Sebagian Penumpang Masih Bertahan di PPI Sangsit, Pasca Kapal Barang Nyaris Tenggelam di Perairan Kubutambahan
Dua hari pasca Kapal Motor Mutiara Biru nyaris tenggelam di perairan Kubutambahan, sebagian dari 22 penumpang kapal barang asal Pulau Sapeken, Madura, Jawa Timur masih berada di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, Kamis (23/3).
SINGARAJA, NusaBali
Merekamasih menunggu peluang untuk dapat menyeberang naik kapal barang ke Sapekan, meski hal itu dilarang. Pantauan NusaBali, Kamis kemarin, para penumpang Kapal Mutiara Biru ini rela menunggu di sejumlah warung seputar PPI Sangsit. Namun, penantian mereka sia-sia. Sebetulnya, kemarin siang ada kapal barang yang bersandar di PPI Sangsit. Namun, nakhoda kapal barang tersebut tidak mau menerima tumpangan mereka, karena aturan tak memungkinkan.
Seorang penumpang, Hamimah, mengaku jengkel dengan larangan itu. Sebab, dia bersama anak-anaknya tidak dapat menyeberang pulang ke Sapeken pasca musibah nyaris tenggelamnya Kapal Mutiara Biru, Selasa (21/3) malam. Padahal, seminggu lagi dia harus menyaksikan dan mengantarkan cucunya masuk ke pesantren. “Tadi saya sempat dekat kapal yang sandar, tapi nakhoda katanya tidak berani menaikkan penumpang. Padahal, saya juga perlu pulang cepat,” keluh perempuan paruh baya ini.
Pengakuan senada juga diungkapkan penumpang lainnya, Miswandi. Pihaknya berharap pemerintah menyediakan kapal perintis dari PPI Sangsit menuju Sapeken. Alasannya, jarak terdekat untuk sampai ke Sapekan jika ditempuh dari PPI Sangsit jaraknya hanya 65 mil.
Selain itu, kata Miswandi, jika menyeberang dari PPI Sangsit, dirinya hanya perlu mengeluarkan ongkos penyeberangan sebesar Rp 50.000 untuk sampai ke Sapekan. Ini jauh lebih ekonomis jika dibandingkan menyeberang melalui Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, yang memiliki jarak tempuh ke Sapeken sekitar 95 mil dengan ongkos penyeberangan mencapai Rp 150.000.
“Daerah kami paling dekat ya ke Buleleng ini. Bahkan, kalau ke Madura juga lebih jauh. Kami semuanya yang berasal dari Sapeken bekerja di Bali, mengharapkan ada kapal perintis. Tidak usah yang mewah, yang penting kami bisa menyeberang ke Sapekan,” harap Miswandi.
Kapal Mutiara Biru sendiri sebelumnya nyaris tenggelam di perairan Kubutambahan, Selasa malam, setelah nekat kabur dari PPI Sangkit ketika hendak diperiksa petugas lantaran merasa bersalah karena menaikkan 22 penumpang. Selain mengangkut 22 penumpang, Kapal Mutiara Biru yang dinakhodai Suardi ini juga berisi 6 anak buah kapal (ABK).
Malam sekitar pukul 21.50 Wita, kapal barang ini terdeteksi ngadat dan nyaris tenggelam pada jarak 2 mil dari garis pantai Desa/Kecamatan Kubutambahan. Tim gabungan dengan dibantu nelayan akhirnya terjun ke laut menyelamatkan 22 penumpang yang nyaris tenggelam.
Kepala Pos SAR Buleleng, I Made Neksen, mengatakan begitu proses evakuasi penumpang selesai, mesin KLM Mutiara Biru bisa menyala kembali, Rabu (22/3) dinihari pukul 04.00 Wita. Namun, kapal yang dinakhodai Suardi ini malah kabur lagi. * k23
Seorang penumpang, Hamimah, mengaku jengkel dengan larangan itu. Sebab, dia bersama anak-anaknya tidak dapat menyeberang pulang ke Sapeken pasca musibah nyaris tenggelamnya Kapal Mutiara Biru, Selasa (21/3) malam. Padahal, seminggu lagi dia harus menyaksikan dan mengantarkan cucunya masuk ke pesantren. “Tadi saya sempat dekat kapal yang sandar, tapi nakhoda katanya tidak berani menaikkan penumpang. Padahal, saya juga perlu pulang cepat,” keluh perempuan paruh baya ini.
Pengakuan senada juga diungkapkan penumpang lainnya, Miswandi. Pihaknya berharap pemerintah menyediakan kapal perintis dari PPI Sangsit menuju Sapeken. Alasannya, jarak terdekat untuk sampai ke Sapekan jika ditempuh dari PPI Sangsit jaraknya hanya 65 mil.
Selain itu, kata Miswandi, jika menyeberang dari PPI Sangsit, dirinya hanya perlu mengeluarkan ongkos penyeberangan sebesar Rp 50.000 untuk sampai ke Sapekan. Ini jauh lebih ekonomis jika dibandingkan menyeberang melalui Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, yang memiliki jarak tempuh ke Sapeken sekitar 95 mil dengan ongkos penyeberangan mencapai Rp 150.000.
“Daerah kami paling dekat ya ke Buleleng ini. Bahkan, kalau ke Madura juga lebih jauh. Kami semuanya yang berasal dari Sapeken bekerja di Bali, mengharapkan ada kapal perintis. Tidak usah yang mewah, yang penting kami bisa menyeberang ke Sapekan,” harap Miswandi.
Kapal Mutiara Biru sendiri sebelumnya nyaris tenggelam di perairan Kubutambahan, Selasa malam, setelah nekat kabur dari PPI Sangkit ketika hendak diperiksa petugas lantaran merasa bersalah karena menaikkan 22 penumpang. Selain mengangkut 22 penumpang, Kapal Mutiara Biru yang dinakhodai Suardi ini juga berisi 6 anak buah kapal (ABK).
Malam sekitar pukul 21.50 Wita, kapal barang ini terdeteksi ngadat dan nyaris tenggelam pada jarak 2 mil dari garis pantai Desa/Kecamatan Kubutambahan. Tim gabungan dengan dibantu nelayan akhirnya terjun ke laut menyelamatkan 22 penumpang yang nyaris tenggelam.
Kepala Pos SAR Buleleng, I Made Neksen, mengatakan begitu proses evakuasi penumpang selesai, mesin KLM Mutiara Biru bisa menyala kembali, Rabu (22/3) dinihari pukul 04.00 Wita. Namun, kapal yang dinakhodai Suardi ini malah kabur lagi. * k23
Komentar