Pariwisata Bali Makin Kompetitif
Pasca Kebijakan Lepas Masker dan Bebas PCR Bagi PPLN/PPDN
Sejumlah negara pesaing Bali yang sudah tidak lagi menerapkan PCR bagi PPLN, di antaranya Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja.
DENPASAR, NusaBali
Kebijakan pemerintah untuk memperbolehkan warga lepas masker di tempat terbuka dan tak lagi memberlakukan wajib Tes PCR/Antigen bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN), disambut antusias komponen pariwisata Bali. Mereka optimis jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) akan meningkat ke Bali. Kebijakan ini membuat pariwisata semakin kompetitif, sebab hal serupa juga sudah dilakukan negara tujuan wisata lainnya.
"Ini tentu memberi nilai tambah bagi Bali sebagai daerah tujuan wisata," ujar Ketua DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Putu Gede Winastra kepada NusaBali, Rabu (18/5). Bali akan semakin kompetitif. Sebagai perbandingan Winastra menyebut sejumlah negara pesaing Bali sebagai daerah tujuan wisata yang sudah tidak lagi menerapkan PCR bagi PPLN, di antaranya Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja.
"Mereka sudah tidak lagi menerapkan itu (test PCR)," kata Winastra. Apalagi PPLN atau WNA yang datang sudah divaksin lengkap. Di pihak lain, tingkat vaksinasi masyarakat di Bali juga sudah tinggi. Karenanya sebagai pelaku pariwisata, Winastra mengapresiasi kebijakan tanpa PCR bagi PPLN.
Dia yakin kebijakan bebas PCR bagi PPLN/WNA akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisman ke Bali. Menurutnya, kebijakan ini sudah menunjukkan Indonsia atau Bali sudah aman dari pandemi Covid-19.
Namun kata dia, dampaknya mungkin tidak akan seketika. Karena penyampaian kebijakan tersebut juga baru.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, Winastra mengusulkan dua poin. Pertama perluas lagi penerapan Visa on Arrival (VoA) dan kedua perbanyak penerbangan internasional. "Itu yang akan mendorong lebih banyak wisman datang," ujarnya. Terpisah Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya mengatakan hal senada. "Ini tentu kabar baik yang menunjukkan keberhasilan pemerintah Presiden Jokowi dalam mengendalikan Covid-19," ujarnya.
Di Bali keberhasilan Gubernur Wayan Koster dalam memimpin penanggulangan Covid-19 sehingga terkendali. Tidak adanya lagi wajib test PCR bagi PPLN dan boleh lepas masker di ruang terbuka (outdoor), kata Rai Suryawijaya berdampak positif bagi pariwisata Bali. "Ini yang kita tunggu," ucap tokoh pariwisata yang juga Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung ini.
Menurut Rai Suryawijaya, tidak ada lagi wajib test PCR akan mengurangi beban biaya wisman yang datang ke Indonesia, khususnya Bali. "Ini menambah relaksasi, sehingga Bali semakin bisa bersaing, " ujarnya. Untuk itu Rai Suryawijaya akan menginformasikan kebijakan pemerintah ini kepada partner bisnis di luar negeri. Industri pariwisata, dalam hal ini PHRI sudah siap mengantisipasi kalau terjadi booming kunjungan wisman.
Dia yakin kebijakan ini secara bertahap akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali, baik wisman maupun wisatawan domestic (Wisdom). Secara umum pariwisata Bali memang sudah menggeliat. Hal itu ditunjukkan antusiasme kedatangan wisatawan pada masa liburan panjang terkait Hari Raya Idul Fitri 1443 H awal Mei lalu. Menurut Rai Suryawijaya pada pekan puncak liburan akhir April hingga awal Mei, wisdom yang datang ke Bali mencapai rata-rata 18.000 orang per hari. Sedangkan wisman berkisar 4.000 orang.
Tingkat hunian hotel pun kata Rai Suryawijaya pada liburan Idul Fitri, rata-rata mencapai 60 persen. Kini pasca libur panjang kunjungan wisatawan menurun. Untuk wisdom dari 18.000 turun menjadi rata-rata 10.000 per hari. Hal itu menjadikan tingkat hunian hotel ikut turun menjadi rata-rata 40 persen.
Kedatangan wisatawan, baik wisdom dan wisman ini memang masih kurang dari rata-rata sebelum pandemi tahun 2019. Ketika itu kedatangan wisman antara 15.000 sampai 19.000 per hari. Wisdom bisa mencapai 20.000 sampai 25.000 per hari. "Secara bertahap tentu akan meningkat," ujarnya. Apalagi dalam beberapa waktu ke depan di Bali akan ada event-event yang bersifat meeting. Di antaranya Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 pada 23-28 Mei. Lalu ada Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) disusul nanti persiapan-persiapan KTT G20, Oktober mendatang. "GPDRR saja nanti dengan sekitar 5.000 orang peserta," ungkapnya.
Karena itulah Rai Suryawijaya optimis pariwisata Bali semakin membaik. Apalagi sebelumnya sudah juga diterapkan dan diharapkan terus diperluas, penerapan VoA dari 23 negara menjadi 43 negara dan kini sudah untuk wisman dari 60 negara. Kemudian memperbanyak penerbangan internasional. "Sekarang baru 19 penerbangan internasional, " ungkapnya.
Walau demikian, Rai Suryawijaya menambahkan kewaspadaan harus tetap dijaga. Terpisah Ismoyo S Soemarlan pemilik Uma Sapna Villa di kawasan Seminyak, Kuta mengatakan kebijakan boleh tidak memakai masker di ruang terbuka memberi dampak posiitif, baik secara psikologis dan sosiologis kepada masyarakat. Tentu nanti berdampak ekonomis.
Sebagai contoh Ismoyo Soermarlan menunjuk tayangan liga sepak bola di Eropa di antaranya Liga Inggris, di mana penonton tidak memakai masker. Itu menunjukkan rasa nyaman dan rasa percaya diri. "Kami kira ini kebijakan penting," tanggapnya.
Sedangkan Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan mengatakan kebijakan pelonggaran sebagai transisi dari pandemi ke endemi menjadi pemantik meningkatnya kunjungan wisman ke Bali. "Ini hal positif bagi pariwisata kita," ujarnya.
Kebijakan tersebut akan memberi pesan dan kesan serta rasa percaya diri wisman datang ke Bali. "Bahwa mereka aman dari Covid-19 jika datang ke Bali," kata Jro Hendra. Karena itu, apapun itu pariwisata Bali harus siap kalau kunjungan wisman membeludak. "Bukankah itu yang kita harapkan. saya kira kita semua sudah siap," tegasnya.
Terpisah Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung sudah mulai menerapkan aturan bebas Rapid Antigen dan PCR bagi PPLN dan PPDN yang sudah mengantongi vaksinasi dosis lengkap. Aturan tersebut merujuk Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 56 Tahun 2022 tentang protokol kesehatan PPDN pada masa pandemi Covid-19 dan Surat Edaran No 58 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan PPLN.
“Sudah mulai kita terapkan per hari ini (kemarin) kebijakan tersebut,” ujar General Manager Angkasa Pura I, Herry AY Sikado kepada NusaBali, Rabu kemarin. Meski aturan perjalanan sudah mulai dilonggarkan, pihaknya tetap menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan. Hal ini semata untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa dalam melengkapi dokumen keberangkatan yang memerlukan tes Covid-19. Layanan pemeriksaan kesehatan yakni Antigen maupun RT-PCR yang beroperasi setiap hari pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita.
Seperti diketahui Kementerian Perhubungan menghapus aturan pelaku perjalanan luar negeri wajib membawa hasil tes negatif PCR saat masuk RI. PPLN bisa masuk RI tanpa hasil tes PCR jika sudah dua kali divaksin.
"Betul, selama sudah vaksin 2 kali," kata Juru bicara Kementerian perhubungan Adita Irawati, kepada wartawan, Rabu kemarin. Dalam aturan terbaru Kemenhub berupa SE Nomor 58 Tahun 2022 yang diteken 18 Mei 2022 kewajiban membawa hasil tes PCR tidak ada lagi.
PPLN yang masuk ke RI menggunakan pesawat wajib menunjukkan kartu atau sertifikat menerima vaksin COVID dosis kedua minimal 14 hari sebelum keberangkatan. Jika belum mendapat vaksin, maka akan divaksinasi di pintu masuk setelah dilakukan tes PCR saat kedatangan dengan hasil negatif. Adapun PPLN yang sudah tiba di RI akan melakukan perjalanan domestik wajib melakukan vaksinasi melalui skema program atau gotong-royong sesuai UU.
Sedangkan bagi Pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) diatur dalam kebijakan Kemenhub terbaru seperti termaktub dalam SE 56 Tahun 2022 yang berlaku per 18 Mei 2022. Dalam SE ini tercantum tak perlu lagi tes Corona dengan syarat sudah divaksin lengkap bagi PPDN dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi COVID-19. "PPDN yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua dan ketiga (booster) tidak wajib menunjukkan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen," demikian isi SE tersebut. *k17, dar
"Ini tentu memberi nilai tambah bagi Bali sebagai daerah tujuan wisata," ujar Ketua DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Putu Gede Winastra kepada NusaBali, Rabu (18/5). Bali akan semakin kompetitif. Sebagai perbandingan Winastra menyebut sejumlah negara pesaing Bali sebagai daerah tujuan wisata yang sudah tidak lagi menerapkan PCR bagi PPLN, di antaranya Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Kamboja.
"Mereka sudah tidak lagi menerapkan itu (test PCR)," kata Winastra. Apalagi PPLN atau WNA yang datang sudah divaksin lengkap. Di pihak lain, tingkat vaksinasi masyarakat di Bali juga sudah tinggi. Karenanya sebagai pelaku pariwisata, Winastra mengapresiasi kebijakan tanpa PCR bagi PPLN.
Dia yakin kebijakan bebas PCR bagi PPLN/WNA akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisman ke Bali. Menurutnya, kebijakan ini sudah menunjukkan Indonsia atau Bali sudah aman dari pandemi Covid-19.
Namun kata dia, dampaknya mungkin tidak akan seketika. Karena penyampaian kebijakan tersebut juga baru.
Untuk mendukung kebijakan tersebut, Winastra mengusulkan dua poin. Pertama perluas lagi penerapan Visa on Arrival (VoA) dan kedua perbanyak penerbangan internasional. "Itu yang akan mendorong lebih banyak wisman datang," ujarnya. Terpisah Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya mengatakan hal senada. "Ini tentu kabar baik yang menunjukkan keberhasilan pemerintah Presiden Jokowi dalam mengendalikan Covid-19," ujarnya.
Di Bali keberhasilan Gubernur Wayan Koster dalam memimpin penanggulangan Covid-19 sehingga terkendali. Tidak adanya lagi wajib test PCR bagi PPLN dan boleh lepas masker di ruang terbuka (outdoor), kata Rai Suryawijaya berdampak positif bagi pariwisata Bali. "Ini yang kita tunggu," ucap tokoh pariwisata yang juga Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung ini.
Menurut Rai Suryawijaya, tidak ada lagi wajib test PCR akan mengurangi beban biaya wisman yang datang ke Indonesia, khususnya Bali. "Ini menambah relaksasi, sehingga Bali semakin bisa bersaing, " ujarnya. Untuk itu Rai Suryawijaya akan menginformasikan kebijakan pemerintah ini kepada partner bisnis di luar negeri. Industri pariwisata, dalam hal ini PHRI sudah siap mengantisipasi kalau terjadi booming kunjungan wisman.
Dia yakin kebijakan ini secara bertahap akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali, baik wisman maupun wisatawan domestic (Wisdom). Secara umum pariwisata Bali memang sudah menggeliat. Hal itu ditunjukkan antusiasme kedatangan wisatawan pada masa liburan panjang terkait Hari Raya Idul Fitri 1443 H awal Mei lalu. Menurut Rai Suryawijaya pada pekan puncak liburan akhir April hingga awal Mei, wisdom yang datang ke Bali mencapai rata-rata 18.000 orang per hari. Sedangkan wisman berkisar 4.000 orang.
Tingkat hunian hotel pun kata Rai Suryawijaya pada liburan Idul Fitri, rata-rata mencapai 60 persen. Kini pasca libur panjang kunjungan wisatawan menurun. Untuk wisdom dari 18.000 turun menjadi rata-rata 10.000 per hari. Hal itu menjadikan tingkat hunian hotel ikut turun menjadi rata-rata 40 persen.
Kedatangan wisatawan, baik wisdom dan wisman ini memang masih kurang dari rata-rata sebelum pandemi tahun 2019. Ketika itu kedatangan wisman antara 15.000 sampai 19.000 per hari. Wisdom bisa mencapai 20.000 sampai 25.000 per hari. "Secara bertahap tentu akan meningkat," ujarnya. Apalagi dalam beberapa waktu ke depan di Bali akan ada event-event yang bersifat meeting. Di antaranya Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 pada 23-28 Mei. Lalu ada Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) disusul nanti persiapan-persiapan KTT G20, Oktober mendatang. "GPDRR saja nanti dengan sekitar 5.000 orang peserta," ungkapnya.
Karena itulah Rai Suryawijaya optimis pariwisata Bali semakin membaik. Apalagi sebelumnya sudah juga diterapkan dan diharapkan terus diperluas, penerapan VoA dari 23 negara menjadi 43 negara dan kini sudah untuk wisman dari 60 negara. Kemudian memperbanyak penerbangan internasional. "Sekarang baru 19 penerbangan internasional, " ungkapnya.
Walau demikian, Rai Suryawijaya menambahkan kewaspadaan harus tetap dijaga. Terpisah Ismoyo S Soemarlan pemilik Uma Sapna Villa di kawasan Seminyak, Kuta mengatakan kebijakan boleh tidak memakai masker di ruang terbuka memberi dampak posiitif, baik secara psikologis dan sosiologis kepada masyarakat. Tentu nanti berdampak ekonomis.
Sebagai contoh Ismoyo Soermarlan menunjuk tayangan liga sepak bola di Eropa di antaranya Liga Inggris, di mana penonton tidak memakai masker. Itu menunjukkan rasa nyaman dan rasa percaya diri. "Kami kira ini kebijakan penting," tanggapnya.
Sedangkan Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan mengatakan kebijakan pelonggaran sebagai transisi dari pandemi ke endemi menjadi pemantik meningkatnya kunjungan wisman ke Bali. "Ini hal positif bagi pariwisata kita," ujarnya.
Kebijakan tersebut akan memberi pesan dan kesan serta rasa percaya diri wisman datang ke Bali. "Bahwa mereka aman dari Covid-19 jika datang ke Bali," kata Jro Hendra. Karena itu, apapun itu pariwisata Bali harus siap kalau kunjungan wisman membeludak. "Bukankah itu yang kita harapkan. saya kira kita semua sudah siap," tegasnya.
Terpisah Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung sudah mulai menerapkan aturan bebas Rapid Antigen dan PCR bagi PPLN dan PPDN yang sudah mengantongi vaksinasi dosis lengkap. Aturan tersebut merujuk Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 56 Tahun 2022 tentang protokol kesehatan PPDN pada masa pandemi Covid-19 dan Surat Edaran No 58 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan PPLN.
“Sudah mulai kita terapkan per hari ini (kemarin) kebijakan tersebut,” ujar General Manager Angkasa Pura I, Herry AY Sikado kepada NusaBali, Rabu kemarin. Meski aturan perjalanan sudah mulai dilonggarkan, pihaknya tetap menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan. Hal ini semata untuk memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa dalam melengkapi dokumen keberangkatan yang memerlukan tes Covid-19. Layanan pemeriksaan kesehatan yakni Antigen maupun RT-PCR yang beroperasi setiap hari pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita.
Seperti diketahui Kementerian Perhubungan menghapus aturan pelaku perjalanan luar negeri wajib membawa hasil tes negatif PCR saat masuk RI. PPLN bisa masuk RI tanpa hasil tes PCR jika sudah dua kali divaksin.
"Betul, selama sudah vaksin 2 kali," kata Juru bicara Kementerian perhubungan Adita Irawati, kepada wartawan, Rabu kemarin. Dalam aturan terbaru Kemenhub berupa SE Nomor 58 Tahun 2022 yang diteken 18 Mei 2022 kewajiban membawa hasil tes PCR tidak ada lagi.
PPLN yang masuk ke RI menggunakan pesawat wajib menunjukkan kartu atau sertifikat menerima vaksin COVID dosis kedua minimal 14 hari sebelum keberangkatan. Jika belum mendapat vaksin, maka akan divaksinasi di pintu masuk setelah dilakukan tes PCR saat kedatangan dengan hasil negatif. Adapun PPLN yang sudah tiba di RI akan melakukan perjalanan domestik wajib melakukan vaksinasi melalui skema program atau gotong-royong sesuai UU.
Sedangkan bagi Pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) diatur dalam kebijakan Kemenhub terbaru seperti termaktub dalam SE 56 Tahun 2022 yang berlaku per 18 Mei 2022. Dalam SE ini tercantum tak perlu lagi tes Corona dengan syarat sudah divaksin lengkap bagi PPDN dengan Transportasi Udara Pada Masa Pandemi COVID-19. "PPDN yang telah mendapatkan vaksinasi dosis kedua dan ketiga (booster) tidak wajib menunjukkan hasil negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen," demikian isi SE tersebut. *k17, dar
1
Komentar