Kasus Gigitan Rabies Tinggi
Vaksinasi Anjing Terkendala Izin Pemilik
Dalam kurun empat bulan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng mencatat ada 38 kasus gigitan tersebar di 33 desa wilayah 8 kecamatan di Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Kasus gigitan anjing positif rabies di Buleleng harus menjadi kewaspadaan. Terbaru kasus gigitan dialami Kadek Edi Darmawan, 25, warga Banjar Dinas Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Selasa (3/5) lalu.
Ditemui di rumahnya Senin (10/5) sore, Edi menceritakan gigitan anjing rabies didapatnya dari anjing peliharaannya sendiri. Anjing jenis Golden Retriever tersebut baru berumur lima bulan. Anjing itu baru dipeliharanya selama lima hari sejak Jumat (29/4) lalu. “Saya minta sama teman di Baktiseraga. Saat digigit itu saya mau kasih makan. Tetapi pas mau dimasukkan ke kandang saya pegang punggungnya langsung digigit dua kali di ibu jari tangan kiri,” ucap Edi.
Dia pun langsung mencuci tangannya yang sudah berdarah di air mengalir dan memakai sabun. Tanpa menunggu lama Edi langsung melaporkan gigitan itu ke Puskesmas Sukasada I untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). Dia mengaku khawatir, karena kasus gigitan rabies di Desa Sambangan sudah sempat merenggut nyawa gadis 22 tahun pada akhir April lalu.
“Saya takut juga karena kasus meninggal beberapa waktu lalu. Setelah ke Puskesmas saya disuruh mengobservasi anjing dulu. Benar saja setelah tiga hari pasca menggigit saya, anjing itu mati. Saya balik lagi lapor ke Puskesmas Sukasada I, karena kosong dirujuk ke Puskesmas Buleleng I,” tuturnya.
Sejak dipelihara oleh Edi, anjing tersebut sudah menunjukkan gelagat aneh. Anjing berwarna hitam itu tampak gelisah. Hanya saja Edi tidak curiga anjing barunya mengidap rabies. Pemilik lamanya pun memberikan keterangan anjing itu tak pernah kontak keluar rumah dengan anjing liar lainnya. Bahkan anak anjing yang seumuran hingga kini dinyatakan baik-baik saja.
Setelah dilaporkan, petugas Dinas Kesehatan pun langsung menyambangi rumah Edi dan mengambil sampel otak anjing itu. Hasil pemeriksaan laboratorium pada Sabtu (7/5) dinyatakan positif rabies.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng Made Suparma tak memungkiri kasus gigitan anjing rabies di semester pertama 2022 ini cukup tinggi. Bahkan jiak dibandingkan kasus gigitan tahun lalu dari Januari-Desember hanya tercatat 39 kasus gigitan positif.
“Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya peningkatannya cukup tinggi. Tahun lalu 39 kasus gigitan itu setahun. Sekarang dengan jumlah hampir sama terjadi empat bulan terakhir ini,” kata Suparma seizin Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta.
Menurutnya penanganan kasus anjing rabies di Buleleng selama ini masih terkendala sejumlah faktor. Selain karena pandemi covid-19 yang melanda dua tahun terakhir membuat capaian vaksinasi rabies tidak maksimal, juga disebabkan karena faktor pemeliharaan anjing yang kurang bertanggungjawab.
Dari estimasi populasi anjing di Buleleng sebanyak 93.397 ekor sebanyak 65 persen diantaranya diliarkan pemiliknya. Hal ini dinilai sangat berpotensi penyebaran rabies dari anjing liar sangat tinggi. “Vaksinasi rabies sudah rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Hanya kadang terhambat karena dilapangan tidak ketemu pemilik. Ada juga masyarakat yang tidak mau anjingnya divaksin, tetapi diliarkan tidak dipelihara dengan baik,” ungkap Suparma.
Kendala lainnya, sejumlah kasus gigitan anjing tidak dilaporkan masyarakat kepada pemerintah desa. Sehingga pemerintah tidak dapat melakukan antisipasi awal. Beberapa kasus juga baru diketahui setelah jatuh korban jiwa.
Sejauh ini vaksinasi rabies yang dilangsungkan Dinas Pertanian sudah bergerak di angka 8.533 ekor. Dinas Pertanian tahun ini merancang metode vaksinasi respons cepat dengan menyiapkan 26 orang dokter hewan. Delapan orang diantaranya standby di Dinas Pertanian, sedangkan sisanya masing-masing 2 orang ngepos di 9 kecamatan. Pelayanan vaksin rabies pada anjing pun diberikan secara gratis dengan pelayanan 24 jam penuh. *k23
Ditemui di rumahnya Senin (10/5) sore, Edi menceritakan gigitan anjing rabies didapatnya dari anjing peliharaannya sendiri. Anjing jenis Golden Retriever tersebut baru berumur lima bulan. Anjing itu baru dipeliharanya selama lima hari sejak Jumat (29/4) lalu. “Saya minta sama teman di Baktiseraga. Saat digigit itu saya mau kasih makan. Tetapi pas mau dimasukkan ke kandang saya pegang punggungnya langsung digigit dua kali di ibu jari tangan kiri,” ucap Edi.
Dia pun langsung mencuci tangannya yang sudah berdarah di air mengalir dan memakai sabun. Tanpa menunggu lama Edi langsung melaporkan gigitan itu ke Puskesmas Sukasada I untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR). Dia mengaku khawatir, karena kasus gigitan rabies di Desa Sambangan sudah sempat merenggut nyawa gadis 22 tahun pada akhir April lalu.
“Saya takut juga karena kasus meninggal beberapa waktu lalu. Setelah ke Puskesmas saya disuruh mengobservasi anjing dulu. Benar saja setelah tiga hari pasca menggigit saya, anjing itu mati. Saya balik lagi lapor ke Puskesmas Sukasada I, karena kosong dirujuk ke Puskesmas Buleleng I,” tuturnya.
Sejak dipelihara oleh Edi, anjing tersebut sudah menunjukkan gelagat aneh. Anjing berwarna hitam itu tampak gelisah. Hanya saja Edi tidak curiga anjing barunya mengidap rabies. Pemilik lamanya pun memberikan keterangan anjing itu tak pernah kontak keluar rumah dengan anjing liar lainnya. Bahkan anak anjing yang seumuran hingga kini dinyatakan baik-baik saja.
Setelah dilaporkan, petugas Dinas Kesehatan pun langsung menyambangi rumah Edi dan mengambil sampel otak anjing itu. Hasil pemeriksaan laboratorium pada Sabtu (7/5) dinyatakan positif rabies.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Buleleng Made Suparma tak memungkiri kasus gigitan anjing rabies di semester pertama 2022 ini cukup tinggi. Bahkan jiak dibandingkan kasus gigitan tahun lalu dari Januari-Desember hanya tercatat 39 kasus gigitan positif.
“Kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya peningkatannya cukup tinggi. Tahun lalu 39 kasus gigitan itu setahun. Sekarang dengan jumlah hampir sama terjadi empat bulan terakhir ini,” kata Suparma seizin Kepala Dinas Pertanian I Made Sumiarta.
Menurutnya penanganan kasus anjing rabies di Buleleng selama ini masih terkendala sejumlah faktor. Selain karena pandemi covid-19 yang melanda dua tahun terakhir membuat capaian vaksinasi rabies tidak maksimal, juga disebabkan karena faktor pemeliharaan anjing yang kurang bertanggungjawab.
Dari estimasi populasi anjing di Buleleng sebanyak 93.397 ekor sebanyak 65 persen diantaranya diliarkan pemiliknya. Hal ini dinilai sangat berpotensi penyebaran rabies dari anjing liar sangat tinggi. “Vaksinasi rabies sudah rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Hanya kadang terhambat karena dilapangan tidak ketemu pemilik. Ada juga masyarakat yang tidak mau anjingnya divaksin, tetapi diliarkan tidak dipelihara dengan baik,” ungkap Suparma.
Kendala lainnya, sejumlah kasus gigitan anjing tidak dilaporkan masyarakat kepada pemerintah desa. Sehingga pemerintah tidak dapat melakukan antisipasi awal. Beberapa kasus juga baru diketahui setelah jatuh korban jiwa.
Sejauh ini vaksinasi rabies yang dilangsungkan Dinas Pertanian sudah bergerak di angka 8.533 ekor. Dinas Pertanian tahun ini merancang metode vaksinasi respons cepat dengan menyiapkan 26 orang dokter hewan. Delapan orang diantaranya standby di Dinas Pertanian, sedangkan sisanya masing-masing 2 orang ngepos di 9 kecamatan. Pelayanan vaksin rabies pada anjing pun diberikan secara gratis dengan pelayanan 24 jam penuh. *k23
Komentar