Demi Anak Asuh, Pilih Pensiun Dini dan Berhenti Bisnis
Eriana Herlisanti SPd, Penerimaan Penghargaan Peringatan Hari Kartini 2022 dari OASE Kabinet Indonesia Maju
Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala
Eriana Herlisanti
Hari Kartini
OASE Kabinet Indonesia Maju
Penghargaan
Organisasi Aksi Solidaritas Era
Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati
Eriana Herlisanti pensiun dini sebagai guru SMP, menutup usaha salon kecantikan dan koperasi, demi menempuh jalan sosial melayani anak-anak yatim piatu dan telantar.
TABANAN, NusaBali
Eriana Herlisanti, 62, pengasuh Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala, Tabanan, adalah salah seorang dari 9 perempuan di Bali yang memperoleh penghargaan perempuan berjasa dan berprestasi pada peringatan Hari Kartini, 21 April 2022. Penghargaan tersebut diberikan oleh para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju bekerjasama dengan lembaga pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota.
Penghargaan diserahkan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dalam acara yang berlangsung di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, kawasan Niti Mandala, Denpasar, Kamis (21/4).
Ditemui di Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala di Jalan Wibisana 11, Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Jumat (22/4), Eriana Herlisanti menuturkan aktivitasnya mengurus panti asuhan karena terdorong ingin membantu, memberikan kasih sayang kepada anak-anak yang kurang beruntung. Anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu serta anak-anak telantar.
Hal itu terinspirasi dari tempat kelahirannya di Kota Surakarta atau Solo, Jawa Tengah, yang menurutnya hampir di setiap kelurahan ada panti asuhan. Eriana Herlisanti memang lahir di Solo. Kemudian menikah dengan I Wayan Lendra (almarhum) yang berasal dari Selemadeg Barat, Tabanan. “Calon suami dulu kerja di rumah sakit di Solo. Kami ketemunya di Solo,” kenang ibu 4 anak tentang pertemuannya dengan almarhum suaminya, I Wayan Lendra.
Mereka menikah tahun 1981. Selanjutnya dia bersama suami pindah tugas ke Bali. Selama di Bali, Eriana Herlisanti sempat mengajar di SMPN 4 Denpasar, sebelum pindah tugas ke Tabanan persisnya mengajar di SMPN 3 Tabanan. “Saya guru matematika, S1 saya memang matematika,” ucap perempuan yang akrab disapa Oma (nenek) oleh anak-anak asuhnya.
Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala diresmikan tahun 2015. Bangunan panti tersebut merupakan donasi dari seorang pasien salah seorang anaknya yang mendapatkan kesembuhan setelah mendapat perawatan fisioterapi. “Anak saya memang seorang fisioterapis,” ujarnya sembari menyebutkan nama anaknya yang nomor dua, I Made Doddy Lendra.
Awalnya kegiatan menampung dan mengasuh anak-anak tak punya orang tua dan telantar dilakukan di rumah keluarganya di Taman Sari di Jalan Sugriwa No 9, Desa Delod Peken, Tabanan. Ada 16 anak yang diasuh ketika berada di Jalan Sugriwa. Ke-16 anak asuh tersebut merupakan adik asuh dari keempat anak Eriana Herlisanti.
“Saya berlakukan aturan kepada anak saya, satu orang anak yang sudah bekerja, wajib mempunyai adik asuh dari anak-anak yang kurang beruntung,” ungkapnya.
Kata Eriana Herlisanti, keempat anaknya mendukung keinginannya untuk suatu saat bisa memiliki panti asuhan. Keinginan tersebut terwujud tahun 2015. Tepatnya pada 1 Juni 2015, Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala berdiri, kemudian diresmikan mantan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Dari awalnya di Jalan Sugriwa, di rumah pribadi Eriana Herlisanti, kegiatan mengasuh anak-anak miskin dan telantar dipindahkan ke Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala. “Saat pindah, bapak (I Wayan Lendra) sudah tidak ada,” ucapnya.
Perihal nama Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala tersebut, memang terkait kekuatan doa dari Mantram Gayatri. Dituturkan Eriana Herlisanti, hal itu tidak lepas dari permohonan dan doanya kepada Tuhan dengan menggunakan Mantram Gayatri. Permohonan dan doa itu dilakukan secara terus menerus dengan tulus untuk kegiatan sosial. “Tuhan sangat mulia, saya punya keinginan, tetapi saya tidak mampu. Saya hanya berdoa, menggunakan kekuatan doa,” ungkapnya.
Dan doanya terkabul, sehingga panti asuhan tersebut diberi nama Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala.
Saat ini ada 35 orang anak asuh di Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala. Anak asuh tersebut mulai dari nol tahun sampai 18 tahun. Pola asuh menggunakan pola kekeluargaan. Kakak asuh memiliki adik asuh. “Sehingga kami semua merasa sebagai keluarga,” tuturnya.
Selain memiliki 35 anak asuh di dalam, Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala juga memiliki sekitar 50 anak asuh yang tinggal di luar, maksudnya tinggal bersama keluarganya masing-masing. Anak asuh yang ada di luar inipun anak-anak dari keluarga yang kurang mampu. Kata Eriana Herlisanti, mereka juga mendapat bantuan berupa sembako, sesuai kemampuan panti.
Selain sekolah, ada beberapa aktivitas di Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala. Aktivitas maupun program tersebut di antaranya Pasrami atau Pasraman Satu Minggu, yakni mengajak anak-anak pelajar dari luar untuk mengenal panti asuhan. Dalam Pasrami anak-anak diajar membuat upakara, seperti pejati, banten otonan dan piodalan bagi anak-anak perempuan dan membuat uparengga seperti membuat kelakat, peralatan banten caru bagi anak laki-laki. “Saya juga kursus (banten) dan menggandeng Kantor Kementerian Agama,” kata Eriana Herlisanti.
Kemudian merayakan hari ulang tahun massal setiap bulan. Yakni merayakan ulang tahun anak-anak panti yang lahir pada bulan dimaksud. Contohnya pada bulan April, merayakan ulang tahun anak-anak yang berulang tahun pada bulan tersebut. Juga ada program pemangku asuh, bantuan sembako kepada pemangku yang perlu mendapatkan bantuan sembako. Juga bantuan kepada pasien yang sakit. “Semua sesuai kemampuan panti,” imbuh Eriana Herlisanti.
Berkeyakinan jalan sosial sebagai panggilan hidup, Eriana Herlisanti memutuskan memilih pensiun dini sebagai guru. Diakui sempat merasa berat. Namun ada peristiwa-peristiwa dialami yang dia yakini sebagai petunjuk untuk mengambil keputusan. Selain itu juga atas saran dari anak-anaknya, untuk memilih salah satu di antaranya yakni jalan sosial atau tetap sebagai pengajar dan bisnis.
Tahun 2018 Eriana Herlisanti pamit sebagai guru, atau pensiun dini. Dia seharusnya pensiun pada 2020. Tidak hanya itu, beberapa usaha salon kecantikannya dia tutup. Demikian juga usaha koperasi. Intinya semua yang berkaitan dengan bisnis dia hentikan, dan fokus memilih jalan sosial, mengasuh dan melayani anak-anak yang kurang beruntung.
Terhadap penghargaan yang diterimanya, perasaannya campur aduk antara sedih, bangga, terharu. “Karena saya yakin semua Tuhan yang mengatur. Dengan ketulusan, apapun saya perbuat. Mungkin masyarakat menilai semuanya, kita dicalonkan untuk mendapatkan penghargaan,” ujarnya. 7 k17
Komentar