benar-benar sehat. Terlebih, babi merupakan salah satu hewan yang kerap digunakan untuk konsumsi dan bahan upakara di Bali.
“Kalau babinya sudah sehat, cara potong dan memasaknya sudah benar, saya rasa tidak ada masalah. Tapi, kalau masyarakat ragu, mereka bisa minta bantuan dokter hewan untuk mengecek atau memotong babinya di RPH (rumah potong hewan) yang resmi,” kata Sudaratmaja.
Bukan hanya itu, menurut Sudaratmaja, pihaknya sudah memerintahkan seluruh dokter hewan yang ada di tiap UPT untuk turun memberikan edukasi terkait kasus serangan Meningitis ini. Tujuannya, agar masyarakat jangan sampai terlalu berlebihan menanggapi bakteri MSS.
“Secara psikologis, munculnya penyakit ini berdampak kepada masyarakat, apalagi menjelang Hari Raya Galungan. Makanya, kita kerahkan semua dokter hewan untuk memberikan sosialisasi dan pembinaan, biar masyarakat tidak takut,” tandas Sudaratmaja.
Sebetulnya, lanjut dia, ternak babi yang terkontaminasi bakteri MMS bisa diobati. Dengan catatan, begitu ada gejala, langsung diberikan penanganan. Disinggung mengenai dampak merebaknya kasus Mengingitis terhadap peternak babi, dia mengakui sangat terasa. Bahkan, sekarang ada ketakutan masyarakat mengkonsumsi olahan daging babi. “Sekarang banyak sekali pengusaha babi yang menelepon dan mengeluhkan kondisi ini. Dampak lainnya, pasti nanti ke soal harga.”
Di tempat terpisah, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Gede Asrama, menyatakan ada enam tim yang disiapkan terjun ke enam kecamatan. Tim ini akan melakukan pendampingan kepada masyarakat masing-masing kecamatan, agar mereka tidak resah. “Kami akan memberi pemahaman bagaimana memilih dan mengolah dading babi yang baik,” kata Asrama secara terpisah, Senin kemarin.
Menurut Asrama, sosialisasi tentang Meningitis penting dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi penyimpangan informasi. Asrama berharap, isu Meningitis ini tidak mengurangi tingkat konsumsi daging babi di masyarakat. “Daging babi aman dikonsumsi, asalkan bersumber dari babi yang sehat dan diolah dengan baik,” latanya sembari menyebut populasi babi di Badung saat ini mencapai 76.997 ekor. * in,asa
Komentar