Bisnis Hortikultura di Bali 'Seret'
Pelaku bisnis hortikultura alami kesulitan penuhi permintaan pasar
DENPASAR,NusaBali
Pasokan produk hortikultura, khusus buah-buahan seret. Penyebabnya karena sekarang ini belum memasuki masa panen buah-buahan. Pelaku bisnis hortikultura mengakui mengalami kesulitan memenuhi permintaan pasar.
“Sekarang ini memang belum musim buah panen,” ujar I Made Sianta, seorang pelaku bisnis hortikultura dari Pupuan, Tabanan, Kamis (5/5).
Dikatakan, dia mendapatkan orderan 400 aneka jenis buah setiap 2 hari sekali dari sebuah supermarket di Denpasar. Namun karena tidak tidak ada panen, dia hanya mampu memasok antara 60 -70 kilogram buah setiap 3 hari sekali.
Buah-buahan tersebut diantaranya salak gula pasir dan rambutan. Sedangkan manggis, durian dan yang lainnya nihil.
“Sekarang buahnya masih kecil-kecil,” ungkap Sianta. Untuk mendapat pasokan dari luar daerah, seperti dari Jawa, juga belum memungkinkan. “ Di Jawa juga kosong,” kata Sianta.
Karena itulah, pebisnis seperti Sianta, untuk sementara belum bisa berbuat banyak, kecuali menunggu musim panen. “Mudah-mudahan dalam beberapa bulan ke depan sudah mulai panen,” harap dia. Kelangkaan buah menyebabkan harga buah-buahan meningkat. Semangka contohnya dari Rp 4.000 perkilo naik menjadi Rp 6.000 perkilo. Jeruk Bali dari Rp 4.000 perkilo naik menjadi Rp 5.000 perkilo.
“Rata-rata mengalami kenaikan,” ujar Putu Dedit, seorang pembeli buah di Pasar Anyar Sari, Padangsambian Kaja, Denpasar Barat.
Kenaikkan tersebut dia nilai wajar, karena pasokan terbatas. “Kiriman buah dari Jawa juga kosong, karena masih dalam suasana liburan,” ujar pria yang membeli buah, yang dia jual kembali di Sanur.
Terpisah Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha, mengiyakan ‘kelangkaan’ produk hortkultura, khususnya buah-buahan. Selain karena belum musim panen, kelangkaan juga karena peningkatan permintaan dari industri pariwisata, hotel, restoran dan lainnya.
“Belakangan kan kunjungan wisatawan meningkat, otomatis permintaan dari hotel dan restoran naik,” kata Sugiartha. Dia sendiri mengalami sulitnya mencari produk hortikultura. “Namun syukur masih bisa didapat di pasar-pasar induk. Diantaranya Pasar Badung, Pasar Anyar Sari,” kata Sugiartha. Karena itulah untuk sementara, dia masih bisa memenuhi permintaan buah dari beberapa pelanggannya, beberapa hotel di Denpasar. *K17
Pasokan produk hortikultura, khusus buah-buahan seret. Penyebabnya karena sekarang ini belum memasuki masa panen buah-buahan. Pelaku bisnis hortikultura mengakui mengalami kesulitan memenuhi permintaan pasar.
“Sekarang ini memang belum musim buah panen,” ujar I Made Sianta, seorang pelaku bisnis hortikultura dari Pupuan, Tabanan, Kamis (5/5).
Dikatakan, dia mendapatkan orderan 400 aneka jenis buah setiap 2 hari sekali dari sebuah supermarket di Denpasar. Namun karena tidak tidak ada panen, dia hanya mampu memasok antara 60 -70 kilogram buah setiap 3 hari sekali.
Buah-buahan tersebut diantaranya salak gula pasir dan rambutan. Sedangkan manggis, durian dan yang lainnya nihil.
“Sekarang buahnya masih kecil-kecil,” ungkap Sianta. Untuk mendapat pasokan dari luar daerah, seperti dari Jawa, juga belum memungkinkan. “ Di Jawa juga kosong,” kata Sianta.
Karena itulah, pebisnis seperti Sianta, untuk sementara belum bisa berbuat banyak, kecuali menunggu musim panen. “Mudah-mudahan dalam beberapa bulan ke depan sudah mulai panen,” harap dia. Kelangkaan buah menyebabkan harga buah-buahan meningkat. Semangka contohnya dari Rp 4.000 perkilo naik menjadi Rp 6.000 perkilo. Jeruk Bali dari Rp 4.000 perkilo naik menjadi Rp 5.000 perkilo.
“Rata-rata mengalami kenaikan,” ujar Putu Dedit, seorang pembeli buah di Pasar Anyar Sari, Padangsambian Kaja, Denpasar Barat.
Kenaikkan tersebut dia nilai wajar, karena pasokan terbatas. “Kiriman buah dari Jawa juga kosong, karena masih dalam suasana liburan,” ujar pria yang membeli buah, yang dia jual kembali di Sanur.
Terpisah Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali I Wayan Sugiartha, mengiyakan ‘kelangkaan’ produk hortkultura, khususnya buah-buahan. Selain karena belum musim panen, kelangkaan juga karena peningkatan permintaan dari industri pariwisata, hotel, restoran dan lainnya.
“Belakangan kan kunjungan wisatawan meningkat, otomatis permintaan dari hotel dan restoran naik,” kata Sugiartha. Dia sendiri mengalami sulitnya mencari produk hortikultura. “Namun syukur masih bisa didapat di pasar-pasar induk. Diantaranya Pasar Badung, Pasar Anyar Sari,” kata Sugiartha. Karena itulah untuk sementara, dia masih bisa memenuhi permintaan buah dari beberapa pelanggannya, beberapa hotel di Denpasar. *K17
1
Komentar