Meningitis, Bangli Waswas Pasar di Perbatasan
Bupati Bangli menerbitkan surat edaran meminta warga mewaspadai merebaknya wabah MSS
BANGLI, NusaBali
Ancaman wabah Meningitis Streptococcus Suis (MSS) membuat Pemkab Bangli khawatir. Sejauh ini memang belum ada tercatat warga Bangli yang terjangkit MSS, namun karena ternak babi merupakan peternakan rakyat menyebabkan ancaman MSS tak terhindarkan. Salah satu kekhawatiran adalah ‘masuknya’ virus MSS di pasar-pasar yang berada di kawasan perbatasan.
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, menyatakan, setidaknya ada beberapa pasar yang rawan ‘disusupi’ ternak luar yang tidak tertutup kemungkinan kondisinya sakit atau terjangkit MSS. Pasar-pasar tersebut di antaranya Pasar Belantih berdekatan dengan wilayah Petang, Kabupaten Badung, Pasar Kayuamba di Desa Tiga, Kecamatan Susut yang berdekatan dengan wilayah Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Selanjutnya Pasar Singamandawa, Kintamani, yang berdekatan dengan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
“Itu yang kami khawatirkan, siapa tahu ada daging atau ternak sakit yang diperjualbelikan,” ucap Sukartana didampingi Kabid Kesehatan Hewan Sri Rahayu, Selasa (14/3). Sedang untuk di Pasar Kidul Bangli, Sukartana menyatakan tidak terlalu khawatir. Karena dia tahu betul daging khususnya daging babi yang dijual di Pasar Kidul Bangli berasal dari pedagang dan pemasok lokal di sekitar kota Bangli, yang menurutnya relatif aman dari kemungkinan terkontaminasi MSS. “Untuk di Pasar Kidul tidak terlalu khawatir saya,” kata Sukartana.
Mengantisipasi kemungkinan masuknya babi sakit atau daging babi sakit ke pasar perbatasan tersebut, Sukartana menyatakan telah memerintahkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas PKP di tiap kecamatan untuk terjun langsung melakukan pemantauan dan pengawasan, dengan menerjunkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). ”Agar dilakukan pengecekan daging dan pengawasan ternak babi yang masuk,” kata Sukartana.
Kecuali itu, Sukartana menyatakan Bupati sudah menerbitkan surat edaran (SE) yang intinya meminta warga mewaspadai merebaknya wabah MSS di daerah lain yang dikhawatirkan berimbas pada peternak (babi) di Bangli. SE tersebut di antaranya, meminta peternak menjaga kebersihan kandang, menjaga kesehatan ternak, mengkonsumsi daging yang sudah dimasak matang, tidak memotong dan menjualbelikan daging dari ternak yang sakit. “Besok (Rabu hari ini) edaran ini akan disampaikan ke desa-desa.”
Sukartana memastikan akan melakukan penyemprotan dengan desinfektan di pasar dan peternakan warga, terutama peternakan di tengah pemukiman. “Karena di sana kan riskan, kemungkin limbah dibuang sembarangan,” lanjutnya.
Menurut Sukartana, upaya itu dilakukan karena ternak babi merupakan ternak unggulan di Bangli. Pihaknya khawatir, jika tak dilakukan langkah-langkah penanggulangan akan berimbas negatif pada perekonomian warga, terutama peternak. “Jika harga ternak merosot, tentu semua ikut terdampak,” kata Sukartana.
Populasi babi di Bangli terbanyak di Kecamatan Bangli 23.676 ekor, disusul Kecamatan Kintamani 15.983 ekor, di Kecamatan Tembuku 13.060 ekor, dan di Kecamatan Susut 12.032 ekor. Total populasi babi di Bangli 64.751 ekor. * k17
Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Sukartana, menyatakan, setidaknya ada beberapa pasar yang rawan ‘disusupi’ ternak luar yang tidak tertutup kemungkinan kondisinya sakit atau terjangkit MSS. Pasar-pasar tersebut di antaranya Pasar Belantih berdekatan dengan wilayah Petang, Kabupaten Badung, Pasar Kayuamba di Desa Tiga, Kecamatan Susut yang berdekatan dengan wilayah Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Selanjutnya Pasar Singamandawa, Kintamani, yang berdekatan dengan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
“Itu yang kami khawatirkan, siapa tahu ada daging atau ternak sakit yang diperjualbelikan,” ucap Sukartana didampingi Kabid Kesehatan Hewan Sri Rahayu, Selasa (14/3). Sedang untuk di Pasar Kidul Bangli, Sukartana menyatakan tidak terlalu khawatir. Karena dia tahu betul daging khususnya daging babi yang dijual di Pasar Kidul Bangli berasal dari pedagang dan pemasok lokal di sekitar kota Bangli, yang menurutnya relatif aman dari kemungkinan terkontaminasi MSS. “Untuk di Pasar Kidul tidak terlalu khawatir saya,” kata Sukartana.
Mengantisipasi kemungkinan masuknya babi sakit atau daging babi sakit ke pasar perbatasan tersebut, Sukartana menyatakan telah memerintahkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas PKP di tiap kecamatan untuk terjun langsung melakukan pemantauan dan pengawasan, dengan menerjunkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). ”Agar dilakukan pengecekan daging dan pengawasan ternak babi yang masuk,” kata Sukartana.
Kecuali itu, Sukartana menyatakan Bupati sudah menerbitkan surat edaran (SE) yang intinya meminta warga mewaspadai merebaknya wabah MSS di daerah lain yang dikhawatirkan berimbas pada peternak (babi) di Bangli. SE tersebut di antaranya, meminta peternak menjaga kebersihan kandang, menjaga kesehatan ternak, mengkonsumsi daging yang sudah dimasak matang, tidak memotong dan menjualbelikan daging dari ternak yang sakit. “Besok (Rabu hari ini) edaran ini akan disampaikan ke desa-desa.”
Sukartana memastikan akan melakukan penyemprotan dengan desinfektan di pasar dan peternakan warga, terutama peternakan di tengah pemukiman. “Karena di sana kan riskan, kemungkin limbah dibuang sembarangan,” lanjutnya.
Menurut Sukartana, upaya itu dilakukan karena ternak babi merupakan ternak unggulan di Bangli. Pihaknya khawatir, jika tak dilakukan langkah-langkah penanggulangan akan berimbas negatif pada perekonomian warga, terutama peternak. “Jika harga ternak merosot, tentu semua ikut terdampak,” kata Sukartana.
Populasi babi di Bangli terbanyak di Kecamatan Bangli 23.676 ekor, disusul Kecamatan Kintamani 15.983 ekor, di Kecamatan Tembuku 13.060 ekor, dan di Kecamatan Susut 12.032 ekor. Total populasi babi di Bangli 64.751 ekor. * k17
1
Komentar