Defisit Dagang dari 2 Negara Capai Rp 3,5 T
Perang Rusia-Ukraina Rugikan RI
JAKARTA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan perang Rusia-Ukraina merugikan Indonesia karena membuat defisit perdagangan dengan kedua negara mencapai US$240,5 juta (Rp 3,5 triliun) pada Januari-April 2022.
Padahal sebelumnya, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan kedua negara sebesar US$117,3 juta (Rp 1,7 triliun) pada Januari-April 2021.
"Konflik Rusia-Ukraina itu merugikan kita, terlihat bahwa neraca perdagangan empat bulan terakhir ini kita defisit kepada dua negara, di mana dibandingkan tahun lalu kita masih mendapatkan surplus dari Ukraina dan Rusia," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers online, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (17/5).
Secara rinci, Margo menjabarkan Indonesia sebenarnya masih menorehkan surplus dagang US$11,5 juta dari Rusia pada Januari 2022. Namun, realisasinya berbalik mulai Februari 2022 atau saat perang Rusia-Ukraina pecah.
Neraca dagang yang semula surplus mendadak jadi defisit US$7,9 juta pada bulan tersebut. Defisit semakin parah pada Maret 2022 yang mencapai US$186,8 juta. Sementara pada April 2022, defisit berkurang jadi US$34 juta.
Alhasil, secara total, Indonesia defisit dagang US$217,2 juta dari Rusia pada empat bulan pertama tahun ini. Padahal, Indonesia surplus dagang US$48,3 juta dari Rusia pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara dengan Ukraina, defisit dagang sudah dirasakan sejak Januari, yaitu mencapai US$8,9 juta. Namun, defisit berkurang jadi US$6,5 juta pada Februari 2022 dan meningkat sedikit ke US$6,6 juta pada Maret 2022.
Pada April lalu, defisit dagang menciut ke US$1,3 juta. Jika ditotal, defisit dagang dengan Ukraina mencapai US$23,3 juta. Realisasinya berbanding terbalik dari tahun lalu surplus US$69 juta.
Khusus Ukraina, Margo mengatakan defisit ini berkurang karena realisasi impor produk dari negara tersebut turun. Salah satunya impor serelia.
Pasalnya, perang Rusia-Ukraina membuat Indonesia mengalihkan impor serelia dari Ukraina ke Australia dan Argentina.
"Terlihat ada pengalihan sumber impor serelia Indonesia dari Ukraina, bisa disimpulkan juga karena selama ini kita impornya dari Ukraina. Karena Ukraina sedang mengalami geopolitik maka kita mengalihkan sebagian impornya dari Argentina dan Australia," tutupnya. *
"Konflik Rusia-Ukraina itu merugikan kita, terlihat bahwa neraca perdagangan empat bulan terakhir ini kita defisit kepada dua negara, di mana dibandingkan tahun lalu kita masih mendapatkan surplus dari Ukraina dan Rusia," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers online, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (17/5).
Secara rinci, Margo menjabarkan Indonesia sebenarnya masih menorehkan surplus dagang US$11,5 juta dari Rusia pada Januari 2022. Namun, realisasinya berbalik mulai Februari 2022 atau saat perang Rusia-Ukraina pecah.
Neraca dagang yang semula surplus mendadak jadi defisit US$7,9 juta pada bulan tersebut. Defisit semakin parah pada Maret 2022 yang mencapai US$186,8 juta. Sementara pada April 2022, defisit berkurang jadi US$34 juta.
Alhasil, secara total, Indonesia defisit dagang US$217,2 juta dari Rusia pada empat bulan pertama tahun ini. Padahal, Indonesia surplus dagang US$48,3 juta dari Rusia pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara dengan Ukraina, defisit dagang sudah dirasakan sejak Januari, yaitu mencapai US$8,9 juta. Namun, defisit berkurang jadi US$6,5 juta pada Februari 2022 dan meningkat sedikit ke US$6,6 juta pada Maret 2022.
Pada April lalu, defisit dagang menciut ke US$1,3 juta. Jika ditotal, defisit dagang dengan Ukraina mencapai US$23,3 juta. Realisasinya berbanding terbalik dari tahun lalu surplus US$69 juta.
Khusus Ukraina, Margo mengatakan defisit ini berkurang karena realisasi impor produk dari negara tersebut turun. Salah satunya impor serelia.
Pasalnya, perang Rusia-Ukraina membuat Indonesia mengalihkan impor serelia dari Ukraina ke Australia dan Argentina.
"Terlihat ada pengalihan sumber impor serelia Indonesia dari Ukraina, bisa disimpulkan juga karena selama ini kita impornya dari Ukraina. Karena Ukraina sedang mengalami geopolitik maka kita mengalihkan sebagian impornya dari Argentina dan Australia," tutupnya. *
1
Komentar