Deteksi Dini PMK, Dispertan Terjunkan Dokter Hewan
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Badung menerjunkan penyuluh peternakan dan dokter hewan untuk deteksi dini sekaligus melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada para peternak sapi.
Hal ini dinilai penting guna mengantisipasi masuknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ke wilayah Gumi Keris. Kadispertan Badung I Wayan Wijana, mengatakan populasi sapi saat ini cukup besar, yakni sekitar 34 ribu ekor. Menurut Wijana, begitu mendapat informasi tentang merebaknya PMK di Jawa Timur, pihaknya langsung mengumpulkan para kepala puskeswan dan penyuluh peternakan. Mereka diminta mendatangi kelompok dan sentra ternak sapi untuk melakukan deteksi dini dan memberikan edukasi kepada peternak tentang gejala PMK.
“Jadi edukasi ini agar mereka waspada dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan hewan jika ternaknya mengalami gejala sakit,” ujar Wijana.
Dispertan sendiri juga, lanjut Wijana, sudah berkoordinasi dengan pengelola Pasar Hewan Beringkit agar meningkatkan upaya pencegahan dengan melakukan pengawasan dan spraying desinfektan terhadap sapi yang masuk ke pasar. “Ini sebagai antisipasi agar PMK tidak masuk ke Badung,” tegasnya.
Berdasarkan hasil pemantauan dan pendataan, sampai saat ini tidak ditemukan adanya laporan ternak sapi yang sakit mengarah gejala klinis PMK. Namun demikian, mantan Kabag Organsasi dan Tata Laksana Setda Badung ini menghimbau kepada peternak untuk tetap tenang dan selalu waspada dengan melakukan upaya bio security yang ketat.
“Harus dijaga kebersihan kandang, membatasi orang, barang dan hewan liar masuk kandang serta melakukan penyemprotan desinfektan secara rutin,” imbau Wijana.
Sebelumnya diberitakan, isu wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi berimbas pada transaksi jual beli sapi di Pasar Hewan Beringkit, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi. Bahkan transaksi anjlok hingga 50 persen, meski tidak ditemukan ternak sapi yang terjangkit virus PMK di Bali.
“Sebelum PMK merebak, transaksi bisa mencapai 700 ekor per hari. Tapi sekarang hanya mencapai 300 ekor. Isu PMK sangat berdampak terhadap transaksi di sini,” ujar Dirut Perumda Pasar Mangu Giri Sedana I Made Sukantra, Kamis (19/5).
Padahal kata Sukantra, sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Beringkit merupakan hasil peternak di Bali. Tidak ada yang datang dari luar pulau, karena semua merupakan peternak lokal, antara lain banyak dikirim dari Kabupaten Buleleng, Bangli, Tabanan, dan dari peternak di Kabupaten Badung sendiri. “Kami tidak pernah mendatangkan sapi dari luar Bali. Semua dari peternak lokal. Malah kebanyakan dikirim ke luar Bali, karena selain untuk dipelihara, sapi Bali juga bagus untuk dipotong atau dikonsumsi,” kata Sukantra.
Meski isu PMK merebak di luar Bali, pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi, yakni dengan tetap melakukan pembersihan pada kandang sapi di Pasar Hewan Beringkit serta memperhatikan kesehatan hewan. *ind
1
Komentar