Dokter Spesialis Enggan Tugas di Buleleng
Kendala untuk bisa merekrut dokter spesialis karena ada stigma tidak mau bekerja di kota kecil, seperti Singaraja.
SINGARAJA, NusaBali
Upaya Pemkab Buleleng menyiapkan pelayanan kesehatan (yankes) paripurna sejauh ini masih terkendala pemenuhan sumber daya manusia (SDM). Antara lain, Buleleng masih kelangkaan dokter spesialis.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Selasa (14/6), mengatakan dalam sisa masa jabatannya kini, dirinya telah melakukan sejumlah evaluasi rencana pembangunan daerah dari berbagai sektor. Pelayanan kesehatan yang menjadi visi misinya saat menjabat di periode kedua bersama Wakil Bupati I Nyoman Sutjidra sudah diupayakan maksimal.
“Jangkauan pelayanan kesehatan di Buleleng sebelumnya sangat jauh, karena rumah sakit jauh. Karena luas wilayah Buleleng,” ucap bupati yang akan mengakhiri masa jabatannya 27 Agustus 2022.
Jelas dia, masalah itu pun sudah diselesaikan dengan membangun Puskesmas rawat inap. Pembangunan dua rumah sakit daerah, yakni RSUD Giri Emas untuk mengcover masyarakat Buleleng timur dan RSUD Tangguwisia untuk mendekatkan layanan kesehatan masyarakat Buleleng barat.
Penyempurnaan layanan kesehatan juga dilakukan dengan meningkatkan tipe rumah sakit daerah. RSUD Buleleng dengan pembenahan dan penyempurnaan layanan kini telah memegang status rumah sakit tipe B. “Peningkatan layanan kesehatan ini kita lakukan, karena kita tidak mau masyarakat Buleleng jauh-jauh ke Denpasar mendapatkan layanan yang lebih spesifik,” imbuh dia.
Hanya saja dalam pemenuhan dan penyempurnaan layanan masyarakat di Buleleng sejauh ini masih terkendala perekrutan SDM. Rekrutmen dokter spesialis di setiap formasi CPNS yang dibuka sangat sering kosong. Tidak ada tamatan dokter spesialis yang mendaftarkan diri untuk bekerja di Buleleng.
Menurut Agus Suradnyana yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini, kendala untuk bisa merekrut dokter spesialis karena ada stigma tidak mau bekerja di kota kecil, seperti Singaraja. “Memang masih susah dapat dokter spesialis. Mereka tidak mau ke kota kecil dan memilih bekerja di swasta di kota besar. Persoalannya karena daya beli masyarakat masih rendah,” ungkap bupati yang terkenal dengan sapaan PAS ini.
Dia pun berharap kedepannya pimpinan daerah penggantinya dapat mencarikan solusi yang komprehensif dan tetap mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna dan berkualitas.*k23
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Selasa (14/6), mengatakan dalam sisa masa jabatannya kini, dirinya telah melakukan sejumlah evaluasi rencana pembangunan daerah dari berbagai sektor. Pelayanan kesehatan yang menjadi visi misinya saat menjabat di periode kedua bersama Wakil Bupati I Nyoman Sutjidra sudah diupayakan maksimal.
“Jangkauan pelayanan kesehatan di Buleleng sebelumnya sangat jauh, karena rumah sakit jauh. Karena luas wilayah Buleleng,” ucap bupati yang akan mengakhiri masa jabatannya 27 Agustus 2022.
Jelas dia, masalah itu pun sudah diselesaikan dengan membangun Puskesmas rawat inap. Pembangunan dua rumah sakit daerah, yakni RSUD Giri Emas untuk mengcover masyarakat Buleleng timur dan RSUD Tangguwisia untuk mendekatkan layanan kesehatan masyarakat Buleleng barat.
Penyempurnaan layanan kesehatan juga dilakukan dengan meningkatkan tipe rumah sakit daerah. RSUD Buleleng dengan pembenahan dan penyempurnaan layanan kini telah memegang status rumah sakit tipe B. “Peningkatan layanan kesehatan ini kita lakukan, karena kita tidak mau masyarakat Buleleng jauh-jauh ke Denpasar mendapatkan layanan yang lebih spesifik,” imbuh dia.
Hanya saja dalam pemenuhan dan penyempurnaan layanan masyarakat di Buleleng sejauh ini masih terkendala perekrutan SDM. Rekrutmen dokter spesialis di setiap formasi CPNS yang dibuka sangat sering kosong. Tidak ada tamatan dokter spesialis yang mendaftarkan diri untuk bekerja di Buleleng.
Menurut Agus Suradnyana yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini, kendala untuk bisa merekrut dokter spesialis karena ada stigma tidak mau bekerja di kota kecil, seperti Singaraja. “Memang masih susah dapat dokter spesialis. Mereka tidak mau ke kota kecil dan memilih bekerja di swasta di kota besar. Persoalannya karena daya beli masyarakat masih rendah,” ungkap bupati yang terkenal dengan sapaan PAS ini.
Dia pun berharap kedepannya pimpinan daerah penggantinya dapat mencarikan solusi yang komprehensif dan tetap mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna dan berkualitas.*k23
1
Komentar