Ancaman PMK, Harga Sapi Berpotensi Turun
Selama ini peternakan sapi di tingkat lokal dikhususkan untuk memenuhi pasar di luar daerah, karena kebutuhan di tingkat lokal sedikit. Populasi sapi di Tabanan baik jantan dan betina sebanyak 54.024 ekor.
TABANAN, NusaBali
Ancaman wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) selain membuat seluruh peternak dan pelaku usaha peternakan waspada, juga berpotensi terhadap turunnya harga jual ternak di tingkat petani.
Hal ini disebabkan adanya penghentian sementara penjualan peternakan unggulan Bali yakni sapi dan babi ke luar Pulau Dewata. Bahkan penghentian serupa juga dilakukan terhadap ternak kambing dan kerbau dari Jawa Timur ke Bali.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana, menjelaskan adanya penghentian ini memang berpotensi pada turunnya harga jual. Sebab selama ini peternakan sapi di tingkat lokal memang dikhususkan untuk memenuhi pasar di luar daerah, sedangkan jumlah kebutuhan di tingkat lokal sedikit. “Dengan kondisi itu karena kebutuhan sedikit, di samping populasi meningkat, maka berpengaruh terhadap harga jual,” kata Budana, Kamis (12/5).
Menurut Budana, untuk sekarang populasi sapi di Tabanan baik jantan dan betina sebanyak 54.024 ekor dan dominan ada di Kecamatan Baturiti.
Kemudian untuk populasi kambing mencapai 1.752 ekor, babi sebanyak 22.681 ekor, dan kerbau 59 ekor. “Data persis pengiriman ternak sapi dari Tabanan ke luar Bali saya belum hafal. Namun dengan kondisi adanya wabah berkembang, berpotensi terhadap harga jual,” ucap Budana.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tabanan Gde Eka Parta Ariana. Karena adanya stok yang meningkat akibat penghentian pengiriman ternak ke luar Bali, otomatis harga jual terpengaruh. Bahkan saat ini turunnya harga jual sapi sudah mulai terjadi. “Sapi memang paling besar dijual ke luar Bali daripada babi, dan sekarang penurunan harga jual untuk sapi sudah mulai terjadi,” kata Parta Ariana.
Namun Parta Ariana belum bisa menyampaikan jumlah sapi Tabanan yang dijual ke luar pulau. Karena data tersebut ada di Provinsi Bali, sedangkan di kabupaten hanya berwenang dalam pemeriksaan hewan saja. “Itu data ada di Provinsi Bali, bukan di kami yang mendata,” tegasnya.
Parta Ariana menegaskan kembali untuk mengantisipasi mewabahnya PMK di Tabanan, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran ke masing-masing UPTD untuk waspada. Apabila menemukan kasus yang mengarah ke PMK, diharuskan segera melapor ke dinas. “Kami sudah sampaikan surat edaran, serta kami minta juga kepada peternak dan pelaku usaha di bidang ternak untuk meningkatkan tingkatkan biosecurity,” tandas Parta Ariana.
Sebelumnya diberitakan, Parta Ariana mengatakan daerah sudah diminta oleh Pemprov Bali mewaspadai wabah PMK yang merebak di Jawa Timur. Seluruh peternak diminta untuk meningkatkan kebersihan hewan dan kandang ternak. “Kami sudah diminta mewaspadai penyebaran PMK ini agar tak terjadi di Tabanan,” kata Parta Ariana, Selasa (10/5).
Kata dia, di Tabanan memang belum ditemukan kasus dimaksud. Untuk itu seluruh peternak ataupun pelaku usaha di bidang pengolahan daging dan petugas kesehatan hewan segera melakukan pencegahan dini. “Kalaupun nanti ada pengusaha dan peternak yang menemukan ciri-ciri wabah PMK di ternaknya, segera mengkarantina agar tak menular ke hewan lain,” pinta Parta Ariana.
Adapun ciri-ciri PMK yang saat ini tengah menyebar di Jawa Timur itu adalah salah satunya hewan demam tinggi, hipersalivasi dan berbusa. Muncul luka lepuh di lidah dan di mukosa rongga mulut. Kemudian hewan mengalami pincang, luka pada kaki dan terjadi lepas kuku pada beberapa ekor sapi. Tidak mau makan, gemetar atau sulit berdiri, dan bernapas dengan cepat.
Dia menambahkan untuk meningkatkan langkah biosecurity sebagai upaya pencegahan wabah PMK, seluruh wilayah masing-masing serentak bergerak melaksanakan deteksi dini dan pelaporan cepat melalui iSIKHNas (Integrated Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional). “Di sini yang terpenting meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan ternak rentan membawa penyakit dari wilayah yang tertular,” tandas Parta Ariana. *des
Hal ini disebabkan adanya penghentian sementara penjualan peternakan unggulan Bali yakni sapi dan babi ke luar Pulau Dewata. Bahkan penghentian serupa juga dilakukan terhadap ternak kambing dan kerbau dari Jawa Timur ke Bali.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana, menjelaskan adanya penghentian ini memang berpotensi pada turunnya harga jual. Sebab selama ini peternakan sapi di tingkat lokal memang dikhususkan untuk memenuhi pasar di luar daerah, sedangkan jumlah kebutuhan di tingkat lokal sedikit. “Dengan kondisi itu karena kebutuhan sedikit, di samping populasi meningkat, maka berpengaruh terhadap harga jual,” kata Budana, Kamis (12/5).
Menurut Budana, untuk sekarang populasi sapi di Tabanan baik jantan dan betina sebanyak 54.024 ekor dan dominan ada di Kecamatan Baturiti.
Kemudian untuk populasi kambing mencapai 1.752 ekor, babi sebanyak 22.681 ekor, dan kerbau 59 ekor. “Data persis pengiriman ternak sapi dari Tabanan ke luar Bali saya belum hafal. Namun dengan kondisi adanya wabah berkembang, berpotensi terhadap harga jual,” ucap Budana.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tabanan Gde Eka Parta Ariana. Karena adanya stok yang meningkat akibat penghentian pengiriman ternak ke luar Bali, otomatis harga jual terpengaruh. Bahkan saat ini turunnya harga jual sapi sudah mulai terjadi. “Sapi memang paling besar dijual ke luar Bali daripada babi, dan sekarang penurunan harga jual untuk sapi sudah mulai terjadi,” kata Parta Ariana.
Namun Parta Ariana belum bisa menyampaikan jumlah sapi Tabanan yang dijual ke luar pulau. Karena data tersebut ada di Provinsi Bali, sedangkan di kabupaten hanya berwenang dalam pemeriksaan hewan saja. “Itu data ada di Provinsi Bali, bukan di kami yang mendata,” tegasnya.
Parta Ariana menegaskan kembali untuk mengantisipasi mewabahnya PMK di Tabanan, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran ke masing-masing UPTD untuk waspada. Apabila menemukan kasus yang mengarah ke PMK, diharuskan segera melapor ke dinas. “Kami sudah sampaikan surat edaran, serta kami minta juga kepada peternak dan pelaku usaha di bidang ternak untuk meningkatkan tingkatkan biosecurity,” tandas Parta Ariana.
Sebelumnya diberitakan, Parta Ariana mengatakan daerah sudah diminta oleh Pemprov Bali mewaspadai wabah PMK yang merebak di Jawa Timur. Seluruh peternak diminta untuk meningkatkan kebersihan hewan dan kandang ternak. “Kami sudah diminta mewaspadai penyebaran PMK ini agar tak terjadi di Tabanan,” kata Parta Ariana, Selasa (10/5).
Kata dia, di Tabanan memang belum ditemukan kasus dimaksud. Untuk itu seluruh peternak ataupun pelaku usaha di bidang pengolahan daging dan petugas kesehatan hewan segera melakukan pencegahan dini. “Kalaupun nanti ada pengusaha dan peternak yang menemukan ciri-ciri wabah PMK di ternaknya, segera mengkarantina agar tak menular ke hewan lain,” pinta Parta Ariana.
Adapun ciri-ciri PMK yang saat ini tengah menyebar di Jawa Timur itu adalah salah satunya hewan demam tinggi, hipersalivasi dan berbusa. Muncul luka lepuh di lidah dan di mukosa rongga mulut. Kemudian hewan mengalami pincang, luka pada kaki dan terjadi lepas kuku pada beberapa ekor sapi. Tidak mau makan, gemetar atau sulit berdiri, dan bernapas dengan cepat.
Dia menambahkan untuk meningkatkan langkah biosecurity sebagai upaya pencegahan wabah PMK, seluruh wilayah masing-masing serentak bergerak melaksanakan deteksi dini dan pelaporan cepat melalui iSIKHNas (Integrated Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional). “Di sini yang terpenting meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan ternak rentan membawa penyakit dari wilayah yang tertular,” tandas Parta Ariana. *des
1
Komentar