Jadikan Produk Olahan Stroberi Oleh-oleh Khas Desa Pancasari
I Kadek Gandhi, Mahasiswa asal Desa Pancasari, Buleleng yang Kembangkan Wine Strawberry
Gandhi tahu betul bagaimana nasib ayahnya I Ketut Suarsa,57, saat panen raya dan harga buah stroberi anjlok. Belum lagi harga dimainkan oleh pengepul.
SINGARAJA, NusaBali
I Kadek Gandhi,23, asal Banjar Dinas Lalang Linggah, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng merupakan seorang pemuda inspiratif. Mahasiswa Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana (Unud) ini berhasil menginisiasi produk olahan pertanian berupa wine strawberry.
Produk olahan buah stroberi yang merupakan ikon produk Desa Pancasari ini dirintis sejak tahun 2018 silam. Pemuda kelahiran 13 Juli 1998 ini mencoba berkreasi karena melihat potensi buah stroberi yang dihasilkan petani setempat sangat bagus. Selain itu sebagai warga setempat dia merasa terpanggil untuk ikut memperkenalkan daerahnya lebih luas.
“Pertama saya berpikir Pancasari belum punya oleh-oleh khas seperti daerah wisata yang lain. Memang unggulan di sini wisata petik stroberi dan itu di tiap pinggiran jalan ada. Sebagai tempat wisata stroberi selama ini oleh-oleh yang ada malah keripik bayam, keripik ketela, jadi tidak nyambung. Dari sana saya berpikir membuat wine ini,” ucap Gandhi saat ditemui di rumahnya, Jumat (29/4).
Alasan lain yang membuatnya bersemangat, karena dia adalah anak seorang petani stroberi. Gandhi tahu betul bagaimana nasib ayahnya I Ketut Suarsa,57, saat panen raya dan harga buah stroberi anjlok. Belum lagi harga dimainkan oleh pengepul. “Kalau pas panen raya harga pasti terjun bebas dan petani tidak bisa berbuat banyak, karena buah stroberi cepat busuk tidak bisa disimpan lama. Wine ini juga saya buat untuk membuat produk awet dan juga punya nilai tambah serta dapat menyerap hasil panen petani,” imbuh anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Sejak tahun 2018, Gandhi sambil mengikuti kuliah membuat formula wine strawberry bersama beberapa temannya. Proses uji cobanya pun panjang hingga dia mendapatkan minuman dengan rasa dan bau yang pas. Uji coba itu dia lakoni selama 2 tahun, hingga produk wine-nya baru dinyatakannya berhasil pada tahun 2020 lalu dengan kandungan alkohol 13 persen.
Menurutnya kendala yang dihadapi selama uji coba produk sangat berat, bahkan sebelum dinyatakan berhasil dia melakukan penelitian. “Untuk mendapatkan rasa dan aroma yang pas seperti saat ini hampir setiap minggu uji coba. Mulai dari gagal komposisi yang paling fatal itu soal higienitas sangat berpengaruh. Sedikit saja tidak higienis, produk pasti gagal karena warna dan baunya akan berubah,” jelas Duta Nasional Petani Milenial Kementerian Pertanian RI tahun 2021 ini.
Sebagai mahasiswa Agribisnis, alumni SMAN 4 Singaraja ini tak menyerah begitu saja. Bahkan penelitian dan proses pembuatan wine tersebut Gandhi ikut sertakan dalam lomba karya tulis ilmiah dan mendapatkan Juara I Nasional.
Belajar dari pengalaman kegagalan, dia pun akhirnya membuat dapur khusus untuk membuat wine. Di dapur kecilnya itu dia buat sesteril mungkin, bersih dan higienis. Gandhi biasanya berproduksi dua minggu sekali. Satu kali berproduksi Gandhi memerlukan 50 kilogram stroberi dan 30 liter air bersih. Buah stroberi yang digunakan sebelumnya difrozen dulu dan kemudian direbus dengan suhu tertentu sampai mencair. Selanjutnya ditambahkan ragi khusus wine.
Proses fermentasinya dilakukan selama dua minggu, setelah itu baru dinyatakan matang untuk dikonsumsi setelah didiamkan selama 4 bulan. Sejauh ini wine produksinya baru dipasarkan di tempat agrowisata milik keluarganya sebagai oleh-oleh. Selain juga di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pancasari. Gandhi mengaku saat ini masih terkendala pengurusan izin. Sebab untuk mendapatkan izin edar harus bergabung menjadi bagian ke perusahaan besar.
Wine strawberry produksi Kadek Gandhi 250 mililiter dijual dengan harga Rp 75.000. Sedangkan kemasan 500 mililiter seharga Rp 130.000 dan kemasan 750 mililiter seharga Rp 180.000. Selain wine strawberry Gandhi juga memproduksi olahan buah stroberi berupa dried fruit dan keripik stroberi. *k23
Produk olahan buah stroberi yang merupakan ikon produk Desa Pancasari ini dirintis sejak tahun 2018 silam. Pemuda kelahiran 13 Juli 1998 ini mencoba berkreasi karena melihat potensi buah stroberi yang dihasilkan petani setempat sangat bagus. Selain itu sebagai warga setempat dia merasa terpanggil untuk ikut memperkenalkan daerahnya lebih luas.
“Pertama saya berpikir Pancasari belum punya oleh-oleh khas seperti daerah wisata yang lain. Memang unggulan di sini wisata petik stroberi dan itu di tiap pinggiran jalan ada. Sebagai tempat wisata stroberi selama ini oleh-oleh yang ada malah keripik bayam, keripik ketela, jadi tidak nyambung. Dari sana saya berpikir membuat wine ini,” ucap Gandhi saat ditemui di rumahnya, Jumat (29/4).
Alasan lain yang membuatnya bersemangat, karena dia adalah anak seorang petani stroberi. Gandhi tahu betul bagaimana nasib ayahnya I Ketut Suarsa,57, saat panen raya dan harga buah stroberi anjlok. Belum lagi harga dimainkan oleh pengepul. “Kalau pas panen raya harga pasti terjun bebas dan petani tidak bisa berbuat banyak, karena buah stroberi cepat busuk tidak bisa disimpan lama. Wine ini juga saya buat untuk membuat produk awet dan juga punya nilai tambah serta dapat menyerap hasil panen petani,” imbuh anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Sejak tahun 2018, Gandhi sambil mengikuti kuliah membuat formula wine strawberry bersama beberapa temannya. Proses uji cobanya pun panjang hingga dia mendapatkan minuman dengan rasa dan bau yang pas. Uji coba itu dia lakoni selama 2 tahun, hingga produk wine-nya baru dinyatakannya berhasil pada tahun 2020 lalu dengan kandungan alkohol 13 persen.
Menurutnya kendala yang dihadapi selama uji coba produk sangat berat, bahkan sebelum dinyatakan berhasil dia melakukan penelitian. “Untuk mendapatkan rasa dan aroma yang pas seperti saat ini hampir setiap minggu uji coba. Mulai dari gagal komposisi yang paling fatal itu soal higienitas sangat berpengaruh. Sedikit saja tidak higienis, produk pasti gagal karena warna dan baunya akan berubah,” jelas Duta Nasional Petani Milenial Kementerian Pertanian RI tahun 2021 ini.
Sebagai mahasiswa Agribisnis, alumni SMAN 4 Singaraja ini tak menyerah begitu saja. Bahkan penelitian dan proses pembuatan wine tersebut Gandhi ikut sertakan dalam lomba karya tulis ilmiah dan mendapatkan Juara I Nasional.
Belajar dari pengalaman kegagalan, dia pun akhirnya membuat dapur khusus untuk membuat wine. Di dapur kecilnya itu dia buat sesteril mungkin, bersih dan higienis. Gandhi biasanya berproduksi dua minggu sekali. Satu kali berproduksi Gandhi memerlukan 50 kilogram stroberi dan 30 liter air bersih. Buah stroberi yang digunakan sebelumnya difrozen dulu dan kemudian direbus dengan suhu tertentu sampai mencair. Selanjutnya ditambahkan ragi khusus wine.
Proses fermentasinya dilakukan selama dua minggu, setelah itu baru dinyatakan matang untuk dikonsumsi setelah didiamkan selama 4 bulan. Sejauh ini wine produksinya baru dipasarkan di tempat agrowisata milik keluarganya sebagai oleh-oleh. Selain juga di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Pancasari. Gandhi mengaku saat ini masih terkendala pengurusan izin. Sebab untuk mendapatkan izin edar harus bergabung menjadi bagian ke perusahaan besar.
Wine strawberry produksi Kadek Gandhi 250 mililiter dijual dengan harga Rp 75.000. Sedangkan kemasan 500 mililiter seharga Rp 130.000 dan kemasan 750 mililiter seharga Rp 180.000. Selain wine strawberry Gandhi juga memproduksi olahan buah stroberi berupa dried fruit dan keripik stroberi. *k23
1
Komentar