Peternak Babi Tunggu Izin Keluar Bali
Adanya larangan penjualan antar pulau dikhawatirkan berpengaruh terhadap harga jual. Untuk itu peternak berharap diizinkan memasok babi keluar Bali.
TABANAN, NusaBali
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak membuat pengusaha babi ketar-ketir. Salah seorang peternak babi sekaligus Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, I Nyoman Ariadi mengungkapkan, saat ini wabah PMK baru ditemukan pada sapi. Sementara pada babi belum ditemukan. “Dengan kondisi tersebut kami harapkan penjualan babi bisa diizinkan antar pulau,” harap Ariadi, Rabu (13/5).
Kata dia harapan itu sudah disampaikan lewat usulan dengan menghadap pihak karantina dan instansi terkait. Usulan ini sudah dibahas bersama dengan pengurus GUPBI pada Senin lalu. “Hasil dari usulan itu kami belum tahu,” katanya.
Ditegaskan harapan untuk bisa diizinkan menjual babi antar pulau ini bukan tanpa alasan. Sebab sampai saat ini kasus PMK yang mewabah di Jawa Timur hanya ditemukan pada sapi belum ditemukan pada babi.
Saat ini harga babi di tingkat lokal masih stabil, namun dengan adanya penyetopan penjualan babi ke luar Bali diakui membuat waswas. “Yang menyebabkan kami was-was bukan dengan kasus PMK, tetapi penyetopan penjualan ini yang menjadi was-was kami. Takutnya nanti marketing kami putus-putus,” tegas Ariadi yang juga Perbekel Desa Sudimara ini.
Di sisi lain pasca babi diserang wabah ASF, populasinya masih sesuai dengan permintaan dan kesediaan barang di tingkat lokal sehingga harga masih stabil mulai dari Rp 38.000 sampai Rp 45.000 per kilogram. “Yang harga Rp 45.000 untuk babi kualitas super, dan Rp 38.000 yang kulitas lokal,” jelas Ariadi.
Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat data populasi ternak sapi jantan dan betina total sebanyak 54.024 ekor yang dominan berada di Kecamatan Baturiti, sedangkan populasi kambing sebanyak 1.752 ekor dominan dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Selanjutnya populasi babi sebanyak 22.681 ekor, dan kerbau 59 ekor. *des
Kata dia harapan itu sudah disampaikan lewat usulan dengan menghadap pihak karantina dan instansi terkait. Usulan ini sudah dibahas bersama dengan pengurus GUPBI pada Senin lalu. “Hasil dari usulan itu kami belum tahu,” katanya.
Ditegaskan harapan untuk bisa diizinkan menjual babi antar pulau ini bukan tanpa alasan. Sebab sampai saat ini kasus PMK yang mewabah di Jawa Timur hanya ditemukan pada sapi belum ditemukan pada babi.
Saat ini harga babi di tingkat lokal masih stabil, namun dengan adanya penyetopan penjualan babi ke luar Bali diakui membuat waswas. “Yang menyebabkan kami was-was bukan dengan kasus PMK, tetapi penyetopan penjualan ini yang menjadi was-was kami. Takutnya nanti marketing kami putus-putus,” tegas Ariadi yang juga Perbekel Desa Sudimara ini.
Di sisi lain pasca babi diserang wabah ASF, populasinya masih sesuai dengan permintaan dan kesediaan barang di tingkat lokal sehingga harga masih stabil mulai dari Rp 38.000 sampai Rp 45.000 per kilogram. “Yang harga Rp 45.000 untuk babi kualitas super, dan Rp 38.000 yang kulitas lokal,” jelas Ariadi.
Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat data populasi ternak sapi jantan dan betina total sebanyak 54.024 ekor yang dominan berada di Kecamatan Baturiti, sedangkan populasi kambing sebanyak 1.752 ekor dominan dikembangkan di Kecamatan Pupuan. Selanjutnya populasi babi sebanyak 22.681 ekor, dan kerbau 59 ekor. *des
1
Komentar