Anggota Listibya Harapkan Pasar Ubud Pertahankan Ikon Bali
GIANYAR, NusaBali
Anggota Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Gianyar yang dosen Universitas Warmadewa Denpasar, Anak Agung Raka mengharapkan Pemkab Gianyar yang merevitalisasi Pasar Ubud, tidak menghilangkan ikon budaya lokal, terutama arsitektur Bali.
Peraih sertifikat budayawan dari Bupati Giayar tahun 2013 meyakini pasar yang terlalu modern tidak akan diminati oleh wisatawan. "Wisatawan ke Ubud, yang mereka cari adalah tradisi Bali, bukan modernya. Kalau yang modern, tentu di negaranya lebih modern," akademisi asal Puri Tatiapi, Desa Pejeng Kawan, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini, Rabu (4/5).
Agung Raka tetap menawarkan, bahwa konsep yang harus dikedepankan dalam membangun Pasar Ubud ini adalah pariwisata yang berwawasan budaya berspiritkan Hindu Bali. "Itu kata kunci," jelasnya.
Jelas dia, pembangunan apa pun di Bali semestinya mengacu konsep budaya ala Bali itu. Tak terkecuali dalam hal pembangunan pasar tradisional sebagai bagian penting dalam menggerakkan perekonomian Bali. "Di Ubud, mesyi dikedepankan konsep ini, pembangunan pariwisata berwawasan budaya aan sangat pas dengan bangunan pasar tradisional," jelasnya.
Menurutkan, pariwisata budaya adalah sebuah konsep dasar paling fundamental yang harus ditanamkan oleh pemegang kebijakan. Ubud, sebagai destinasi utama untuk wisatawan asing yang ingin melihat realitas masyarakat Bali. Ketika berbicara konsepnya tradisional, bangunanya juga tradisioanal, baik arsitektur dan bangunannya. "Jangan berbicara tradisional, tapi bangunan modern. Meski konstruksinya beton, tapi ada ciri khas tradisional," ujarnya.
Agung Raka mengamati, Pasar Rakyat Gianyar yang megah tersebut berkonsep modern. Dia mengapresiasi semangat Bupati Gianyar membangun pasat itu. Tapi pemakai pasar ini belum siap secara mental sehingga perlu penyesuaian. ‘’Namanya manusia ketika diarahkan mereka pasti mengikuti, tapi perlu waktu. Namun memang penyesuaiannya lama, yang dulu menghuni Pasar Gianyar dengan kondisi pasar sekarang jadi ewuh pakewuh. Meski bagus, yang tersedia dengan yang memakainya belum matching," ujarnya.
Dia mengakui, hingga saat ini drinya belum pernah melihat desain Pasar Ubud. Namun perlu penekanan agar ada ciri khas tradisonal Bali. "Dalam belajar kearifan lokal, kita tidak menolak perubahan. Tapi jangan lepas dan mengabaikan alam pikiran lokal," terangnya.
Menurut Agung Raka, Bali bisa ‘bermain’ ke kancah global, tidak lain senjatanya adalah budaya. Jika mengandalkan teknologi, maka Bali akan kalah. "Bagaimana caranya, bangunan di Bali mesti mendukung kearifan lokal," ujarnya. Tak hanya arsitektur Bali, Pasar Ubud juga agar tetap dilengkapi Pura Melanting representatif, transaksi cara Bali agar dipertahankan, para pedagang menjaga sopan santun, ramah, dan barang dagangan mesti khas produk Bali. *nvi
1
Komentar