Korban Diduga Membakar Diri
Polisi menemukan fakta baru di balik kematian tragis Ida Kade Rai Astawa, 62, yang ditemukan tewas terpanggang dalam gubuk di tegalannya kawasan Banjar Munduk, Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng, Senin (13/3) siang.
Masalahnya, barang bukti minim dan tidak ada saksi mata yang melihat langsung kejadian kebakaran gubuk hingga menewaskan korban. Dari lokasi TKP, polisi hanya mengamankan puing bekas kebakaran dan lampu minyak tanah yang sudah rusak.
Kemungkinan tewas bakar diri ini juga diungkapkan salah seorang tetangga korban, Agus Wisnaya, yang tinggal tak jauh dari gubuk Pekak Rai Astawa. Agus Wisnaya mengisahkan, korban Pekak Rai Astawa selama ini dikenal ramah. Setiapkali melintas di di depan rumah Agus Wisnaya, korban selalu menyapa. Hanya saja, belakangan Pekak Rai Astawa sering melontarkan ancaman ingin bunuh diri, lantaran tidak kuat menahan derita hidupnya.
“Saya sering menyapa almarhum, mau kemana Jik (sapaan korban, Red)? Almarhum bilang mau ke gubuk karena sedang stres. ‘Begini susah hidup, rasanya mau gantung diri atau bakar diri saja’,” kenang Agus Wisnaya menirukan kata-kata korban Pekak Rai Astawa.
Kematian tragis Pekak Ida Kade Rai Astawa sendiri pertama kali diketahui putri sulungnya, Dayu Putu Suastini, 41, Senin siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, Dayu Suastini bersama anaknya, Ida Bagus Rangga, 16 (cucu dari korban Pekak Rai Astawa) sengaja datang ke tegalan ayahnya, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah.
Setelah sampai di tegalan yang jauh dari pemukiman penduduk, Dayu Suastini melihat sepeda motor Honda Supra DK 4076 VE milik ayahnya terparkir di depan gubuk. Motor Supra itu juga yang biasanya dipakai korban untuk mengais rezeki sebagai tukang ojek. Dayu Suastini terkejut karena menyaksikan atap gubuk di tegalan ayahnya sudah hangus terbakar. Kemudian, ayahnya ditemukan tewas terpanggang di dalam gubuk. Saat itu, api sudah padam, kebakaran diperkirakan telah terjadi sehari sebelumnya.
Sebelum ditemukan tewas terpanggang, Pekak Rai Astawa menghilang sejak Sabtu (10/3). Korban Pekak Rai Astawa berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri terecinta, Ida Ayu Ketut Kerti, 65, serta 3 anak dan 5 cucu. * k23
Kemungkinan tewas bakar diri ini juga diungkapkan salah seorang tetangga korban, Agus Wisnaya, yang tinggal tak jauh dari gubuk Pekak Rai Astawa. Agus Wisnaya mengisahkan, korban Pekak Rai Astawa selama ini dikenal ramah. Setiapkali melintas di di depan rumah Agus Wisnaya, korban selalu menyapa. Hanya saja, belakangan Pekak Rai Astawa sering melontarkan ancaman ingin bunuh diri, lantaran tidak kuat menahan derita hidupnya.
“Saya sering menyapa almarhum, mau kemana Jik (sapaan korban, Red)? Almarhum bilang mau ke gubuk karena sedang stres. ‘Begini susah hidup, rasanya mau gantung diri atau bakar diri saja’,” kenang Agus Wisnaya menirukan kata-kata korban Pekak Rai Astawa.
Kematian tragis Pekak Ida Kade Rai Astawa sendiri pertama kali diketahui putri sulungnya, Dayu Putu Suastini, 41, Senin siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, Dayu Suastini bersama anaknya, Ida Bagus Rangga, 16 (cucu dari korban Pekak Rai Astawa) sengaja datang ke tegalan ayahnya, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah.
Setelah sampai di tegalan yang jauh dari pemukiman penduduk, Dayu Suastini melihat sepeda motor Honda Supra DK 4076 VE milik ayahnya terparkir di depan gubuk. Motor Supra itu juga yang biasanya dipakai korban untuk mengais rezeki sebagai tukang ojek. Dayu Suastini terkejut karena menyaksikan atap gubuk di tegalan ayahnya sudah hangus terbakar. Kemudian, ayahnya ditemukan tewas terpanggang di dalam gubuk. Saat itu, api sudah padam, kebakaran diperkirakan telah terjadi sehari sebelumnya.
Sebelum ditemukan tewas terpanggang, Pekak Rai Astawa menghilang sejak Sabtu (10/3). Korban Pekak Rai Astawa berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri terecinta, Ida Ayu Ketut Kerti, 65, serta 3 anak dan 5 cucu. * k23
1
2
Komentar