Pariwisata Membaik, Ekspor Handicraft Bali Diyakini Meningkat
DENPASAR, NusaBali
Pelaku bisnis handicraft atau kerajinan optimistis ekspor produk kerajinan Bali akan meningkat.
Hal itu didasari menggeliatnya pariwisata dan peningkatan nilai dolar AS. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja, menyatakan menggeliatnya pariwisata, menyusul kebijakan pemerintah yang memberi kelongggaran pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) atau wisman datang ke Bali. Di antaranya kebijakan tidak adanya karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri atau wisman, memperbanyak penerbangan internasional, dan perluasan negara yang menerima fasilitas visa on arrival (VoA).
“Pada liburan (serangkaian Hari Raya Idul Fitri 2022, Red) lalu kan sudah terasa dampaknya. Kunjungan wisatawan terasa signifikan. Dari awalnya sepi, Bali menjadi cukup ramai oleh wisatawan,” ujar pengusaha handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, ini pada Jumat (13/5).
Jumlah wisatawan yang meningkat, tentu potensial menambah peluang pasar handicraft Bali. Karena di antara wisatawan yang datang, diyakini tidak semata-mata bertujuan melancong, namun juga untuk bisnis handicraft. Atau, setidaknya wisatawan bisa melihat langsung potensi produk kerajinan Bali, sehingga menjadi promosi secara tak langsung. “Syukur apabila terjadi transaksi,” ucap Darma Siadja.
Terus, faktor kedua yang menjadikan pelaku bisnis handicraft optimistis adalah makin menguatnya nilai dolar AS. Kata Darma Siadja, nilai dolar yang awal Rp 13.000 terus meningkat hingga ini rata-rata Rp 14.000, menjadikan produk kerajinan Bali semakin kompetitif di pasar ekspor. “Daya beli buyer di luar negeri meningkat, karena harga produk kerajinan kita bisa menjadi lebih murah jadinya,” tutur Darma Siadja.
Itulah yang menjadikan produk kerajinan Bali meningkat daya saingnya. “Kenyataan juga memang ekspor kita tetap jalan, terutama untuk produk kayu dan perak,” ungkap Darma Siadja.
Ekspor produk kerajinan Bali masih mengekor pada posisi kedua dari seluruh komoditas ekspor. Hal itu ditunjukkan dari data ekspor Bali periode Januari–Februari 2022 dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali. Nilai ekspor produk kerajinan Bali senilai 16.213.427,04 dolar. Kontribusinya 31,74 persen dari keseluruhan nilai ekspor Bali sebesar 51.083.482,83 dolar. Kontribusi ekspor kerajinan lebih rendah dibanding kontribusi produk pertanian sebesar 19.715.701,96 dolar atau 38,60 persen dari keseluruhan ekspor Bali periode Januari-Februari 2022.
Dari 17 komoditas kerajinan yang diekspor, kerajinan kayu nilai ekspornya paling banyak baik volume maupun nilainya. Volume ekspor kerajinan kayu mencapai 2.745.347,00 pieces dengan nilai 4.991.430,86 dolar.
Adapun ranking ekspor Bali adalah ekspor produk pertanian paling tertinggi sebesar 19.715.701,96 dolar. Disusul ekspor kerajinan sebesar 16.213.427,04 dolar. Kemudian ekspor produk industri 14.706.298,56 dolar atau 28,79 persen. Perkebunan 97.317,17 dolar (0,19 persen) dan sektor lain-lain 350.738,10 dolar atau (0,59 persen). “Ya memang berdasarkan data sektor pertanian yang mendominasi,” ujar Pengawas Perdagangan Ahli Muda Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Gusti Ngurah Nyoman Satrya Wibawa SH. Kata dia data masih pada periode Januari – Februari 2022. *k17
Komentar