Kelola Sumber Mata Air, Desa Adat Sanggalangit Bebaskan Peturunan
SINGARAJA, NusaBali
Air Sanggalangit yang berasal dari sumber mata air Pura Taman Mumbul, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, cukup terkenal di Bali.
Bahkan air siap minum ini tidak hanya diburu oleh warga di Kecamatan Gerokgak saja, tetapi banyak diminati warga Kabupaten Jembrana, Karangasem hingga Kota Denpasar. Pengelolaan air minum Sanggalangit dimulai sekitar tahun 1996. Desa Adat Sanggalangit sebagai pemilik lahan pura awalnya hanya memanfaatkan sumber mata air itu untuk kebutuhan air minum warga desa. Namun seiring berjalannya waktu, air minum Sanggalangit menjadi tersohor ke sejumlah daerah di Bali.
Warga yang ingin merasakan jernih dan segarnya air minum Sanggalangit cukup datang dengan membawa jerigen. Prajuru desa adat selama ini hanya menyiapkan sejumlah kran yang terhubung dengan sumber mata air. Satu jerigen berukuran 30 liter hanya dikenakan punia Rp 3.000. “Selama ini banyak yang datang ke sini, ada yang dari Jembrana, Denpasar dan Karangasem. Mereka yang dari jauh biasanya bawa tendon air besar,” kata Kelian Desa Adat Sanggalangit, Jro Putu Astawa saat dihubungi, Minggu (5/6) sore.
Keberadaan sumber mata air Pura Taman Mumbul ini pun sudah sempat didatangi petugas laboratorium kesehatan dari pusat untuk mengukur kandungan mineral dalam air dan memastikan aman untuk dikonsumsi. Dari hasil pengukuran air dari sumber mata air ini disebut memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. “Kalau dari segi rasa itu ada manis dan sepat. Dari pengakuan beberapa konsumen yang sering minum air kami di sini bisa menghancurkan pengapuran pada penderita kencing batu,” imbuh Jro Astawa.
Karena terletak di areal pura sejumlah masyarakat juga meyakini air dari sumber mata air ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Masyarakat yang ingin nunas tamba (meminta obat niskala lewat air) dapat membawa canang sari untuk memohon berkah kesehatan. Sejauh ini keberadaan sumber air itu tidak pernah surut. Sekalipun situasi musim kemarau air tetap mengalir 2 liter per detik. Sedangkan saat musim hujan bisa mencapai 3 liter per detik.
Dari pengelolaan air itu kini Desa Adat Sanggalangit dapat mandiri secara finansial. Saat ini krama adat sudah tidak dikenakan peturunan (iuran adat) ketika ada odalan maupun kegiatan adat lainnya. Seluruhnya dibiayai dari pendapatan hasil pengelolaan air minum. Bahkan pendapatan pengelolaan air juga sempat disisihkan untuk memberikan bantuan beras kepada masyarakat terdampak Pandemi Covid-19.
Pendapatan dari pengelolaan air Sanggalangit per hari berkisar Rp 2,5 - Rp 3 juta. Menurut Jro Astawa prajuru memiliki keinginan untuk membentuk Baga Usaha Padruen Desa Adat (BUMDA) dengan jenis usaha air isi ulang. Hanya saja rencana itu baru akan dibahas dalam paruman adat yang masih menunggu jadwal. *k23
Warga yang ingin merasakan jernih dan segarnya air minum Sanggalangit cukup datang dengan membawa jerigen. Prajuru desa adat selama ini hanya menyiapkan sejumlah kran yang terhubung dengan sumber mata air. Satu jerigen berukuran 30 liter hanya dikenakan punia Rp 3.000. “Selama ini banyak yang datang ke sini, ada yang dari Jembrana, Denpasar dan Karangasem. Mereka yang dari jauh biasanya bawa tendon air besar,” kata Kelian Desa Adat Sanggalangit, Jro Putu Astawa saat dihubungi, Minggu (5/6) sore.
Keberadaan sumber mata air Pura Taman Mumbul ini pun sudah sempat didatangi petugas laboratorium kesehatan dari pusat untuk mengukur kandungan mineral dalam air dan memastikan aman untuk dikonsumsi. Dari hasil pengukuran air dari sumber mata air ini disebut memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. “Kalau dari segi rasa itu ada manis dan sepat. Dari pengakuan beberapa konsumen yang sering minum air kami di sini bisa menghancurkan pengapuran pada penderita kencing batu,” imbuh Jro Astawa.
Karena terletak di areal pura sejumlah masyarakat juga meyakini air dari sumber mata air ini dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Masyarakat yang ingin nunas tamba (meminta obat niskala lewat air) dapat membawa canang sari untuk memohon berkah kesehatan. Sejauh ini keberadaan sumber air itu tidak pernah surut. Sekalipun situasi musim kemarau air tetap mengalir 2 liter per detik. Sedangkan saat musim hujan bisa mencapai 3 liter per detik.
Dari pengelolaan air itu kini Desa Adat Sanggalangit dapat mandiri secara finansial. Saat ini krama adat sudah tidak dikenakan peturunan (iuran adat) ketika ada odalan maupun kegiatan adat lainnya. Seluruhnya dibiayai dari pendapatan hasil pengelolaan air minum. Bahkan pendapatan pengelolaan air juga sempat disisihkan untuk memberikan bantuan beras kepada masyarakat terdampak Pandemi Covid-19.
Pendapatan dari pengelolaan air Sanggalangit per hari berkisar Rp 2,5 - Rp 3 juta. Menurut Jro Astawa prajuru memiliki keinginan untuk membentuk Baga Usaha Padruen Desa Adat (BUMDA) dengan jenis usaha air isi ulang. Hanya saja rencana itu baru akan dibahas dalam paruman adat yang masih menunggu jadwal. *k23
1
Komentar