Dauh Wijana: Jangan Merasa Paling SOKSI
Tantang Gus Adhi Pembuktian ‘Darah’
DENPASAR, NusaBali
Ketua Depidar SOKSI Bali (versi Ali Wongso) I Made Dauh Wijana naik pitam dengan pernyataan Ketua Depidar SOKSI Bali (versi Ade Komarudin) Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Gus Adhi) yang menyentil SOKSI Ali Wongso belum ada kepengurusan dan menyebut diri seolah-olah paling SOKSI. Dauh Wijana ‘menantang’ Gus Adhi membuktikan genetika (darah) SOKSI supaya jelas siapa yang sebenarnya murni kader SOKSI di Bali.
Pernyataan Gus Adhi yang menyebutkan kepengurusan SOKSI dan jabatan SOKSI tidak ada dualisme dengan kepengurusan yang terdaftar secara historis dan diakui turun menurun membuat Dauh Wijana tersinggung. “Kalau memang urusan sebagai SOKSI yang turun temurun ayo pembuktian genetik saja. Tes darah. Kita uji DNA (deoxyribonucleic acid) saja. Supaya jelas siapa berdarah SOKSI. Ayah saya sudah SOKSI sejak 1963. Saya sejak 1991 sudah biasa hadir di Munas SOKSI, jangan merasa paling SOKSI,” ujar Dauh Wijana menjelang menghadiri acara konsolidasi dengan DPP Partai Golkar di Sanur, Denpasar Selatan Selasa (21/3) siang.
Dauh Wijana masih bisa menahan diri terkait pernyataan Gus Adhi yang menyentil dirinya belum punya kepengurusan. “Saya sudah ada kepengurusan dan SK per 1 Agustus 2016. Tetapi saya tahan diri dululah. Tetapi kok semakin melebar saja menyebutkan kita ini nggak punya pengurus dan melebar ke SOKSI yang turun temurun,” ujar pria yang juga Ketua DPD II Golkar Gianyar ini.
Dauh Wijana membantah pernyataan Gus Adhi bahwa SOKSI tidak ada dualisme. Menurut Dauh Wijana, bukti SOKSI dualisme adalah ketika Munas Partai Golkar Mei 2016 lalu suara SOKSI dinolkan. Karena ada SOKSI Ade Komarudin dan SOKSI Plt Ketua Umum Ali Wongso. “Buktinya suara SOKSI saat Munas Golkar Bali tidak ada ke Ade Komarudin, padahal Ade Komarudin sebagai Ketum SOKSI dan sebagai Calon Ketua Umum Golkar. Saat itu suara SOKSI dinolkan,” kata Dauh Wijana.
Dauh Wijana meminta kubu Gus Adhi menunggu kerangka acuan penyatuan SOKSI dalam Munas bersama secara nasional. Dengan legal standing SK Menkum dan HAM sebagai badan hukum. “Bukan memperkeruh situasi di Bali. Dilempar isu kami tidak punya pengurus. Mengatakan SOKSI seolah-olah hanya SOKSI Ade Komarudin. Itu namanya memperkeruh suasana saja,” tegas politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar ini.
Sementara Gus Adhi yang dikonfirmasi terpisah mengatakan dirinya tak akan meladeni Dauh Wijana. Sebab hal itu menjadi tidak urgen. “Buat apa tes DNA segala. Kalau mau diperpanjang apa manfaatnya? Kita bicara substansi persoalan SOKSI saja,” ujar politisi asal Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung ini. Buat Gus Adhi, semakin merasa sebagai SOKSI semakin besar kewajiban yang harus diemban. “Semakin merasa bagian SOKSI semakin besar tantangan dan kewajiban kita harus emban. Kita harus menjaga SOKSI sebagai pencetak kader dan membantu masyarakat,” pungkas anggota Fraksi Golkar DPR RI dapil Bali ini. * nat
Pernyataan Gus Adhi yang menyebutkan kepengurusan SOKSI dan jabatan SOKSI tidak ada dualisme dengan kepengurusan yang terdaftar secara historis dan diakui turun menurun membuat Dauh Wijana tersinggung. “Kalau memang urusan sebagai SOKSI yang turun temurun ayo pembuktian genetik saja. Tes darah. Kita uji DNA (deoxyribonucleic acid) saja. Supaya jelas siapa berdarah SOKSI. Ayah saya sudah SOKSI sejak 1963. Saya sejak 1991 sudah biasa hadir di Munas SOKSI, jangan merasa paling SOKSI,” ujar Dauh Wijana menjelang menghadiri acara konsolidasi dengan DPP Partai Golkar di Sanur, Denpasar Selatan Selasa (21/3) siang.
Dauh Wijana masih bisa menahan diri terkait pernyataan Gus Adhi yang menyentil dirinya belum punya kepengurusan. “Saya sudah ada kepengurusan dan SK per 1 Agustus 2016. Tetapi saya tahan diri dululah. Tetapi kok semakin melebar saja menyebutkan kita ini nggak punya pengurus dan melebar ke SOKSI yang turun temurun,” ujar pria yang juga Ketua DPD II Golkar Gianyar ini.
Dauh Wijana membantah pernyataan Gus Adhi bahwa SOKSI tidak ada dualisme. Menurut Dauh Wijana, bukti SOKSI dualisme adalah ketika Munas Partai Golkar Mei 2016 lalu suara SOKSI dinolkan. Karena ada SOKSI Ade Komarudin dan SOKSI Plt Ketua Umum Ali Wongso. “Buktinya suara SOKSI saat Munas Golkar Bali tidak ada ke Ade Komarudin, padahal Ade Komarudin sebagai Ketum SOKSI dan sebagai Calon Ketua Umum Golkar. Saat itu suara SOKSI dinolkan,” kata Dauh Wijana.
Dauh Wijana meminta kubu Gus Adhi menunggu kerangka acuan penyatuan SOKSI dalam Munas bersama secara nasional. Dengan legal standing SK Menkum dan HAM sebagai badan hukum. “Bukan memperkeruh situasi di Bali. Dilempar isu kami tidak punya pengurus. Mengatakan SOKSI seolah-olah hanya SOKSI Ade Komarudin. Itu namanya memperkeruh suasana saja,” tegas politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar ini.
Sementara Gus Adhi yang dikonfirmasi terpisah mengatakan dirinya tak akan meladeni Dauh Wijana. Sebab hal itu menjadi tidak urgen. “Buat apa tes DNA segala. Kalau mau diperpanjang apa manfaatnya? Kita bicara substansi persoalan SOKSI saja,” ujar politisi asal Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung ini. Buat Gus Adhi, semakin merasa sebagai SOKSI semakin besar kewajiban yang harus diemban. “Semakin merasa bagian SOKSI semakin besar tantangan dan kewajiban kita harus emban. Kita harus menjaga SOKSI sebagai pencetak kader dan membantu masyarakat,” pungkas anggota Fraksi Golkar DPR RI dapil Bali ini. * nat
1
Komentar