Muluk Gajian, Kuliner Khas Jeroan Babi Desa Lokapaksa
SINGARAJA, NusaBali
Beragam menu makanan dan minuman ditampilkan di Festival Angkringan Buleleng 2022 di Gedung Kesenian Gde Manik Buleleng, Jumat (10/6).
Salah satu yang menarik perhatian adalah ‘Muluk Gajian’. Menu ini tersedia di angkringan Kadek Arsana Putra, 34, asal Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Buleleng. Tidak hanya namanya yang unik, masakan ini punya cita rasa yang khas, yakni pedas dan gurih.
Muluk Gajian adalah sajian khas Desa Lokapaksa yang berbahan dasar jeroan babi. Usus, lemak, hati hingga daging di area perut babi dipotong kecil-kecil. Kemudian daging muluk gajian yang sudah digoreng tumis dengan bumbu sangat sederhana, yakni irisan bawang merah, bawang putih, cabai rawit dan terasi. Sebagai pelengkapnya menu muluk gajian ini didampingi plecing kacang panjang.
Meski dimasak dengan bumbu yang sangat sederhana, kenikmatan muluk gajian ini tidak dapat diragukan. Terlebih ditambah dengan sepiring nasi panas dan kerupuk kulit babi. Rasa pedas dari cabai dan gurih lemak babi pecah di mulut dan membuat siapapun yang mencobanya ketagihan.
Menurut Arsana, menu muluk gajian ini bukan menu turun-temurun. Namun secara tidak sengaja menjadi populer di desanya karena digandrungi anak muda. Menu ini sering menjadi menu utama saat acara begadang karena hajatan maupun kegiatan lainnya.
“Menu ini tercipta begitu saja, karena sering dimasak anak muda sebagai bekal begadang saat ngumpul bareng kawan-kawan atau saat ada kegiatan malam. Saya juga awalnya iseng-iseng jual di online, ternyata banyak yang minat. Sampai dimasukkan dalam lirik lagu Joni Agung yang berjudul ‘Melah Menyama’, karena beberapa kali mencicipi juga,” ucap Arsana.
Nama menu Muluk Gajian pun diambil dari kebiasaan sebutan upah bagi tukang sembelih babi yang selalu membawa jeroan babi saat menyelesaikan pekerjaannya. Upah jeroan babi yang didominasi lemak (muluk) dan gajian (upah). Namun sebagian ada yang beranggapan Muluk Gajian sebutan untuk lemak jeroan babi yang berbentuk gergaji.
Menu ini pun baru populer sejak satu dekade belakangan, saat Arsana mencoba memasarkan menu khas desanya melalui online. Kini dia rutin mengantarkan masakan pedas itu ke pelanggan tetapnya setiap minggu. “Saya hanya bisa produksi seminggu sekali, karena sebenarnya ini adalah usaha sampingan, kalau di rumah saya punya usaha toko grosir. Selain itu untuk dapat muluk gajian juga susah. Satu ekor babi hanya bisa dapat 2 kilogram muluk gajian, jadi jumlahnya terbatas,” kata pria yang lebih populer dengan nama Lumbang ini.
Dia pun mengaku bersemangat saat mendapat kesempatan mengisi satu stand di Angkringan Festival. Kesempatan ini pun dimanfaatkan Arsana untuk mengenalkan makanan khas Lokapaksa, salah satu makanan tradisional dengan cita rasa yang perlu dipertahankan.
“Antusiasme sejauh ini sangat bagus. Banyak yang suka setelah mencicipi. Ini buat saya optimis bahwa membawakan makanan tradisional Bali belum tentu kalah dengan makanan modern yang banyak berkembang sekarang,” ungkap Arsana. *k23
1
Komentar