Pemotongan Sapi Belum Normal
RPH Tabanan terancam tidak bisa memenuhi target retribusi, lantaran jumlah sapi yang dipotong setiap harinya hanya 3-4 ekor.
TABANAN, NusaBali
Pandemi Covid-19 melanda sejak dua tahun terakhir membuat pendapatan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Tabanan megap-megap. Betapa tidak, sehari RPH yang berlokasi di Banjar Tonja, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan ini hanya memotong 3 ekor sapi. Akibatnya, target retribusi dari pemerintah terancam tak terpenuhi.
Target retribusi yang harus dipenuhi tahun 2022 sebanyak Rp 40.568.000. Namun sampai bulan April baru tercapai Rp 7.960.000. Bahkan tahun lalu 2021 target retribusi ini pun tak bisa dipenuhi dari jumlah yang ditarget sama tahun 2022. Hanya tercapai sekitar 58 persen.
Kepala UPTD Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Tabanan, drh I Made Suarmawan mengatakan target retribusi tahun 2022 ini sulit untuk dipenuhi.
Penyebabnya karena pandemi Covid-19, dimana restoran ataupun rumah makan yang menyajikan daging sapi permintaanya rendah.
Apalagi saat Lebaran kemarin banyak warga yang pulang kampung sehingga seminggu lebih tak lakukan pemotongan sapi. “Susah kayaknya ini terpenuhi, saat Lebaran itu kami seminggu tak lakukan pemotongan, karena tukang jagal banyak rekan muslim,” jelasnya, Kamis (19/5).
Dengan target yang dipasang lumayan tinggi ini, pihaknya pun sudah sempat mengusulkan kepada pemerintah untuk menurunkan. Hanya saja tidak pernah disetujui. “Kami punya tukang jagal 4 orang, satu tukang jagal sering tak aktif karena Covid-19 ini. Jadi dia itu kadang potong, kadang tidak,” aku Suarmawan.
Dia menjelaskan sejak pandemi Covid-19 melanda, tiap harinya hanya terjadi aktivitas pemotongan sapi sebanyak 3-4 ekor. Jumlah ini menurun sebelum pandemi yang mencapai 5-6 ekor sehari. Sementara retribusi dikenakan hanya Rp 20.000 per ekor sudah termasuk fasilitas air, listrik, hingga tempat memotong.
Untuk itu, agar bisa memenuhi target Rp 40 juta lebih tersebut, minimal tiap harinya harus ada sapi yang dipotong 5-6 ekor. “Lagi pula jangkauan pemasaran daging sapi yang dipotong di RPH hanya seputaran Tabanan saja, belum ada keluar Tabanan,” bebernya.
Dengan kondisi tersebut, pihaknya pun tak bisa berbuat banyak. Hanya berharap pariwisata kembali menggeliat, sehingga restourant dan rumah makan yang menyajikan daging sapi bisa tinggi mencari permintaan daging sapi. “Ya tidak bisa berbuat banyak, memanfaatkan yang ada saja dulu,” katanya.
Dia menambahkan RPH di Tabanan untuk saat ini melakukan pemotongam secara manual belum menggunakan mesin. Pemotongan dilakukan manual karena melihat dari jumlah sapi yang dipotong tiap hari relatif sedikit. Jika menggunakan mesin dengan jumlah sapi yang dipotong tentu akan memakan biaya operasional lebih tinggi. “Pemotongan kita masih manual, belum menggunakan mesin. Kalau gunakan mesin jelas biaya operasional tinggi terutama listrik,” tandas Suarmawan. *des
Target retribusi yang harus dipenuhi tahun 2022 sebanyak Rp 40.568.000. Namun sampai bulan April baru tercapai Rp 7.960.000. Bahkan tahun lalu 2021 target retribusi ini pun tak bisa dipenuhi dari jumlah yang ditarget sama tahun 2022. Hanya tercapai sekitar 58 persen.
Kepala UPTD Rumah Potong Hewan Dinas Pertanian Tabanan, drh I Made Suarmawan mengatakan target retribusi tahun 2022 ini sulit untuk dipenuhi.
Penyebabnya karena pandemi Covid-19, dimana restoran ataupun rumah makan yang menyajikan daging sapi permintaanya rendah.
Apalagi saat Lebaran kemarin banyak warga yang pulang kampung sehingga seminggu lebih tak lakukan pemotongan sapi. “Susah kayaknya ini terpenuhi, saat Lebaran itu kami seminggu tak lakukan pemotongan, karena tukang jagal banyak rekan muslim,” jelasnya, Kamis (19/5).
Dengan target yang dipasang lumayan tinggi ini, pihaknya pun sudah sempat mengusulkan kepada pemerintah untuk menurunkan. Hanya saja tidak pernah disetujui. “Kami punya tukang jagal 4 orang, satu tukang jagal sering tak aktif karena Covid-19 ini. Jadi dia itu kadang potong, kadang tidak,” aku Suarmawan.
Dia menjelaskan sejak pandemi Covid-19 melanda, tiap harinya hanya terjadi aktivitas pemotongan sapi sebanyak 3-4 ekor. Jumlah ini menurun sebelum pandemi yang mencapai 5-6 ekor sehari. Sementara retribusi dikenakan hanya Rp 20.000 per ekor sudah termasuk fasilitas air, listrik, hingga tempat memotong.
Untuk itu, agar bisa memenuhi target Rp 40 juta lebih tersebut, minimal tiap harinya harus ada sapi yang dipotong 5-6 ekor. “Lagi pula jangkauan pemasaran daging sapi yang dipotong di RPH hanya seputaran Tabanan saja, belum ada keluar Tabanan,” bebernya.
Dengan kondisi tersebut, pihaknya pun tak bisa berbuat banyak. Hanya berharap pariwisata kembali menggeliat, sehingga restourant dan rumah makan yang menyajikan daging sapi bisa tinggi mencari permintaan daging sapi. “Ya tidak bisa berbuat banyak, memanfaatkan yang ada saja dulu,” katanya.
Dia menambahkan RPH di Tabanan untuk saat ini melakukan pemotongam secara manual belum menggunakan mesin. Pemotongan dilakukan manual karena melihat dari jumlah sapi yang dipotong tiap hari relatif sedikit. Jika menggunakan mesin dengan jumlah sapi yang dipotong tentu akan memakan biaya operasional lebih tinggi. “Pemotongan kita masih manual, belum menggunakan mesin. Kalau gunakan mesin jelas biaya operasional tinggi terutama listrik,” tandas Suarmawan. *des
1
Komentar