nusabali

Kasus MSS Pengaruhi Harga Daging Babi

  • www.nusabali.com-kasus-mss-pengaruhi-harga-daging-babi

Pemkab Badung berjanji akan menanggung seluruh biaya rumah sakit pasien suspect meningitis.

MANGUPURA, NusaBali
Merebaknya kasus Meningitis Streptococcus Suis (MSS) hingga menyebabkan puluhan orang diduga terjangkit, mulai mempengaruhi harga daging babi di pasaran. Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung mencatat terjadi penurunan harga jual dari sebelumnya berada di kisaran Rp 50.500, kini berada di kisaran Rp 50.000 per kilogram. Namun di wilayah Kecamatan Mengwi, harga daging babi justru naik.

Menyikapi tak stabilnya harga daging babi, pemerintah tengah berupaya menstabilkan harga jual, dengan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sekaligus memberikan pemahaman bahwa tidak ada larangan mengkonsumsi daging babi, sepanjang diolah dengan benar. Hal ini dilakukan pemerintah, mengingat tak lama lagi umat Hindu di Bali akan merayakan perayaan Nyepi maupun Galungan dan Kuningan.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung I Ketut Karpiana, mengakui tak stabilnya harga jual daging babi tersebut akibat imbas dari kasus puluhan warga Badung suspect meningitis. “Iya memang ada penurunan, dampak kasus yang terjadi belakangan ini. Tapi penurunan harga tidak begitu signifikan. Turunnya hanya Rp 500 saja, dari Rp 50.500 menjadi Rp 50.000 per kilogram,” akunya, Selasa (14/3).

Walau begitu, ungkap Karpiana, tak seluruh wilayah mengalami gejolak harga. Sebab dari hasil pemantauan di lapangan, justru di Kecamatan Mengwi, harga daging babi naik. “Sepekan lalu di Kecamatan Mengwi harga daging babi rata-rata Rp 50.500, tapi kini naik menjadi Rp 52.000 per kilogram,” imbuhnya.

Karena itu pihaknya berjanji akan terus melakukan pengawasan terhadap pergerakan harga daging babi di pasaran. Ini demi mengantisipasi harga daging babi tiba-tiba terjun bebas sebagai dampak dari munculnya bakteri Meningitis Streptococcus Suis (MSS) pada olahan daging babi. “Kami masih akan pantau terus, apalagi sekarang menjelang hari raya,” tandas pejabat asal Cemagi, Kecamatan Mengwi, itu.

Sementara, pemerintah berjanji akan menanggung seluruh biaya rumah sakit pasien suspect meningitis. Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Badung dr I Gede Putra Suteja menerangkan, seperti yang telah disampaikan oleh Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, semua biaya perawatan pasien MSS itu yang dirawat di RSUD Mangusada semuanya ditanggung oleh layanan Krama Badung Sehat (KBS).

“Pimpinan sudah menyampaikan akan menanggung biaya pengobatan warga suspect meningitis. Namun kami belum tahu klaim biayanya berapa, pasien masih dalam perawatan,” kata dr Suteja.

Untuk diketahui, Pemkab Badung menyiapkan anggaran sekitar Rp 60 miliar untuk program KBS. Program ini juga bersinergi dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan program nasional yang dikelola oleh BPJS.

Di samping itu, sebagai langkah pencegahan dr Suteja kembali mengimbau masyarakat memperhatikan cara mengolah daging babi sebelum mengkonsumsinya. “Sosialisasi atau penyuluhan pasti tetap kami lakukan untuk kewaspadaan sejak dini,” tegas birokrat asal Mengwitani, Kecamatan Mengwi, itu.

Terkait jumlah pasien yang masih dirawat di RSUD Mangusada Badung, sebanyak 19 orang, berkurang satu orang, karena sudah dirujuk ke rumah sakit lain. “Satu pasien sudah dirujuk ke RS Bros Denpasar. Karena saat pasien itu datang, Minggu (12/3) malam kan ruangan sedang penuh, jadi dari keluarga yang bersangkutan meminta agar dibolehkan dirujuk ke RS Bros, dan kami buatkan pengantar,” ungkap Dirut RSUD Mangusada Badung dr Nyoman Gunarta kemarin. Sebelumnya pun pihak Diskes menyebut, 20 orang dirawat di RSUD Mangusada, 1 orang di RSUD Wangaya, Denpasar. Sedangkan 21 orang menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.

Lebih lanjut dr Gunarta mengatakan kondisi pasien sudah berangsur-angsur membaik, tetapi belum diperbolehkan pulang. Ini karena masih menunggu hasil uji kultur mikrobiologi di laboratorium atau uji perkembangbiakan bakteri di RSUP Sanglah, Denpasar.

“Karena hasil kultur baru keluar 14 hari. Dari hasil kultur baru diketahui apakah pasien positif terkena bakteri MSS atau tidak. Sementara mereka kan baru suspect,” jelasnya. Disinggung hasil uji sampel terhadap darah babi oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali bersama Balai Besar Veteriner (BBVet) yang menyatakan negatif bakteri MSS, dr Gunarta enggan menanggapinya. Dia beralasan tidak punya kewenangan. * asa

Komentar