KPPAD Prihatin Siswa Sering Bolos dan Jarang Pulang
GIANYAR, NusaBali
Seorang siswa SMP pada salah satu sekolah di Gianyar diketahui sering bolos dan jarang pulang ke rumahnya.
Kondisi siswa ini langsung dibahas oleh jajaran terkait, mulai Komisi Penyelenggara Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Anak (P2TP2A) Gianyar. Komisioner Bidang Pendidikan KPPAD Bali Made Ariasa menyatakan persoalan anak sering bolos itu berawal dari pergaulan yang lepas, akibat dari kurang optimalnya perhatian dan pendidikan keluarga. “Akibat kesibukan dan kurang harmonisnya komunikasi keluarga, sehingga anak ini menjadi sering tidak mengikuti kegiatan sekolah dan belajar,” ujar Ariasa, Komisioner asal Desa Mas, Kecamatan Ubud ini, Senin (25/4).
Tanpa mau menyebut nama siswa dan alamat sekolah, Ariasa mengaku siswa itu juga sibuk bermedia sosial dengan mengeksplore diri dengan penampilan yang menarik minat kaum lain jenis. “Sehingga sampai menghilang dari rumah berhari-hari, tetapi kembali pulang kalau diketahui hilangnya,” ujarnya.
Yang memprihatinkan, anak tersebut bahkan sempat mengajak beberapa teman siswa lainnya ke dunia medsos dengan mengekspose diri dengan berbagai foto dan kegiatan yang lepas dari pantauan orangtua,” ujarnya prihatin.
Pengurus Yayasan Ketut Alon di Desa Mas itu menambahkan, pola siswa itu bisa menjadi potensi sumber kekerasan terhadap anak kalau semakin tidak terkendali. “Kami KPPAD Provinsi Bali yang bertugas sebagai pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak di berbagai lini kehidupan masyarakat tentunya merasa prihatin dan sedih kalo sudah ada gejala anak lepas kendali dari keluarga, sekolah dan lingkungan,” ujarnya.
Beredarnya berita atas kejadian kekerasan anak yang terjadi, lanjut Ariasa, tidak bisa dilepaskan dari kurangnya perhatian dan pendidikan yang tepat dari keluarga dan lingkungan pergaulan. “Sehingga muncul berbagai masalah yang berujung kekerasan anak,” ungkapnya.
Menindaklanjuti persoalan siswa itu, pihaknya turun ke bawah untuk berupaya menyelesaikan masalah para siswa. “Kami menilai tentunya hal yang seperti ini perlu dan sangat kita dukung sikap dan tindakan nyata untuk perlindungan anak,” ujarnya.
Ariasa juga mengaku berkoordinasi dengan berbagai pihak berkompeten bersama P2TP2A Gianyar. “Kami juga berkoordinasi dengan aparat lingkungan desa, adat dan banjar diajak bersinergi menemukan akar masalah serta mendapatkan solusi yang benar, tepat dan bermanfaat,” terangnya.
Hasil koordinasi yang sudah dilakukan, bertujuan supaya siswa tersebut tidak sampai menjadi permasalahan yang menimbulkan kekerasan anak yang lebih besar. “Nantinya termasuk masa depan anak yang bermasalah tersebut. Intinya, solusi konkret harus dimulai dari niat dan komunikasi dengan berusaha keras dan turun ke sumber masalah secara langsung,” ujarnya. *nvi
Komentar