nusabali

Larangan Mabanten di Desa Pakraman Subagan

  • www.nusabali.com-larangan-mabanten-di-desa-pakraman-subagan

Warga setempat menyebut ngempet ron busung, yakni tidak diperkenankan menggunakan sarana daun aren dan janur. Larangan itu diberlakukan menyongsong piodalan di Pura Dalem.

AMLAPURA, NusaBali

Larangan mabanten (persembahan berupa kemasan banten) di wilayah Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, kembali diberlakukan mulai Soma Paing Warigadean, Senin (13/3), hingga Sukra Pon Julungwangi, Jumat (24/3). Larangan itu sesuai tradisi Desa Pakraman Subagan —warga setempat menyebut istilah ngumpet ron busung—, menyongsong piodalan di Pura Dalem, yang puncaknya pada Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu (25/3).

Ngempet ron busung yang dimaksud adalah tidak diperkenankan menggunakan sarana daun aren dan janur, secara tidak langsung berlaku larangan mabanten.

Bendesa Pakraman Subagan I Putu Toya didampingi Penyarikan (Sekretaris) I Gede Wija menegaskan hal itu di Desa Pakraman Subagan, Rabu (15/3). Larangan itu berlaku di wilayah Desa Pakraman Subagan yang mewilayahi tujuh banjar adat. “Sanksi yang melanggar memang tidak ada secara sekala, tetapi yang perlu diwaspadai ada sanksi niskala itu,” ujar Putu Toya.

Selama 12 hari warga Desa Pakraman Subagan diminta mematuhi, dengan tidak melakukan persembahyangan dengan mempersembahkan banten. “Larangan ini diberlakukan setiap setahun sekali,” imbuh Putu Toya.

Akibatnya, canang yang terjual di Pasar Pagi Subagan kurang laku. Dan para pedagang canang mengurangi produksinya, menyadari berlakunya larangan mabanten di Desa Pakraman Subagan.

Pihak Desa Pakraman Subagan juga mengedarkan surat edaran menyangkut larangan tersebut. Surat ditandatangani Bendesa Pakraman Subagan I Putu Toya, No 01/DA.SBG/III/2017 tertanggal 1 Maret 2017, perihal ngumpet ron busung lan penyanggra aci dalem.

Putu Toya menegaskan, larangan mabanten hingga Jumat (24/3) pukul 09.00 Wita, selanjutnya Jumat (24/3) pukul 09.05 Wita Desa Pakraman Subagan menggelar upacara matur piuning (pemberitahuan) ngembak ngumpet ron busung, atau larangan itu mulai dicabut.

Berlanjut pada Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu (25/3), piodalan di Pura Dalem, upacara Pangerupukan pada Soma Umanis Julungwangi, Senin (27/3), dan merayakan Nyepi pada Anggara Paing Julungwangi, Selasa (28/3).

Larangan lainnya yang berlaku di Desa Pakraman Subagan, menurut Putu Toya, selama 12-29 Maret tidak diperkenankan menggelar upacara Pitra Yadnya (ngaben atau ngeroras) serta membakar jenazah. Jika ada warga meninggal, diizinkan menggelar upacara menguburkan jenazah, di pagi buta atau sore hari.

Tercatat upacara besar yang terakhir sebelum ngumpet ron busung di Desa Pakraman Subagan adalah palebon Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar Arimbawa, 74, dari Gria Teges Tukad Pati, Banjar Adat Gede, Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, pada Sukra Wage Wariga, Jumat (10/3). * k16

Komentar