Sejumlah Tokoh Berpeluang Tantang Koster
'Koster Dua Periode' Bergema di Bangli, Bupati Tamba Pun Siap Dukung
Tokoh nasional di luar putra Bali juga bisa bertarung di Pilgub Bali 2024, misalnya seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mantan Gubernur DKI Jakarta.
DENPASAR, NusaBali
Ketua DPD PDIP Bali yang juga Gubernur Bali, Wayan Koster berpeluang besar sebagai calon incumbent pada Pilgub Bali 2024. Saat ini PDIP dan berbagai komponen masyarakat juga sudah mulai menggulirkan wacana Koster dua periode. Walau diunggulkan, namun bukan berarti tidak ada lawan tanding buat Koster. Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pendidikan Nasional (Fisip Undiknas) Denpasar, Dr Nyoman Subanda, Kamis (5/5) mengatakan ada deretan politisi yang berkiprah di level nasional bisa menjadi penantang Koster di Pilgub Bali 2024 mendatang.
“Untuk saat ini sosok Koster memang paling menonjol sebagai incumbent, kader partai besar, pimpinan parpol di Bali. Dia juga tokoh nasional berpengalaman di DPR RI, kawakan dan posisinya sentral, sebagai the best priority. Tetapi bukan berarti tidak ada tokoh Bali yang bisa menandingi sosok Koster,” ujar Subanda.
Kenapa tokoh dan politisi parpol di luar PDIP tidak ada yang muncul dan membicarakan penantang Koster? Kata Subanda, situasi pandemi Covid-19 juga memberikan dampak besar terhadap peta politik di Pulau Dewata. “Masyarakat lagi susah, kondisi ekonomi juga sulit. Sehingga kalau politisi atau tokoh yang ingin ‘jualan’ sebagai Cagub Bali 2024 dengan menyampaikan program dan visi-misi agaknya susah. Masyarakat akan langsung mencap kenapa tidak sekarang saja? Kenapa harus menunggu menjelang 2024? Sehingga ada kesan para tokoh yang juga ingin maju enggan sosialisasi. Sementara incumbent kan punya modal segalanya?” ujar Subanda.
Kata dia, banyak tokoh atau politisi dari Bali yang berkiprah di tingkat nasional yang punya kemampuan dalam memimpin Bali. Sebut saja dua politisi Golkar yang juga anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer dan Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi. Kemudian ada fungsionaris DPP Demokrat yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali Putu Supadma Rudana, anggota DPD RI dapil Bali Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (AWK), Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, hingga Koordinator Staf Khusus Presiden RI kelahiran Ubud, Kabupaten Gianyar Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana.
Bahkan, Subanda menyebutkan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra alias Gus Rai yang pernah bertarung head to head melawan Koster di Pilgub Bali 2018 masih punya peluang tempur lagi. Yang lebih heboh lagi, tokoh nasional di luar putra Bali bisa bertarung. Misalnya, seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bisa tarung di Bali. “Rai Mantra masih punya peluang kalau mau tarung lagi. Bahkan, hingga Ahok sekalipun kalau mau nyalon di Bali bisa. Kan lagi trend, para politisi menjajal di luar tanah kelahiran? Orang luar DKI Jakarta kan bisa nyalon di DKI Jakarta?” ujar akademisi asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.
Lanjut Subanda, melawan incumbent Koster yang saat ini kondisinya sangat kuat tidak cukup dengan popularitas, kemampuan memimpin. Faktor utama adalah partai pengusung sangat menentukan. “Parpol pengusung sangat menentukan kalau mau melawan Koster di Pilgub 2024, bagaimanapun PDIP di Bali saat ini sangat kuat,” tegas Subanda.
Subanda menyebutkan, selama ini Partai Golkar lebih sering strategis cara berpikirnya ketika pemilihan kepala daerah (Pilkada). Sementara Demokrat lebih berpeluang menunggu untuk menjadi orang nomor dua alias ‘kernet’ di Pilkada, karena perolehan kursi di DPRD tidak mencukupi mengusung calon secara mandiri. “Golkar lebih strategis politiknya, kalau tidak punya calon kuat, Golkar pasti nyari petarung luar partai. Artinya, rela tidak mengusung kadernya, kalau ada peluang menang. Sementara Demokrat kan lebih sering menunggu menjadi orang nomor dua, sebagai wakil bupati, wakil gubernur. Nggak mau jadi nomor satu,” tegas Subanda.
“Tetapi, kalau pilihannya tepat, tokoh non parpol yang diambil punya popularitas, modal sosial yang bagus, elektabilitas bagus, tidak cacat secara hukum, tidak menutup kemungkinan ketika tarung head to head melawan incumbent, justru bisa menang,” ujar Subanda.
Sementara ketika ditanya kemungkinan calon independen atau perseorangan bisa menantang Koster, Subanda mengatakan sangat sulit. “Ya itu tadi, tergantung popularitas, elektabilitas, dan juga tergantung pasangan calon yang diusung. Saat ini kandidat independen susah untuk bertarung, apalagi melawan incumbent sekelas Koster,” ujar Subanda.
Subanda juga menyebutkan, beberapa bupati non PDIP dan kader PDIP juga ada berpeluang kalau mau maju sebagai cagub melawan Koster. Hanya saja, kaliber dan partai pengusungnya harus jelas dulu. Kemudian kemampuan memimpinnya harus sepadan dan sekaliber Koster. Sebut saja politisi senior PDIP yang Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dan politisi senior Demokrat yang menjabat Bupati Jembrana I Nengah Tamba. “Giri Prasta dan Pak Tamba bisa maju, namun untuk kedua tokoh ini harus mencari parpol pengusung, dan tidak cukup dengan popularitas saja. Perlu perjuangan dan kerja keras kalau mau maju,” tegas Subanda.
“Sedangkan ukuran para politisi Senayan yang bisa imbangi Koster, yakni mereka rata-rata pengalaman dalam bidang anggaran seperti posisi Koster saat di DPR RI, relasi di level nasional banyak, pernah bertugas di lintas komisi hingga membahas perundang-undangan," ujar Subanda yang alumni Universitas Gadjah Mada Jogjakarta ini.
Sementara dukungan terhadap Gubernur Bali Wayan Koster untuk dua periode memimpin Bali mengemuka di Bangli, Kamis kemarin. Di Bangli jajaran DPC PDIP menyampaikan dukungannya lewat yel-yel. Seperti diketahui kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace baru akan berakhir 5 September 2023 mendatang.
Ketua DPC PDIP Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta mengatakan jajarannya di DPC mulai berkreasi dengan membuat yel-yel untuk Wayan Koster dua periode. Pihaknya meyakini Gubernur Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini totalitas membangun Bali. Memiliki visi yang jauh ke depan. "Pak Koster memiliki jaringan di pusat dalam rangka percepatan pembangunan di berbagai bidang di Bali," ungkapnya di sela-sela kegiatan lomba serangkaian HUT ke-49 PDIP di Desa Tradisional Penglipuran, Kamis kemarin.
Menurut Sedana Arta dari berbagai kalangan juga telah menyampaikan dukungan untuk Wayan Koster dua periode. "Sudah ada beberapa yang menyampaikan kepada kami. Kami rasa hampir di semua tempat melakukan hal serupa. Tentu kita lihat dukungan seperti apa nantinya," kata Sedana Arta didampingi Sekretaris DPC PDIP Bangli, I Wayan Diar.
Di sisi lain, Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster saat menghadiri kegiatan DPC PDIP Bangli, menekankan dalam mengemban jabatan harus diisi dengan sesuatu yang betul-betul dirasakan oleh masyarakat. Saat ini masyarakat generasi baru yang cerdas, lebih independen, yang lebih mengerti dengan daerahnya. Tentu dilihat pemimpin bisa bekerja untuk menyelesaikan masalah di daerahnya. "Saya beryukur sekali saat ini di Bali relatif bagus terutama yang baru-baru seperti Bangli sudah bagus," ungkapnya.
Lanjutnya, pengelolaan Bali acuannya tidak lagi suatu daerah, namun acuannya adalah negara seperti Singapura, Thailand. Koster ingin Bali yang kecil namun bisa mendapat pengakuan dunia. Dia pun akan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Tak hanya di internal PDIP, aspirasi dukungan kepada Wayan Koster dua periode juga muncul dari Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Meski beda partai, Bupati Tamba menyatakan siap mendukung 'Koster Dua Periode'. Bupati Tamba saat dihubungi NusaBali, Kamis kemarin mengatakan munculnya aspirasi dukungan kepada Gubernur Koster untuk kembali menjadi Gubernur Bali sangat wajar. Dirinya sebagai Bupati yang dari non PDIP, mengaku salut dengan profesionalisme Gubernur Koster yang tidak pernah membeda-bedakan partai dalam membantu masyarakat Bali.
"Beliau profesional. Tidak melihat warna," ujar Bupati Tamba. Di samping profesional, Bupati Tamba menilai Gubernur Koster merupakan pemimpin yang benar-benar bekerja untuk Bali. Selama ini banyak program dari Gubernur Koster yang juga sangat dirasakan masyarakat Jembrana. "Beliau berani mengeksekusi hal-hal yang besar untuk kemajuan Bali. Semua tereksekusi dengan bagus dan rapi," ujar politisi Demokrat ini.
Bupati Tamba menambahkan, apa yang menjadi visi Gubernur Koster, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali, juga sejalan dengan visinya sebagai Bupati, yakni Nangun Sad Kerthi Loka Jembrana. Sesuai dengan visi itu, terdapat program-progam dalam mensejahterakan masyarakat dengan menghargai tata kelola kehidupan termasuk adat, tradisi dan budaya Bali.
"Sebagian besar program-program itu butuh dukungan kuat. Pak Gubernur bisa mengeksekusi itu. Tetapi kalau hanya satu periode, belum semua terselesaikan. Mungkin kalau dua periode, sudah bisa semua. Sama seperti Bupati Jembrana," ucap Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Bupati Tamba mengatakan siap mendukung Gubenur Koster untuk menjadi Gubernur Bali dua periode. Sebagai bentuk dukungan tersebut, Bupati Tamba menyatakan selalu menyampaikan kepada masyarakatnya setiap ada program dari Gubenur Koster yang diturunkan ke Jembrana. "Kita melihat ada beberapa program Pak Gubernur di Jembrana, saya beritakan kepada rakyat. Jelas saya sampaikan itu dukungan Pak Gubernur. Mudah-mudahan saja nanti masyarakat Jembrana juga mendukung," pungkas Bupati Tamba. *nat, esa, ode
Ketua DPD PDIP Bali yang juga Gubernur Bali, Wayan Koster berpeluang besar sebagai calon incumbent pada Pilgub Bali 2024. Saat ini PDIP dan berbagai komponen masyarakat juga sudah mulai menggulirkan wacana Koster dua periode. Walau diunggulkan, namun bukan berarti tidak ada lawan tanding buat Koster. Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pendidikan Nasional (Fisip Undiknas) Denpasar, Dr Nyoman Subanda, Kamis (5/5) mengatakan ada deretan politisi yang berkiprah di level nasional bisa menjadi penantang Koster di Pilgub Bali 2024 mendatang.
“Untuk saat ini sosok Koster memang paling menonjol sebagai incumbent, kader partai besar, pimpinan parpol di Bali. Dia juga tokoh nasional berpengalaman di DPR RI, kawakan dan posisinya sentral, sebagai the best priority. Tetapi bukan berarti tidak ada tokoh Bali yang bisa menandingi sosok Koster,” ujar Subanda.
Kenapa tokoh dan politisi parpol di luar PDIP tidak ada yang muncul dan membicarakan penantang Koster? Kata Subanda, situasi pandemi Covid-19 juga memberikan dampak besar terhadap peta politik di Pulau Dewata. “Masyarakat lagi susah, kondisi ekonomi juga sulit. Sehingga kalau politisi atau tokoh yang ingin ‘jualan’ sebagai Cagub Bali 2024 dengan menyampaikan program dan visi-misi agaknya susah. Masyarakat akan langsung mencap kenapa tidak sekarang saja? Kenapa harus menunggu menjelang 2024? Sehingga ada kesan para tokoh yang juga ingin maju enggan sosialisasi. Sementara incumbent kan punya modal segalanya?” ujar Subanda.
Kata dia, banyak tokoh atau politisi dari Bali yang berkiprah di tingkat nasional yang punya kemampuan dalam memimpin Bali. Sebut saja dua politisi Golkar yang juga anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali Gede Sumarjaya Linggih alias Demer dan Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi. Kemudian ada fungsionaris DPP Demokrat yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR RI Dapil Bali Putu Supadma Rudana, anggota DPD RI dapil Bali Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna (AWK), Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, hingga Koordinator Staf Khusus Presiden RI kelahiran Ubud, Kabupaten Gianyar Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana.
Bahkan, Subanda menyebutkan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra alias Gus Rai yang pernah bertarung head to head melawan Koster di Pilgub Bali 2018 masih punya peluang tempur lagi. Yang lebih heboh lagi, tokoh nasional di luar putra Bali bisa bertarung. Misalnya, seperti Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bisa tarung di Bali. “Rai Mantra masih punya peluang kalau mau tarung lagi. Bahkan, hingga Ahok sekalipun kalau mau nyalon di Bali bisa. Kan lagi trend, para politisi menjajal di luar tanah kelahiran? Orang luar DKI Jakarta kan bisa nyalon di DKI Jakarta?” ujar akademisi asal Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini.
Lanjut Subanda, melawan incumbent Koster yang saat ini kondisinya sangat kuat tidak cukup dengan popularitas, kemampuan memimpin. Faktor utama adalah partai pengusung sangat menentukan. “Parpol pengusung sangat menentukan kalau mau melawan Koster di Pilgub 2024, bagaimanapun PDIP di Bali saat ini sangat kuat,” tegas Subanda.
Subanda menyebutkan, selama ini Partai Golkar lebih sering strategis cara berpikirnya ketika pemilihan kepala daerah (Pilkada). Sementara Demokrat lebih berpeluang menunggu untuk menjadi orang nomor dua alias ‘kernet’ di Pilkada, karena perolehan kursi di DPRD tidak mencukupi mengusung calon secara mandiri. “Golkar lebih strategis politiknya, kalau tidak punya calon kuat, Golkar pasti nyari petarung luar partai. Artinya, rela tidak mengusung kadernya, kalau ada peluang menang. Sementara Demokrat kan lebih sering menunggu menjadi orang nomor dua, sebagai wakil bupati, wakil gubernur. Nggak mau jadi nomor satu,” tegas Subanda.
“Tetapi, kalau pilihannya tepat, tokoh non parpol yang diambil punya popularitas, modal sosial yang bagus, elektabilitas bagus, tidak cacat secara hukum, tidak menutup kemungkinan ketika tarung head to head melawan incumbent, justru bisa menang,” ujar Subanda.
Sementara ketika ditanya kemungkinan calon independen atau perseorangan bisa menantang Koster, Subanda mengatakan sangat sulit. “Ya itu tadi, tergantung popularitas, elektabilitas, dan juga tergantung pasangan calon yang diusung. Saat ini kandidat independen susah untuk bertarung, apalagi melawan incumbent sekelas Koster,” ujar Subanda.
Subanda juga menyebutkan, beberapa bupati non PDIP dan kader PDIP juga ada berpeluang kalau mau maju sebagai cagub melawan Koster. Hanya saja, kaliber dan partai pengusungnya harus jelas dulu. Kemudian kemampuan memimpinnya harus sepadan dan sekaliber Koster. Sebut saja politisi senior PDIP yang Bupati Badung Nyoman Giri Prasta dan politisi senior Demokrat yang menjabat Bupati Jembrana I Nengah Tamba. “Giri Prasta dan Pak Tamba bisa maju, namun untuk kedua tokoh ini harus mencari parpol pengusung, dan tidak cukup dengan popularitas saja. Perlu perjuangan dan kerja keras kalau mau maju,” tegas Subanda.
“Sedangkan ukuran para politisi Senayan yang bisa imbangi Koster, yakni mereka rata-rata pengalaman dalam bidang anggaran seperti posisi Koster saat di DPR RI, relasi di level nasional banyak, pernah bertugas di lintas komisi hingga membahas perundang-undangan," ujar Subanda yang alumni Universitas Gadjah Mada Jogjakarta ini.
Sementara dukungan terhadap Gubernur Bali Wayan Koster untuk dua periode memimpin Bali mengemuka di Bangli, Kamis kemarin. Di Bangli jajaran DPC PDIP menyampaikan dukungannya lewat yel-yel. Seperti diketahui kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace baru akan berakhir 5 September 2023 mendatang.
Ketua DPC PDIP Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta mengatakan jajarannya di DPC mulai berkreasi dengan membuat yel-yel untuk Wayan Koster dua periode. Pihaknya meyakini Gubernur Koster yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini totalitas membangun Bali. Memiliki visi yang jauh ke depan. "Pak Koster memiliki jaringan di pusat dalam rangka percepatan pembangunan di berbagai bidang di Bali," ungkapnya di sela-sela kegiatan lomba serangkaian HUT ke-49 PDIP di Desa Tradisional Penglipuran, Kamis kemarin.
Menurut Sedana Arta dari berbagai kalangan juga telah menyampaikan dukungan untuk Wayan Koster dua periode. "Sudah ada beberapa yang menyampaikan kepada kami. Kami rasa hampir di semua tempat melakukan hal serupa. Tentu kita lihat dukungan seperti apa nantinya," kata Sedana Arta didampingi Sekretaris DPC PDIP Bangli, I Wayan Diar.
Di sisi lain, Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster saat menghadiri kegiatan DPC PDIP Bangli, menekankan dalam mengemban jabatan harus diisi dengan sesuatu yang betul-betul dirasakan oleh masyarakat. Saat ini masyarakat generasi baru yang cerdas, lebih independen, yang lebih mengerti dengan daerahnya. Tentu dilihat pemimpin bisa bekerja untuk menyelesaikan masalah di daerahnya. "Saya beryukur sekali saat ini di Bali relatif bagus terutama yang baru-baru seperti Bangli sudah bagus," ungkapnya.
Lanjutnya, pengelolaan Bali acuannya tidak lagi suatu daerah, namun acuannya adalah negara seperti Singapura, Thailand. Koster ingin Bali yang kecil namun bisa mendapat pengakuan dunia. Dia pun akan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Tak hanya di internal PDIP, aspirasi dukungan kepada Wayan Koster dua periode juga muncul dari Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Meski beda partai, Bupati Tamba menyatakan siap mendukung 'Koster Dua Periode'. Bupati Tamba saat dihubungi NusaBali, Kamis kemarin mengatakan munculnya aspirasi dukungan kepada Gubernur Koster untuk kembali menjadi Gubernur Bali sangat wajar. Dirinya sebagai Bupati yang dari non PDIP, mengaku salut dengan profesionalisme Gubernur Koster yang tidak pernah membeda-bedakan partai dalam membantu masyarakat Bali.
"Beliau profesional. Tidak melihat warna," ujar Bupati Tamba. Di samping profesional, Bupati Tamba menilai Gubernur Koster merupakan pemimpin yang benar-benar bekerja untuk Bali. Selama ini banyak program dari Gubernur Koster yang juga sangat dirasakan masyarakat Jembrana. "Beliau berani mengeksekusi hal-hal yang besar untuk kemajuan Bali. Semua tereksekusi dengan bagus dan rapi," ujar politisi Demokrat ini.
Bupati Tamba menambahkan, apa yang menjadi visi Gubernur Koster, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali, juga sejalan dengan visinya sebagai Bupati, yakni Nangun Sad Kerthi Loka Jembrana. Sesuai dengan visi itu, terdapat program-progam dalam mensejahterakan masyarakat dengan menghargai tata kelola kehidupan termasuk adat, tradisi dan budaya Bali.
"Sebagian besar program-program itu butuh dukungan kuat. Pak Gubernur bisa mengeksekusi itu. Tetapi kalau hanya satu periode, belum semua terselesaikan. Mungkin kalau dua periode, sudah bisa semua. Sama seperti Bupati Jembrana," ucap Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Bupati Tamba mengatakan siap mendukung Gubenur Koster untuk menjadi Gubernur Bali dua periode. Sebagai bentuk dukungan tersebut, Bupati Tamba menyatakan selalu menyampaikan kepada masyarakatnya setiap ada program dari Gubenur Koster yang diturunkan ke Jembrana. "Kita melihat ada beberapa program Pak Gubernur di Jembrana, saya beritakan kepada rakyat. Jelas saya sampaikan itu dukungan Pak Gubernur. Mudah-mudahan saja nanti masyarakat Jembrana juga mendukung," pungkas Bupati Tamba. *nat, esa, ode
1
Komentar