84 Siswa SMPN Satap 2 Kubutambahan Keracunan
Makan Bersama di Acara Kenaikan Kelas dan Perpisahan
Terdata ada 84 orang siswa yang dilarikan ke sejumlah rumah sakit di wilayah Kabupaten Buleleng, dan klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan siswa SMPN Satu Atap (Satap) 2 Kubutambahan, Buleleng, dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Buleleng dan sebagian di klinik kesehatan di Kintamani, Bangli, Sabtu (4/6) petang. Siswa yang sebagian besar berasal dari Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, diduga mengalami keracunan makanan. Mereka mengalami gejala mual, muntah, pusing hingga mencret setelah menyantap nasi bungkus saat acara kenaikan kelas dan perpisahan yang diselenggarakan di sekolah pada Sabtu siang.
Situasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng mendadak krodit pada Sabtu petang kemarin. Sejumlah mobil pribadi berturut-turut memasuki lobby IGD, membawa sejumlah pasien remaja yang terlihat lunglai dan lemas. Beberapa tampak tidak sanggup berdiri hingga harus digotong dan dipapah orangtua mereka.
Hingga malam kemarin, terdata ada 84 orang siswa yang dilarikan ke rumah sakit. Sebanyak 58 orang di RSUD Buleleng, 12 orang di RSUD Giri Emas di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng, 7 orang di RS Paramasidhi Singaraja, dan 7 orang lainnya di klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli.
Orangtua siswa, Nengah Tambun, 40, mengatakan anaknya, Kadek Anggi tiba-tiba demam usai pulang sekolah sekitar pukul 13.30 Wita. Pada pukul 16.00 Wita sejumlah anak tetangganya yang seumuran dan satu sekolah mengalami gejala pusing, mual, dan muntah. Bahkan beberapa anak sudah dilarikan ke klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli.
“Kebetulan siswa di SMPN Satap kebanyakan dari Desa Tambakan. Tetangga juga pada ribut anaknya muntah, akhirnya saya ajak juga anak saya ke rumah sakit, di jalan baru muntah-muntah,” ucap Tambun.
Sedangkan dari penuturan salah seorang siswa, Made Juliarta yang duduk di bangku kelas VIII, sekolah baru membagikan nasi bungkus pada pukul 12.00 Wita. Saat itu seluruh siswa mendapatkan bagian nasi bungkus dengan lauk yang sama. Satu bungkus nasi berisi lauk telur rebus, mi goreng, dan ayam goreng.
Nasi bungkus itu dimakan bersama-sama di aula sekolah saat penutup acara kenaikan kelas dan perpisahan. “Nasinya rasanya biasa saja, tidak ada bau atau rasa aneh. Tapi setelah di rumah, pukul 02.00 siang (14.00 Wita) itu mulai perut mual kemudian muntah, diare juga,” kata Made Juliarta.
Kepala SMPN Satap 2 Kubutambahan Komang Rupada ditemui di RSUD Buleleng membenarkan sekolah usai menggelar acara kenaikan kelas dan perpisahan, Sabtu (4/6). Atas kesepakatan guru dan siswa, saat acara diisi dengan makan bersama, setelah acara seremonial dan hiburan. Siswa kemudian dipulangkan pada pukul 13.00 Wita setelah makan bersama.
“Kami sepakat dengan guru beli nasi bungkus di dagang nasi dekat sekolah. Pesannya sejumlah siswa dan guru, termasuk saya tadi ikut makan juga tapi tidak ada keluhan. Tadi sekitar pukul 03.00 (15.00 Wita) saya dihubungi guru, ada siswa yang sakit dan dibawa ke klinik di Kintamani,” ungkap Rupada.
Ternyata semakin sore, siswa yang mengalami gejala muntah, mual, pusing hingga diare semakin bertambah. Hingga klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli tidak bisa merawat lebih banyak. Sejumlah siswa diarahkan ke RSUD Giri Emas, sebagian di RSUD Buleleng, dan RS Paramasidhi Singaraja.
“Kami juga kaget sekali dan tidak menyangka akan seperti ini. Padahal kami biasa beli nasi di dagang ini. Termasuk kalau ada tamu yang ke sekolah, pasti beli makannya di sana,” imbuh Rupada.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha SpPD mengatakan dari penanganan yang telah dilakukan pada 58 orang siswa, keluhan mual, muntah merupakan karakteristik keracunan. Menurutnya mual, muntah hingga diare merupakan respons tubuh mengeluarkan zat yang tidak baik. Puluhan pasien yang dirawat rata-rata mengalami gejala ringan dan sedang.
“Tindakan yang telah diambil, 30 orang yang mengalami gejala sedang dipasang infus. Sisanya 28 orang mengalami gejala ringan. Kalau yang sedang sampai berat mungkin perlu semalam dua malam untuk pemulihan,” kata dokter spesialis penyakit dalam ini.
Dia pun memastikan penerimaan pasien keracunan massal, ditangani dengan baik oleh dokter dan perawat RSUD Buleleng. Bahkan sejumlah tenaga kesehatan yang ada di ruang perawatan diperbantukan sementara di IGD untuk penanganan pasien keracunan. Menurut Arya Nugraha, keracunan makanan dapat terjadi karena terkontaminasi toksin. Hal ini sering terjadi saat makanan dibuat dalam jumlah banyak.
Pedagang penyedia karena mengerjakan makanan dalam jumlah yang banyak sering kali mulai proses memasak jauh lebih awal. “Saran saya, lebih baik vendornya dipecah. Jadi tidak terlalu memaksa dalam jumlah banyak. Kalau banyak kualitas pasti menurun, termasuk risiko tidak higienis,” ujar pejabat asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata ditemui di RSUD Buleleng, menyatakan peristiwa keracunan massal yang menimpa siswa memang tidak terjadi pertama kali di Buleleng. Terakhir keracunan massal menimpa siswa SD di Kecamatan Sukasada tahun 2017 silam.
“Memang sebelumnya kami sudah membuat surat edaran kepada seluruh satuan pendidikan untuk lebih berhati-hati dalam menyediakan makanan untuk siswa. Sekarang terjadi lagi, kami lihat fenomena yang insidental. Ke depan mungkin akan kami tegaskan kembali. Tetapi kami tidak bisa berspekulasi penyebabnya apa, perlu didalami lagi,” tegas Surya Bharata.
Sementara itu, Kapolsek Kubutambahan AKP Ketut Wisnaya mengatakan, kejadian siswa dan guru SMPN Satap 2 Kubutambahan di Desa Tambakan keracunan massal, masih diselidiki. Hingga kemarin malam, aparat kepolisian masih di lapangan untuk mengumpulkan informasi.
“Masih kami kembangkan. Memang benar ada kejadian itu (siswa dan guru keracunan makanan) di Tambakan. Acara perpisahan pagi, setelah itu agak siang diisi dengan makan bersama. Reaksinya baru terjadi sore hari,” kata AKP Wisnaya.
Kata AKP Wisnaya, para siswa yang diduga mengalami keracunan dirawat di sejumlah rumah sakit. “Siswa yang dirawat tersebar di sejumlah rumah sakit. Ada di RS Giri Mas dan RSUD Buleleng. Ada juga yang berobat ke Kintamani, Bangli,” ucapnya.
Di sisi lain pihak penyedia makanan hingga kemarin malam belum diamankan. Pihak kepolisian juga masih mencari sampel makanan untuk diuji laboratorium.
“Masih kami dalami, (penyedia makanan) belum kami amankan. Anggota sudah ke Tambakan, untuk interogasi awal ke pihak sekolah. Setelah keterangan dari sekolah didapat, baru diketahui siapa penyedia makanannya. Tunggu perkembangannya,” kata AKP Wisnaya. *k23, mz
Situasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng mendadak krodit pada Sabtu petang kemarin. Sejumlah mobil pribadi berturut-turut memasuki lobby IGD, membawa sejumlah pasien remaja yang terlihat lunglai dan lemas. Beberapa tampak tidak sanggup berdiri hingga harus digotong dan dipapah orangtua mereka.
Hingga malam kemarin, terdata ada 84 orang siswa yang dilarikan ke rumah sakit. Sebanyak 58 orang di RSUD Buleleng, 12 orang di RSUD Giri Emas di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng, 7 orang di RS Paramasidhi Singaraja, dan 7 orang lainnya di klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli.
Orangtua siswa, Nengah Tambun, 40, mengatakan anaknya, Kadek Anggi tiba-tiba demam usai pulang sekolah sekitar pukul 13.30 Wita. Pada pukul 16.00 Wita sejumlah anak tetangganya yang seumuran dan satu sekolah mengalami gejala pusing, mual, dan muntah. Bahkan beberapa anak sudah dilarikan ke klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli.
“Kebetulan siswa di SMPN Satap kebanyakan dari Desa Tambakan. Tetangga juga pada ribut anaknya muntah, akhirnya saya ajak juga anak saya ke rumah sakit, di jalan baru muntah-muntah,” ucap Tambun.
Sedangkan dari penuturan salah seorang siswa, Made Juliarta yang duduk di bangku kelas VIII, sekolah baru membagikan nasi bungkus pada pukul 12.00 Wita. Saat itu seluruh siswa mendapatkan bagian nasi bungkus dengan lauk yang sama. Satu bungkus nasi berisi lauk telur rebus, mi goreng, dan ayam goreng.
Nasi bungkus itu dimakan bersama-sama di aula sekolah saat penutup acara kenaikan kelas dan perpisahan. “Nasinya rasanya biasa saja, tidak ada bau atau rasa aneh. Tapi setelah di rumah, pukul 02.00 siang (14.00 Wita) itu mulai perut mual kemudian muntah, diare juga,” kata Made Juliarta.
Kepala SMPN Satap 2 Kubutambahan Komang Rupada ditemui di RSUD Buleleng membenarkan sekolah usai menggelar acara kenaikan kelas dan perpisahan, Sabtu (4/6). Atas kesepakatan guru dan siswa, saat acara diisi dengan makan bersama, setelah acara seremonial dan hiburan. Siswa kemudian dipulangkan pada pukul 13.00 Wita setelah makan bersama.
“Kami sepakat dengan guru beli nasi bungkus di dagang nasi dekat sekolah. Pesannya sejumlah siswa dan guru, termasuk saya tadi ikut makan juga tapi tidak ada keluhan. Tadi sekitar pukul 03.00 (15.00 Wita) saya dihubungi guru, ada siswa yang sakit dan dibawa ke klinik di Kintamani,” ungkap Rupada.
Ternyata semakin sore, siswa yang mengalami gejala muntah, mual, pusing hingga diare semakin bertambah. Hingga klinik kesehatan di wilayah Kintamani, Bangli tidak bisa merawat lebih banyak. Sejumlah siswa diarahkan ke RSUD Giri Emas, sebagian di RSUD Buleleng, dan RS Paramasidhi Singaraja.
“Kami juga kaget sekali dan tidak menyangka akan seperti ini. Padahal kami biasa beli nasi di dagang ini. Termasuk kalau ada tamu yang ke sekolah, pasti beli makannya di sana,” imbuh Rupada.
Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha SpPD mengatakan dari penanganan yang telah dilakukan pada 58 orang siswa, keluhan mual, muntah merupakan karakteristik keracunan. Menurutnya mual, muntah hingga diare merupakan respons tubuh mengeluarkan zat yang tidak baik. Puluhan pasien yang dirawat rata-rata mengalami gejala ringan dan sedang.
“Tindakan yang telah diambil, 30 orang yang mengalami gejala sedang dipasang infus. Sisanya 28 orang mengalami gejala ringan. Kalau yang sedang sampai berat mungkin perlu semalam dua malam untuk pemulihan,” kata dokter spesialis penyakit dalam ini.
Dia pun memastikan penerimaan pasien keracunan massal, ditangani dengan baik oleh dokter dan perawat RSUD Buleleng. Bahkan sejumlah tenaga kesehatan yang ada di ruang perawatan diperbantukan sementara di IGD untuk penanganan pasien keracunan. Menurut Arya Nugraha, keracunan makanan dapat terjadi karena terkontaminasi toksin. Hal ini sering terjadi saat makanan dibuat dalam jumlah banyak.
Pedagang penyedia karena mengerjakan makanan dalam jumlah yang banyak sering kali mulai proses memasak jauh lebih awal. “Saran saya, lebih baik vendornya dipecah. Jadi tidak terlalu memaksa dalam jumlah banyak. Kalau banyak kualitas pasti menurun, termasuk risiko tidak higienis,” ujar pejabat asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng Ida Bagus Gede Surya Bharata ditemui di RSUD Buleleng, menyatakan peristiwa keracunan massal yang menimpa siswa memang tidak terjadi pertama kali di Buleleng. Terakhir keracunan massal menimpa siswa SD di Kecamatan Sukasada tahun 2017 silam.
“Memang sebelumnya kami sudah membuat surat edaran kepada seluruh satuan pendidikan untuk lebih berhati-hati dalam menyediakan makanan untuk siswa. Sekarang terjadi lagi, kami lihat fenomena yang insidental. Ke depan mungkin akan kami tegaskan kembali. Tetapi kami tidak bisa berspekulasi penyebabnya apa, perlu didalami lagi,” tegas Surya Bharata.
Sementara itu, Kapolsek Kubutambahan AKP Ketut Wisnaya mengatakan, kejadian siswa dan guru SMPN Satap 2 Kubutambahan di Desa Tambakan keracunan massal, masih diselidiki. Hingga kemarin malam, aparat kepolisian masih di lapangan untuk mengumpulkan informasi.
“Masih kami kembangkan. Memang benar ada kejadian itu (siswa dan guru keracunan makanan) di Tambakan. Acara perpisahan pagi, setelah itu agak siang diisi dengan makan bersama. Reaksinya baru terjadi sore hari,” kata AKP Wisnaya.
Kata AKP Wisnaya, para siswa yang diduga mengalami keracunan dirawat di sejumlah rumah sakit. “Siswa yang dirawat tersebar di sejumlah rumah sakit. Ada di RS Giri Mas dan RSUD Buleleng. Ada juga yang berobat ke Kintamani, Bangli,” ucapnya.
Di sisi lain pihak penyedia makanan hingga kemarin malam belum diamankan. Pihak kepolisian juga masih mencari sampel makanan untuk diuji laboratorium.
“Masih kami dalami, (penyedia makanan) belum kami amankan. Anggota sudah ke Tambakan, untuk interogasi awal ke pihak sekolah. Setelah keterangan dari sekolah didapat, baru diketahui siapa penyedia makanannya. Tunggu perkembangannya,” kata AKP Wisnaya. *k23, mz
1
Komentar