Anak-anak Pelukis Baturulangun Gelar Pameran
Didukung Putri Indonesia Laksmi Shari De Neefe Suardana
GIANYAR, NusaBali
Puluhan anak-anak dari Perkumpulan Pelukis Baturulangun, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, menggelar pameran di Indus Restoran, Jalan Raya Sanggingan, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Pameran ini terwujud berkat dukungan Putri Indonesia Laksmi Shari De Neefe Suardana dan ibunya Janet De Neefe. Laksmi Shari, putri asal Desa Adat Ubud, Kelurahan/Kecamatan Ubud. Pameran berlangsung sebulan, 4 Juni - 4 Juli 2022.
Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia mengatakan Laksmi sempat dua kali mengunjungi anak-anak saat melukis di Desa Batuan. Kunjungan itu sebelum Laksmi dinobatkan sebagai Putri Indonesia. "Laksmi datang bersama ibunya sekitar sebulan lalu," jelasnya setelah pembukaan pameran, Sabtu (4/6).
Dijelaskan Ketut Sadia, dalam kunjungan tersebut Laksmi melihat aktivitas melukis tradisi di Batuan. Kemudian tertegun karena pelukisnya masih anak-anak. Dari ketertarikan itulah, Laksmi menggugah anak-anak membuat karya untuk pameran lukisan. "Laksmi menawarkan kerjasama mengajak anak-anak menggelar pameran," jelas pelukis asal Banjar Pekandelan, Desa Batuan ini.
Bahkan ada salah satu karya lukisan anak-anak dipakai oleh Laksmi Shari sebagai sampul noticenya yang dibagikan kepada sejumlah kenalannya di pelbagai belahan dunia. Ketut Sadia merasa beruntung bisa berkenalan dengan keluarga Laksmi Shari. Menjadi sebuah kejutan sebab tidak pernah terpikirkan sebelumnya. "Pertama datang bahkan kami belum tahu siapa sosok Laksmi. Dia datang, tidak kita undang. Dia tahu ada aktivitas melukis anak-anak di Batuan. Ternyata dia sangat senang sama anak-anak," ungkap Ketut Sadia. Kedatangan kedua, barulah Laksmi mengenakan selempang putih sebagai Putri Indonesia Bali. "Itu sebelum Laksmi berangkat ke Jakarta (mengikuti kontes pemilihan Putri Indonesia)," jelas Ketut Sadia.
Penobatan Laksmi sebagai Putri Indonesia pun membuat Baturulangun turut bangga. Terlebih Laksmi menaruh perhatian besar terhadap anak-anak Baturulangun Batuan. "Semoga pada ajang berikutnya, lebih berhasil lagi," ujar Ketut Sadia mendoakan.
Sayangnya, saat pembukaan pameran Laksmi berhalangan hadir karena padatnya agenda Putri Indonesia menuju Miss Universe. Hal ini diungkapkan ibunda Laksmi, Jannet De Neefe. "Laksmi dia sibuk terus. Baru tadi malam saya tiba di Bali. Acara full. Persiapan Miss Universe, dia kemana-mana padat jadwal. Dia tahu acara hari ini dia juga senang sekali. Saya sudah kirim foto-foto," jelas istri dari Ketut Suardana ini.
Laksmi kemungkinan kembali ke Bali saat pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) pada 16 Juni 2022. "Rencana mau ke Bali mungkin untuk Pesta Kesenian Bali. Laksmi diundang oleh Gubernur sebagai special guest (tamu kehormatan)," ujarnya. Janet pun berharap gadisnya ini bisa tinggal beberapa saat di Bali. "Mudahan bisa stay di Bali, may be 10 hari. Karena ada Ubud Food Festival juga, mudah-mudahan Laksmi bisa pidato membuka festival," harapnya.
Terkait pameran ini merupakan janjinya bersama Laksmi pada anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan. "Saya adalah guru kesenian di Melbourne, Australia. Tertarik dengan kesenian Bali. Kemarin saya ke Batuan sama anak saya Laksmi, kebetulan hari Minggu. Lihat ada anak-anak melukis, kami stop mobil," ujarnya. Janet dan Laksmi pun menghampiri aktivitas anak-anak dan langsung tertarik. "Hebat, masih kecil bisa gambar seperti ini. Kita dua kali ke Batuan, saya kira harus bantu bikin pameran biar anak semangat dan seni lukis Batuan terus dilestarikan," jelasnya. Untuk pameran ini, Janet meminta bantuan pelukis Wayan Donal untuk mengatur segalanya. "Di sini anak-anak pameran satu bulan. Minta bantuan Wayan Donal, dia yang buatkan buku, memilih dan mengatur semua," jelas Janet. Pada pameran ini sedikitnya ada sekitar 30 karya lukis yang dipajang. Sebagian di lantai dasar, sebagian lagi di lantai 2 yang menjadi akses masuk ke restoran. Usia anak yang ikut pameran masih belasan tahun. Paling kecil kelas IV Sekolah Dasar hingga SMA.
Salah satu pelukis, Luh Pratiwi,15, mengikutsertakan sebuah karya kolaborasi dan karya sendiri. Pada karya kolaborasi diberi judul Ikan Purba. Dikerjakan secara keroyokan bersama empat temannya. "Saya bagian melukis di tengah. Inspirasinya dari melihat kura-kura," jelasnya. Sementara temannya yang lain mendapat bagian di empat pojok yang mengelilingi Kura-Kura Purba.
Ketut Sadia menambahkan, tema lukisan keroyokan ini sepenuhnya inspirasi dari anak-anak. "Kita memang bebaskan ke anak. Hanya sedikit saran saja, kalau mau bikin ikan jangan persis ikan sesungguhnya. Karena pada dasarnya lukisan Batuan itu punya ciri khas. Jadilah mereka membuat ikan purba. Disain ikannya tidak lumrah," jelasnya. Karya keroyokan ini dibuat sekitar sebulan. Di atas satu kanvas dikerjakan berlima. Karya ini memang sengaja disiapkan agar ada sesuatu yang berbeda. Yang tak kalah menarik pula, sejumlah karya anak-anak telah ditandai merah oleh para wisatawan yang berkunjung. Artinya, lukisan original anak-anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan ini menarik minat mereka untuk berdonasi. Nominalnya pun tak dibatasi. Donasi yang terhimpun akan digunakan untuk keberlangsungan aktivitas melukis anak-anak di Desa Batuan. "Ada yang kita sharing ke anak-anak untuk motivasi. Ada juga kita punya program liburan ke museum, jadi setiap aktifitas melukis ini mereka tidak kena biaya sepeserpun. Bahkan dulu, awal merintis ini kami biasa urunan gotong royong untuk pameran dan sebagainya," ungkap Sadia.*nvi
Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia mengatakan Laksmi sempat dua kali mengunjungi anak-anak saat melukis di Desa Batuan. Kunjungan itu sebelum Laksmi dinobatkan sebagai Putri Indonesia. "Laksmi datang bersama ibunya sekitar sebulan lalu," jelasnya setelah pembukaan pameran, Sabtu (4/6).
Dijelaskan Ketut Sadia, dalam kunjungan tersebut Laksmi melihat aktivitas melukis tradisi di Batuan. Kemudian tertegun karena pelukisnya masih anak-anak. Dari ketertarikan itulah, Laksmi menggugah anak-anak membuat karya untuk pameran lukisan. "Laksmi menawarkan kerjasama mengajak anak-anak menggelar pameran," jelas pelukis asal Banjar Pekandelan, Desa Batuan ini.
Bahkan ada salah satu karya lukisan anak-anak dipakai oleh Laksmi Shari sebagai sampul noticenya yang dibagikan kepada sejumlah kenalannya di pelbagai belahan dunia. Ketut Sadia merasa beruntung bisa berkenalan dengan keluarga Laksmi Shari. Menjadi sebuah kejutan sebab tidak pernah terpikirkan sebelumnya. "Pertama datang bahkan kami belum tahu siapa sosok Laksmi. Dia datang, tidak kita undang. Dia tahu ada aktivitas melukis anak-anak di Batuan. Ternyata dia sangat senang sama anak-anak," ungkap Ketut Sadia. Kedatangan kedua, barulah Laksmi mengenakan selempang putih sebagai Putri Indonesia Bali. "Itu sebelum Laksmi berangkat ke Jakarta (mengikuti kontes pemilihan Putri Indonesia)," jelas Ketut Sadia.
Penobatan Laksmi sebagai Putri Indonesia pun membuat Baturulangun turut bangga. Terlebih Laksmi menaruh perhatian besar terhadap anak-anak Baturulangun Batuan. "Semoga pada ajang berikutnya, lebih berhasil lagi," ujar Ketut Sadia mendoakan.
Sayangnya, saat pembukaan pameran Laksmi berhalangan hadir karena padatnya agenda Putri Indonesia menuju Miss Universe. Hal ini diungkapkan ibunda Laksmi, Jannet De Neefe. "Laksmi dia sibuk terus. Baru tadi malam saya tiba di Bali. Acara full. Persiapan Miss Universe, dia kemana-mana padat jadwal. Dia tahu acara hari ini dia juga senang sekali. Saya sudah kirim foto-foto," jelas istri dari Ketut Suardana ini.
Laksmi kemungkinan kembali ke Bali saat pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) pada 16 Juni 2022. "Rencana mau ke Bali mungkin untuk Pesta Kesenian Bali. Laksmi diundang oleh Gubernur sebagai special guest (tamu kehormatan)," ujarnya. Janet pun berharap gadisnya ini bisa tinggal beberapa saat di Bali. "Mudahan bisa stay di Bali, may be 10 hari. Karena ada Ubud Food Festival juga, mudah-mudahan Laksmi bisa pidato membuka festival," harapnya.
Terkait pameran ini merupakan janjinya bersama Laksmi pada anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan. "Saya adalah guru kesenian di Melbourne, Australia. Tertarik dengan kesenian Bali. Kemarin saya ke Batuan sama anak saya Laksmi, kebetulan hari Minggu. Lihat ada anak-anak melukis, kami stop mobil," ujarnya. Janet dan Laksmi pun menghampiri aktivitas anak-anak dan langsung tertarik. "Hebat, masih kecil bisa gambar seperti ini. Kita dua kali ke Batuan, saya kira harus bantu bikin pameran biar anak semangat dan seni lukis Batuan terus dilestarikan," jelasnya. Untuk pameran ini, Janet meminta bantuan pelukis Wayan Donal untuk mengatur segalanya. "Di sini anak-anak pameran satu bulan. Minta bantuan Wayan Donal, dia yang buatkan buku, memilih dan mengatur semua," jelas Janet. Pada pameran ini sedikitnya ada sekitar 30 karya lukis yang dipajang. Sebagian di lantai dasar, sebagian lagi di lantai 2 yang menjadi akses masuk ke restoran. Usia anak yang ikut pameran masih belasan tahun. Paling kecil kelas IV Sekolah Dasar hingga SMA.
Salah satu pelukis, Luh Pratiwi,15, mengikutsertakan sebuah karya kolaborasi dan karya sendiri. Pada karya kolaborasi diberi judul Ikan Purba. Dikerjakan secara keroyokan bersama empat temannya. "Saya bagian melukis di tengah. Inspirasinya dari melihat kura-kura," jelasnya. Sementara temannya yang lain mendapat bagian di empat pojok yang mengelilingi Kura-Kura Purba.
Ketut Sadia menambahkan, tema lukisan keroyokan ini sepenuhnya inspirasi dari anak-anak. "Kita memang bebaskan ke anak. Hanya sedikit saran saja, kalau mau bikin ikan jangan persis ikan sesungguhnya. Karena pada dasarnya lukisan Batuan itu punya ciri khas. Jadilah mereka membuat ikan purba. Disain ikannya tidak lumrah," jelasnya. Karya keroyokan ini dibuat sekitar sebulan. Di atas satu kanvas dikerjakan berlima. Karya ini memang sengaja disiapkan agar ada sesuatu yang berbeda. Yang tak kalah menarik pula, sejumlah karya anak-anak telah ditandai merah oleh para wisatawan yang berkunjung. Artinya, lukisan original anak-anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan ini menarik minat mereka untuk berdonasi. Nominalnya pun tak dibatasi. Donasi yang terhimpun akan digunakan untuk keberlangsungan aktivitas melukis anak-anak di Desa Batuan. "Ada yang kita sharing ke anak-anak untuk motivasi. Ada juga kita punya program liburan ke museum, jadi setiap aktifitas melukis ini mereka tidak kena biaya sepeserpun. Bahkan dulu, awal merintis ini kami biasa urunan gotong royong untuk pameran dan sebagainya," ungkap Sadia.*nvi
1
Komentar